Mohon tunggu...
Mega Sri Rahayu
Mega Sri Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - 203516516028 - Ilmu Komunikasi Universitas Nasional

Everything will come at the perfect moment

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menggugat Presiden Soeharto Melalui Petisi 50

6 Juni 2022   19:04 Diperbarui: 6 Juni 2022   19:33 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya hali ini membuat Presiden Soeharto pada awal Juni kemudian Presiden Soeharto menjawab kembali menjawab surat Keprihatinan itu melalui pernyataan Panglima komando pemulihan keamanan dan ketertiban Laksamana sudomo. Pernyataan petisi 50 itu menyinggung pemerintah karena menyiratkan ada usul Pergantian pemimpin nasional Padahal sama sekali dan keprihatinan itu tidak menyinggung tentang pergantian kepemimpinan nasional sesungguhnya. kemudian istilah petisi 50 itu lebih populer dibanding kelompok yang membuat surat keprihatinan jadi Petisi 50 pernyataan dari sudomo itu yang kemudian dijadikan sebagai kalimat untuk menyebutkan kelompok ini. Adapun pernyataan dari kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara Waktu itu pada keterangan persnya jmengatakan sejak sekarang akan membuntuti secara ketat semua penandatangan petisi 50 .artinya intelejen bergerak untuk memata-matai 50 anggota petisi 50.

“jadi ingat waktu SMA siswa kalau saya ingin tahu apa yang dilakukan petisi 50 saya ke Senayan menemui sekretarisnya waktu itu Christy NR ketemu di Senayan sebuah gedung di sampingnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu sembunyi-sembunyi itu jadi takut juga di intel begitu“.ujar Selamat Ginting, dosen FISIP Unas di Jakarta, baru-baru ini.

Adapun cerita dari cucunya Jenderal AH Nasution Bagaimana Nasution dibuntuti terus-menerus lalu untuk menghadiri pesta pernikahan juga tidak bisa untuk keluar negeri tidak bisa pensiunnya tidak dibayar Ali Sadikin juga sampai perusahaannya bangkrut dan lain-lain. Menurut pengamat komunikasi politik dan militer dari Unas Selamat Ginting,” Orde baru pada tahun 80 itu sangat keras sekali sikapnya terhadap kalangan oposisi bahkan beredar kabar Presiden Soeharto Akan mengirim 70 penandatangan petisi 50 itu ke Pulau Buru Pulau Buru di Maluku ini kan tempat tahanan politik bagi pengikut Partai Komunis Indonesia. namun rencana itu ditolak oleh menteri pertahanan keamanan panglima ABRI Jenderal M. Yusuf ,dia menentang supaya tentara tidak dalam politik praktis ,tetap harus politik negara. Presiden Soeharto juga kecewa terhadap M yusuf yang berani menentang rencana mengirimkan para tokoh ini ke Pulau Buru.”

Akhirnya pada tahun 1990 Soeharto mungkin sudah mulai tua , dan pengintelan terhadap meraka mulai lunak . BJ Habibie kemudian berinisiatif mengundang para penandatangan petisi 50 untuk rekonsiliasi dengan pemerintah dengan mengundang mereka tuh PT PAL Surabaya , dan Habibie melapor kepada Presiden Soeharto bahwa Ini Suasana harus dicairkan Pak Harto juga usia sudah 70-an sebaiknya konflik dengan para tokoh bangsa ini harus diakhiri. Soeharto kemudian menyetujui itu dan mengatakan bahwa Habibie adalah merekaumumnya senior saya dan teman-teman saya sesama angkatan 45 yang berperan mempertahankan kemerdekaan sehingga turut membangun bangsa mengijinkan kira-kira begitu saudara Habibie untuk bertemu mereka.

Lalu akhirnya pada pertengahan tahun 1993 Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh utama dibalik itu ke Istana Negara Nasution juga mendorong pemerintah sebaiknya melakukan proses rekonsiliasi yang bisa menyatukan para tokoh bangsa ini di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto ini jangan jangan berlarut-larut.” Saya ingat waktu itu saya Sebagai wartawan politik juga melihat bahwa headline surat kabar termasuk televisi.Waktu itu sudah ada beberapa televisi swasta nasional juga mengungkap peristiwa ini dan menjadi headline ,karena pertemuan presiden Soeharto dengan para tokoh bangsa penandatangan petisi 50 ini menjadi sebuah titik rekonsiliasi damai untuk menyatukan para tokoh dalam menyelesaikan persoalan bangsa .” ujar Selamat Ginting, dosen FISIP Unas di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut pengamat komunikasi politik dan militer dari Unas Selamat Ginting “Ujungnya adalah ketika pada 5 Oktober 1997 Pak Harto menganugrah dan pangkat Jenderal besar terhormat  pada Abdul Haris Nasution .beserta Panglima Besar almarhum Jendral besar Sudirman, serta Pakharrto sendiri menjadi Jenderal bintang 5 .Jenderal besar di Indonesia yang hingga saat ini belum ada lagi jadi kira-kira begitu suara petisi 50 ini hingga kalau sekarang ini.”

Jadi Ini adalah pelajaran dalam komunikasi politik bagi para politisi bahwa jika terjadi salah paham tanpa bertemu maka akan menimbulkan konflik, sehingga pertemuan atau komunikasi yang nyata dapat berubah menjadi kesepakatan nasional yang besar untuk  menyelesaikan masalah negara di masa depan. maka seharusnya,kemampuan menerima kritik ini juga harus dimiliki oleh para pemimpin bangsa. jadi jangan alergi kritik, kelompok oposisi, baik di parlemen, partai politik atau kelompok penekan. Sebagai pemimpin, seorang kepala negara  juga harus terbuka.

“Jangan sampai kita mengulangi ke Presiden Soekarno yang juga tidak bisa menerima kritik ketika menjelang akhir kepemimpinannya juga Pak Harto yang bermusuhan dengan petisi 50 sampai 13 tahun itu sebuah pembelajaran baginya kita semua jadi ke tetap membutuhkan orang-orang kritis terhadap pemerintah misalnya terhadap kebijakan-kebijakan yang yang kontroversial. Jadi jangan di itu sebagai apa namanya lawan politik atau musuh politik tapi justru itu adalah Mitra politik.” ungkap Selamat Ginting dalam channel youtube S.Ginting Official.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun