Mohon tunggu...
Megawati Syahril
Megawati Syahril Mohon Tunggu... profesional -

A happy wife --- Alena's mommy --- A lecturer

Selanjutnya

Tutup

Humor

Uniknya Mama Mertua

6 Februari 2014   09:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:06 1690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hehe, jangan bingung atau heran dengan judul diatas ya. Saya hanya akan sedikit membongkar 'keajaiban dan keunikan' mama mertua Saya yang memang aneh tapi nyata. Sebetulnya sebelum menulis ini, Saya sudah meminta ijin dulu dengan Mamer agar tidak ada tuntutan pencemaran nama baik nantinya oleh beliau, haha. Mari kita bongkar sosok yang membuat suami tercinta dan terseksi Saya lahir ke dunia ini. Beliau biasa kami panggil dengan banyak sebutan, tergantung situasi dan kondisinya, misalkan jika kami anak-anaknya sedang 'happy mood' dan ingin menggoda Mamer yang aduhai ini, kami akan memanggilnya 'Mama atau Mami', namun jika suatu saat kami sedang bertingkah dan berulah dengan si Mamer atau sebaliknya Mamer yang mulai berlaku konyol (biasanya soal kekonyolan ini Papa Mertua Saya jagonya, haha. Ups, kayaknya next time kita bahas ya), misalkan kami anak-anaknya sudah berceloteh panjang lebar udah sampai Mexico, eh si Mamer masih aja bingung tiada tara tersesat di belantara hutan amazon. Jadilah Mamer menjadi bulan-bulanan dan tahun-tahunan kami semua, dan panggilan aneh pun mulai kami berikan, such as "Mama Dedeh, Mama gak asik, Mama gak nyambung, Mama galak, Mama dokter kok lama nyantolnya', haha (piss Mama). Oh ya, Mamer adalah seorang dokter spesialis anak yang super ramah dan mulai beradaptasi dengan kecanggihan dunia hiburan teknologi, sebut saja 'smart phone'. Well, sebuah proses yang cukup panjang dan memakan ribuan tahun untuk membuat Mamer bisa memakai BB, hehe. (Tapi sang Papa Mertua masih juara numero uno. Sudah berkali-kali kita memberi tahu bagaimana memakai BB dan bagaimana asiknya ber BB ria dengan tanpa mengurangi pulsa, eh si Papa Mertua tetap memilih cara konvensional : pokoknya hape BB hanya dipakai untuk sms dan telp saja, hahaha). Akhirnya setelah sekian lamanya, Mamer sudah bisa ber BB ria, mulai deh tu join group dengan teman-teman alumni dokternya. Saya pikir yang namanya ber BB ria sesama rekan dokter itu cukup formil dan yang dibahas seputar dunia kedokteran saja. Eits, Saya salah besar!. Kebanyakan berisi koleksi humor, dari yang konyol abis sampai menjurus rada-rada mesum dikit. Mulailah Mamer sering mengirimkan berbagai macam broadcast, dari yang berbau keimanan, ketakwaan, humor lucu, sampai humor yang Saya sendiri gak ngerti maksudnya, hehe. Mengenai sifat Mamer Saya, boleh Saya katakan Saya amat sangat bersyukur Tuhan memberikan sosok ibu yang baik hati, penuh dengan humor, pintar (yang ini kalau Mamer baca langsung deh melayang ke angkasa, haha), penuh dengan toleransi, tidak banyak menuntut, dan terkadang emosional (ini kalau soal kita gak disiplin, sifat yang satu ini mirip sekali dengan Saya. Bedanya Saya kalau lapar akan sangat mudah marah, haha, kalau Mamer karena sering sekali puasa, jadi lapar tidak menjadi masalah). Bersama dengan Mamer Saya bisa menjadi diri Saya sendiri, gak perlu make topeng mengeluarkan bakat natural 'acting' Saya agar terlihat sebagai sosok menantu idaman semua mertua, hahaha. Nyatanya itu semua jauh dari harapan. Mungkin Mamer shock dan menyesal mendapatkan menantu seperti Saya, yang ngomong nyablak (pokoknya apa yang ada dikepala itu yang keluar, malah terkadang mulut lebih cepat prosesnya dari otak Saya. And I am not proud of it), menantu yang satu ini doyan makan, bawel, dan suka seenaknya sendiri, jeleknya lagi cuek bebek. Tetapi Mamer tetap menyayangi menantunya ini dengan segenap kasih dan juga doa, syukur-syukur mantu Saya bisa berubah ya Tuhan, itulah doa yang mungkin Mamer panjatkan, hehe.

Sebuah kisah yang akan Saya ceritakan kali ini mengenai betapa uniknya Mamer Saya. Sebelumnya sudah Saya beritahu bukan jika beliau adalah seorang dokter spesialis anak. Walau sudah 'mature' alias tua (pokoknya Mamer gak mau dipanggil tua, lha pegimane Ma, emang udah umur, kwkwkw), beliau masih aktif dalam memberikan segala daya upayanya untuk memeriksa dan berusaha mengobati pasien 'unyu-unyunya', walau beberapa pasien cilik cukup membuat beliau kerepotan. Teringat sebuah kisah dimana seorang pasien cilik bertanya kepada Mamer saat akan diperiksa dengan stetoskopnya. Begini ceritanya : Mamer         : "Ayo, buka bajunya, biar Bu Dokter periksa dari perutnya", tentunya dengan suara ramah dan merdu (Oh ya, semua keluarga suami Saya merupakan penyanyi, dalam arti sangat mahir bernyanyi dan main musik. Kalau Saya jangan ditanya, wong kata suami, Saya kalau bernafas saja fals.) Pasien Cilik : "Bu Dokter, sebelum memeriksa aku dengan benar, aku minta Bu Dokter lepas dulu kerudungnya, agar Bu Dokter gak salah pas meriksa perutku. Takutnya nanti gak denger dengan jelas" DONG DENG DING! Hahahaa, Sayapun ngakak terpingkal-pingkal dengan cerita ini. Beliau kebetulan memakai jilbab. Mamaaa oh Mama, memang ya anak jaman sekarang udah semakin kritis, hehe. Saya dan suami sebisa mungkin tidak merepotkan Mamer, namun soal imunisasi sebisa mungkin kami berusaha agar dilakukan di rumah Mamer (di kota Jepara), jangan ditanya kenapa. Simple answer "beberapa biaya imunisasi cukup halmahera bukan?, so kalau ada yang gratis kenapa kita harus bayar". Dan dengan penuh ceria Mamer selalu menyanggupi. Hore!. Maaf ya Ma, mantumu ini modal dengkul, kwkwkw. Awalnya Saya tidak tahu bagaimana nantinya Mamer mengimunisasi Alena, maklum Saya termasuk wanita yang tidak akan pernah mencintai jarum suntik (kenapa harus disuntik sih? apa tidak ada metode imunisasi dengan memakan 'roti imunisasi' misalnya, dijamin Sayapun akan melakukannya, kwkw). Hari itupun tiba. Saya menanti dengan cemas, menanti, dan menanti, sampai nyaris tertidur pulas...Mamer kok belum nyuntik Alena ya?, pikir Saya. Kemudian Mama datang dengan senyum ceria dan berkata, "Ayo Me, kita imunisasi Alena". Herannya Saya, Mamer kemudian memperkenalkan Saya dengan seorang dokter wanita yang datang ke rumah pagi itu. Masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tibalah waktu imunisasi, Mamer menyiapkan semuanya lenngkap dengan jarum suntiknya dan Alena siap disuntik. NAMUN, begitu saatnya imunisasi Mamer keluar ruang praktek dan Saya tetap memegangi Alena, eh lha?. Dan akhirnya Alena disuntik oleh dokter tamu yang hadir pagi itu. Setelah semua selesai, Saya mendatangi Mamer dan bertanya, berikut percakapan Saya dengan beliau : Me          : "Lha Ma, tadi Mama kok malah keluar? Mama sakit pa?". Mamer : "Gak  Me, Mama gak sakit. Cuman...." Me         : Waduh jangan-jangan ada masalah ni, pikir Saya. "Ada apa Ma? Ada masalah kah Ma?" Mamer : "Gak ada Me, cuman Mama gak bisa nyuntik keluarga apalagi cucu Mama sendiri...Mama gak tega Me..." ENG ING EEEENG! Hahaha, begitulah Mama mertua Saya para pembaca yang selalu ceria, hehe. Sosok yang periang dan sudah berapa ratus bahkan mungkin ribuan anak beliau suntik, namun dengan cucu sendiri gak punya nyali, hahahahaa. Mama yang berani dan penuh semangat, berubah menjadi sosok pendiam, kalem, serta tanpa ada keberanian untuk menyuntik cucunya sendiri.

1391654035962714692
1391654035962714692
Thats my mother in law, the one I admire until now :) Have a sexy day people ^,^ Ket : Gambar di atas adalah koleksi pribadi penulis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun