Mohon tunggu...
mega helprida
mega helprida Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi STT HKBP Pematang Siantar

B e l a j a r

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Keberuntungan dalam Momentum Pandemi Covid-19: Mari Ubah Sudut Pandang

10 Desember 2020   22:24 Diperbarui: 10 Desember 2020   22:28 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2020 memang penuh dengan sensasi. Kita seperti tidak bisa mengelak keadaan yang tidak terduga dengan munculnya virus corona yang menyebar di seluruh dunia. Bila diperhitungkan kematian umat manusia menjolak lebih tinggi di tahun ini, dibandingkan dengan tahun-tahun yang sebelumnya. Hal itu dikarenakan penyebaran virus corona yang menyebar dengan cepat.

Meski reaksi virus tidak langsung mengakibatkan orang yang terindikasi virus tersebut meninggal dunia, namun gejala dan hinggapnya virus tersebut selama berhari-hari menciptakan peluang virus tersebut sempat tersebar ke orang yang berinteraksi dengan yang terkena virus corona. 

Sampai bulan Desember 2020 ini, berdasarkan data tirto.id, kematian sudah mencapai angka 1.575.621 dan kasus positif sudah mendekati angka 70 juta orang di seluruh dunia. Dan di Indonesia sendiri angka kematian yang disebabkan oleh virus ini sudah mencapai angka 18.000, data berdasarkan kompas.com.

Dan dalam kondisi yang masih dikatakan sangat belum normal dan stabil, lembaga pendidikan pun masih dalam situasi menjaga jarak dan tetap dalam kebijakan sistem pembelajaran daring (dalam jaringan). Awalnya memang keadaan dan situasi ini sangat dikeluhkan. Berhubung tidak efektifnya sistem belajar yang sedemikian rupa. 

Kebijakan kemendikbud, Nadiem Makarim selama daring ini dikabarkan menerbitkan revisi SKB, pemberian subsidi kuota internet bagi siswa, guru, mahasiswa dan dosen,  menghadirkan portal guruberbagi.kemdikbud,  dan menayangkan materi pembelajaran melalui TVRI bagi siswa yang tidak memiliki akses internet.  Namun tampaknya hal itu pun tidak efektif untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran ini. 

Fokus pada keefektifan mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan, tentu saja awalnya kondisi ini juga sangat dikeluhkan. Mahasiswa mengeluhkan banyak kendala dalam menjalani perkuliahan secara daring ini. Tidak sedikit mahasiswa yang kehilangan semangat dalam menjalani perkuliahan secara daring ini. Selain itu, kendala perkuliahan juga faktor dari masalah jaringan yang di luar jangkauan. 

 Dalam mata kuliah bahasa Indonesia misalnya, setiap mahasiswa harus mengusahakan paket internet dan segala keperluan agar tetap terhubung dalam jaringan. 

Meski waktu perkuliahan ditetapkan oleh dosen, namun hal yang di luar jangkauan pun dapat terjadi. Sehingga itu berdampak pada keefektifan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan secara daring ini. 

Namun yang ingin dikatakan di sini adalah, dengan semua pengalaman yang dialami oleh para mahasiswa selama menjalani perkuliahan online ini, justru menciptakan suatu kebiasaan baru dan itu membawa pada penyesuaian diri. Kenapa demikian? Mungkin di awal proses menjalani perkuliahan online ini dipenuhi dengan rasa jengkel dan mahasiswa sangat merasa tidak nyaman. Namun lambat laun, metode pembelajaran seperti ini membentuk kebiasaan baru dan mahasiswa mulai menyesuaikan ini. 

Tidak lagi menyinggung soal keluhan, dalam keterbiasaan pembelajaran seperti ini, pola pikir mahasiswa seharusnya mulai mengarah pada sisi positif dari proses belajar seperti ini. 

Jika terus mengeluh dan tidak memberi hati (niat) dalam keseriusan menjalani perkuliahan dengan cara seperti ini, tentu saja itu tidak akan memperbaiki keadaan. Mungkin saja pimpinan negara kesulitan dalam menangani ini. Dan mahasiswa seharusnya menciptakan celah baru untuk keluar dari keterpurukan ini.

 Penurunan drastis keseriusan dalam belajar akibat pandemi ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Namun juga bagaimana mahasiswa menyikapi kegagalan ini. Yang ingin saya katakan, mahasiswa tidak seharusnya menunggu aba-aba dari pimpinan mana pun untuk memulai kemajuan. Masing-masing mahasiswa bisa berkreasi dengan keterampilan dan kemampuan masing-masing. 

Beberapa mahasiswa dari Universitas Indonesia menciptakan karya atau menampilkan sesuatu di media sosial yang dapat menghasilkan uang, membuat channel yang berisi edukasi ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi. Dengan begitu, banyak pihak yang akan terkena dampak positif dari karya dan semangat para mahasiswa meski dalam pandemi seperti ini. 

Jika dilihat dari sisi positif, tentu saja semua masalah akan berubah menjadi "bagaimana kita menyikapi itu agar kita tidak semakin terpuruk". Waktu terus berjalan, mencari pihak yang bersalah dan terus mengeluh akan menyia-nyiakan tenaga dan kesempatan. 

Jadi, mahasiswa dimasa kini pasti bisa melebihi dari kata "terbiasa" dengan kondisi seperti ini, melainkan membuka pintu kemajuan pendidikan dan mulai membuat pergerakan perubahan semangat dunia pendidikan yang sempat lumpuh menjadi yang lebih hidup dan bermakna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun