Mohon tunggu...
Megawati Syahril
Megawati Syahril Mohon Tunggu... profesional -

A happy wife --- Alena's mommy --- A lecturer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dan Buaya Pun Mengibarkan Bendera Putihnya

7 Februari 2014   10:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih hangat dalam ingatan peristiwa 'demo besar-besaran' seluruh mahasiswa di negara ini yang meminta agar sang bapak pembangunan bersedia lengser, walau sebetulnya sudah banyak nasihat dari orang-orang terdekat beliau yang menyarankan sudah cukup menjabatnya. Kalau Saya buat bahasa Jawanya 'sampun Pak, sampun wektune lengser njih', namun sang 'Bapak Pembangunan dengan senyum tersimpatik diantara pemimpin-pemimpin dunia' itu tetap kekeuh mau menjabat (lagi). Yah, memang tidak bisa dipungkiri, siapa sih yang mau turun dari nikmatnya tahta menjadi seorang super power?. Dengan segala kemudahan, perlakuan serba khusus, layanan terbaik disegala kegiatan, pokoknya all you can get and all the best you can have, asal bapak senang semua akan tersedia, tentunya Saya tidak menampik betapa berat beban yang dipikul serta tanggung jawab besar ketika seseorang menjadi pemimpin negara. Manusia memang dikaruniai banyak keunggulan, bahkan boleh dikatakan makhluk terbaik dari ciptaanNya, yang diberikan akal dan otak cemerlang. Mau sampai kapanpun Saya tetap percaya kemampuan otak manusia dibandingkan monyet dengan kapasitas otak terbesar sekalipun, manusialah yang menjadi pemenangnya. (Maaf ya Nyet, bukannyaa mau mendiskriditkan dirimu, hehehe). Tapi kalau soal minimnya keserakahan? Eits, ini yang membuat manusia harus turun tahta, bahkan bisa dikategorikan 'out of list'. Mari kita bahas hewan dengan kategori 'greedy' a.k.a RAKUS, bahkan super rakus, terakus diantara rakus-rakus, over rakus, the greediest animal in the universe. Pokoknya hewan yang memiliki karakter 'serakah dan tanpa ampun'.  Lets check it out: Entah mengapa binatang yang satu ini selalu membuat bulu hidung Saya bergidik, terasa berdiri didalamnya, baru mendengarnya saja sudah membayangkan yang 'iya-iya'. Iya ngeri maksudnya. Buaya! Begitu mendengar satu kata itu, segala pikiran negatif bersemayam di kepala kita bukan? (Kecuali bagi Anda yang tiba-tiba teringat tas branded keluaran Itali yang super famous itu). Entah apa salah buaya lahir di dunia ini, dari generasi ke generasi segala upaya sudah dilakukannya dan berkorban dengan nyawanya sendiri untuk menghilangkan paradigma negatif tentangnya. Usaha yang tetap percuma hai buaya, konotasi negatifmu melekat layaknya bayangan yang selalu ada bersamaan dengan setiap gerakan maupun dengkuranmu (soal apakah buaya mendengkur atau tidak, jujur Saya belum tahu jawabannya, namun pikiran dangkal Saya berkata 'wong mulutnya segede itu apa ya gak ngorok? Manusia yang mulutnya gak selebar itu aja ngoroknya bisa sampai 7 oktaf, hehe). Konotasi negatif apa saja yang melekat padanya?.

1391743074536216412
1391743074536216412
Well, lelaki buaya, cermin kepribadian lelaki yang jauh dari kata setia, dimana ada lawan jenis, disanalah aroma 'benang sari' disebar dengan semaksimal mungkin, berharap putik akan segera nempel padanya, pokoknya lepas jaring perangkap rayuan wifi seluas-luasnya. Dan jika Anda tertangkap olehnya, Saya hanya bisa prihatin dan segeralah buka mata hati Anda. Selanjutnya tangisan buaya? Sejujurnya yang satu ini Sayapun masih belum pernah melihatnya, dan masih ragu dalam pikiran Saya 'apakah memang buaya terkadang menangis?'. Apakah saat ia selesai menelan hidup-hidup seekor keledai timbul perasaan bersalah padanya, sehingga keluar pula tangisan hebatnya?. Tapi yang Saya tahu, tangisan buaya manusialah yang mencerminkan kepalsuan. Berlagak simpatik dan empati, serta menyesal, namun itu semua hanya 'kedok' belaka!. Satu hal yang Saya tahu, buaya akan berhenti mencari mangsa dan memilih bersantai di tepi sungai setelah perutnya kenyang, dimana lambungnya tak mampu lagi menampung keledai atau bayi keledai sekalipun. Dia akan berbaring santai sambil bernyanyi lagu gembira dengan mulut menganga luebar nian. Oh ya, tentunya kita semua tahu bukan jika buaya bisa tahan lapar berhari-hari bahkan berminggu-minggu jika memang belum mendapatkan mangsa. Satu hal keren dari buaya yang Saya telusuri disini. Walau serakah, mereka memiliki kesabaran tingkat tinggi, namun serakahnya buayapun tetap ada batasnya. (Bendera putih Saya kibarkan jika Saya diminta melawan buaya dalam berpuasa).
13917442131177015702
13917442131177015702
Binatang yang menurut Saya layak mewakili binatang-binatang lain di alam jagat raya ini untuk dinobatkan sebagai makhluk Tuhan ter-rakus. We're not done yet. Mari kita bandingkan dengan manusia. Apakah jawara rakus itu masih tetap disandang sang buaya?. Kita telaah yuk: Manusia makan dengan porsi seadanya. Benarkah demikian? Bagaimana dengan para koruptor yang gemar mengeruk uang yang bukan haknya?, sebut saja mereka dengan kata 'pencuri berotak'. Mengapa Saya sebut demikian? Kebanyakan dari mereka mengenyam pendidikan, bahkan sampai level tertinggi sekalipun. Bukan jaminan pendidikan tinggi  mencerminkan martabat terpuji. Saya jadi ingat ada seorang penjual nasi yang memanggil Saya kembali karena uang kembalian yang diberikan kurang 500 rupiah saja. Bukan mau memyepelekan si Ibu itu, malah rasa hormat yang ada di hati Saya, jelas dia tidak menempuh pendidikan formal sampai level Prof bukan?. Bandingkan dengan 'pencuri berotak' di negara dengan limpahan kekayaan alam ini. Nasi sepiring bagi mereka tidaklah cukup, they want more and more, jika perlu semua persediaan beras di negara ini habis ludes dimakan mereka, kalaupun tidak habis, kan masih bisa disimpan. Gak takut busuk? Oh tentu tidak! Yang penting lumbung padi Saya penuh, mau isinya tikus dan teman-temannya peduli amat.
139174516732745045
139174516732745045
Sangatlah jelas lambung 'pencuri berotak' itu sudah tidak kuat menampung nasi didalamnya, sekalipun dia mengidap gangguan 'bulimia' sekalipun, tetap saja tidak ada kata PUAS terlintas dibenaknya. Bagaimana dengan rasa syukur? Waduh! Jangan dibandingkan dengan buaya lagi donk ya. Saat buaya kenyang, dia akan berhenti dan mensyukuri nikmat yang diberikan sang Penguasa alam raya ini dengan berbaring dan bersantai sambil berdendang ria. (Jika buaya bisa berkata, Saya rasa ia akan berucap seperti ini, "Alhamdulillah, zebra yang barusan aku makan enak sekali, dagingnya tender and pas dilidah. Terima kasih Tuhan. Kini Saya ingin menikmati indahnya alam sungai di sore hari". Bagaimana dengan 'pencuri berotak'?. Dia akan kalang kabut mencari nasi yang lebih banyak, ketakutan akan kelaparan dan jatuh miskin, dan tidak pernah menyadari sinyal kenyang yang dikirim oleh perut ke otaknya (gimana mau nyadar, lha otaknya aja udah gak tau ada dimana). Jelas lambung manusia tidak berguna untuk menjadi alarm kata 'kenyang' atau 'cukup'. Otaknya pun sudah tidak mengenal rasa 'syukur'. Hilang didalam keserakahan luar biasanya.
139174445391077546
139174445391077546
Dan pemenang makhluk ter-RAKUS kita tidak lain tidak bukan adalaaaaaaah "JRENG JREENG" -- Manusia Pencuri Berotak! Janganlah kita sampai menjadi makhluk yang lebih 'bodoh' dari binatang yang tidak dikaruniai akal budi dan otak untuk berfikir. Malu donk sama buaya dengan segala predikat negatif yang melekat erat pada dirinya. Hidup hanya sebatas numpang kata beberapa orang, Sayapun menyetujui ucapan ini. Akan ada masa dimana kita kembali ke tanah dan melebur bersama dengan semua makhluk ciptaanNya. Akan datang waktu dimana Sang Pencipta meminta pertanggung jawaban atas semua hal yang telah kita lakukan, dan percayalah 'segala harta benda dan barang mewah itu tak ada guna'. Saya dengan tipisnya asa... Ket : Gambar diambil dari www.the666.com ; www.dreamstime.com ; www.eka-maria.blogspot.com  ; www.alinscartoon.blogspot.com ; www.reviokto.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun