Anak - anak itu tampak serius memegang pulpen dan kertas. Ada yang berkerut dahinya. Ada yang mencuri - curi pandang kertas milik temannya, dari potongan rambutnya yang cepak, kulit sawo matang dan pakaian khas yang selalu dipakainya yaitu kemeja lengan pendek menunjukkan itu Budi. Ia tampak paling pesimis di antara kawan yang lain. Dari cerita yang kudengar dari Andi, memang ibunya suka memarahinya. Ketika nalar terdesak dengan tuntutan ekonomi, saat otak sibuk mencari cara dan kecemasan meliputi hati, ada saja emosi itu menyasar jiwa yang masih suci. Tapi Budi yang paling semangat datang hampir tiap hari termasuk saat weekend untuk bisa diajari. Ah! Andai waktu meregang sedikit untuk aku bisa meladeni semangatnya.
      Di rumah orangtuaku ini, tiap malam senin- jum'at dipenuhi anak tetanggaku. Sejak Tahun 2018 kubuka pintu rumahku secara gratis untuk siapa saja yang ingin belajar. Memiliki gelar sarjana pendidikan matematika kelas berbahasa Inggris dari PTN di Kota Semarang membuatku percaya diri bahwa ilmuku berarti. Awalnya hanya 1 orang yaitu Andi yang juga gemar berkecil hati, entah kenapa anak - anak di lingkungan ini suka berkecil hati, termasuk aku yang dulu. Mengingatkanku akan Mega kecil yang kebingungan dalam belajar karena tak ada tempat bertanya. Aku ingat pertama kali Andi datang ke rumahku dengan kaos yang agak kedodoran, saat itu ia masih kelas 5. Walaupun fisiknya yang tinggi kurus dan usianya harusnya sudah kelas 6, dengan sabar kuajari mapel matematika, perlu waktu agak lama tapi ia sebenarnya mampu.
****
      Tanaman tomat itu tampak daunnya mengering. Padahal ada 4-5 buah tomat menggantung hampir memerah ranum. Sekitar 2 hari lagi bisa dipetik. Batangnya juga terlihat mengeras kecoklatan. Kata adikku sebentar lagi tanaman itu menemui ajalnya. Katanya selalu begitu setelah berbuah. Tanaman dan hewan diciptakan untuk menyokong kehidupan manusia oleh Allah. Begitu Maha Pengasih dan Penyayang nya Allah terhadap manusia. Apakah tomat ini juga setelah mempersembahkan produk terbaiknya akhirnya mati? Memang tomat mudah untuk disemai. Bahkan pernah kulihat tanaman tomat tumbuh bersaing dengan Imperata silindrica alias ilalang. Tampaknya memang tanaman tomat itu seperti mengalirkan gizinya ke 4 buah tomat itu, sehingga daun - daunnya rela mengering. Jika tanaman saja bekerja keras untuk bisa bermanfaat bagi manusia, seharusnya manusa juga bisa bermanfaat untuk manusia lain.
      Aku mengalihkan pandanganku ke jalan samping rumahku. Karena beberapa ibu yang lebih tua dariku tampak berlalu lalang, aku tidak menyia - nyiakan kesempatan ini untuk beribadah yaitu melemparkan senyum dan sapaan. Aku juga sudah ibu - ibu namun kalau level ibu - ibu disamakan dengan level kompasiana, aku masih kategori ibu debutan. Memiliki gelar sarjana pendidikan tapi di rumah saja, sering sekali mendapat pertanyaan loh tidak kerja dan menyayangkan kenapa tidak mencari kerja. Aku memahami bahwa kalimat - kalimat itu sebenarnya untuk menjalin kedekatan saja. Ada juga kabar sampai tentang gunjingan ibu - ibu tentangku. Berbagai omongan negatif itu membuat pertahananku ambrol juga.
      Kesedihanku membuatku berpikir panjang. Tanaman tomat sore tadi yang bisa bermanfaat untuk manusia, diriku pun harus bermanfaat. Berawal dari cerita itulah hingga ku memilih mendedikasikan ilmuku untuk anak - anak di sekitar rumahku yang membutuhkan pengajaran. Bersamaan dengan berbagi, rejeki selalu menghampiri. Rejeki tak pernah gagal menemui tuannya. Kadang rejeki itu juga kupakai menyantuni sepupuku yang sudah yatim.
****
       Hampir setiap hari di rumah ramai kehadiran anak - anak SD, Alhamdulillah ketika ilmu bisa bermanfaat hati pun ikut damai. Ada 15  anak yang sering menghadiri les gratis, dengan jadwal yang bergantian. 15 anak dengan karakter dan kemampuan yang berbeda. Setiap 2 minggu sekali aku mengadakan kelas Bahasa Inggris atau kesenian di hari sabtu. Sebagai penyemangat, setiap kelas berakhir aku akan memberikan quiz materi hari itu, diselingi snack dan susu, dan hadiah utamanya bermacam - macam dari susu 1 liter, kaleng biskuit untuk hari raya, hingga alat tulis. Syukurku tiada henti karena bersamaan dengan berbagi, suamiku yang memiliki usaha jasa pembuatan peta juga ramai, dan suamiku yang selalu mendukung sebagai sponsor utama untuk menyenangkan anak - anak.
      Selain membahagiakan anak - anak ternyata orangtua mereka juga lebih menghargaiku. Tidak ada lagi pertanyaan - pertanyaan profesi. Bahkan ada yang menganggapku guru, meskipun aku merasa belum pantas menyandang guru, lebih tepatnya karena belum mempunyai murid dan pengalaman terjun lama di suatu sekolah. Aku menghargai keputusan suami yang menempatkan posisiku menjadi ibu, mungkin ia ingin memberikan masa kecil emas kepada buah hati kami. Bagiku wanita bekerja atau wanita di rumah memiliki tantangan masing - masing, tidak perlu dibanding - bandingkan. Malah semakin baik jika sesama wanita menjadi support system, alih - alih membicarakan kelemahan wanita lain. Kita bisa berbagi cara memasak yang enak dengan memberikan sampel makanan kreasi kita, bisa saling berbagi informasi kompetisi foto, menggambar untuk anak, kompetisi menulis ataupun tips menang giveaway. Sesuatu yang membuat semangat menggebu untuk bisa level-up diri dan memberdayakan diri.
****