Sehari ini saya menghabiskan waktu untuk membaca dua buah buku. Yang satu buku karangan BH (Budiman Hakim) dan yang satunya lagi karangan Hifni Alifahmi. Kedua buku itu membahas genre yang sama, yaitu tentang marketing. Bedanya adalah, Bang/Kang/Mas Fahmi membahas marketing communication secara umum sedangkan mas BH membahas salah satu bagian dari marketing yaitu iklan.
Buku mas BH yang judulnya ngobrolin iklan ini sangat menarik untuk dibaca. Tak diragukan lagi, penulisnya adalah praktisi yang sudah lebih dari 10 tahun (kalo gak salah ingat,sudah 18 tahun) menggeluti dunia iklan. Gaya penuturan yang luwes dan santai sangat pas untuk membahas topik “iklan” yang pada realitanya menghadapi banyak masalah. Periklanan/advertising yang menjadi bagian dari promotion mix ini adalah sesuatu yang cukup njelimet untuk dikaji. Mengapa tidak, seringkali terjadi ketidakselarasan antara teori-teori periklanan yang didapatkan dibuku-buku ataupun kuliah-kuliah dengan realita dilapangan. Dan sepertinya begitu juga dengan topik-topik lainnya.
Ketidakselarasan tersebut tentunya tidak kemudian menjadikan kita under estimate atau apriori menghadapi keduanya, justru diperlukan sinkronisasi dalam pelaksanaannya. Dalam artian, jika ternyata temuan dilapangan tidak sesuai dengan teori yang diajarkan, maka proses itu harus tetap dijalani. Tidak menjadi saklek dengan teori kemudian berhenti bekerja.
Berbeda dengan BH, mas/kang/bang Fahmi berusaha mengubah realitas itu menjadi sesuatu yang bisa disinkronkan. Tetapi bedanya, Fahmi berbicara dalam konteks marketing communication.
Seperti kita ketahui bersama bahwa ada beberapa bagian yang termasuk didalam marketing communication, diantaranya adalah advertising, public relation, direct marketing, personal selling, internet marketing, atau bidang-bidang lainnya. Fahmi ingin mengajak kita bahwa bagian-bagian marketing tersebut akan menciptakan sistem pemasaran yang baik jika masing-masing tidak saling berdiri sendiri. Artinya, ada saling membutuhkan antara bagian-bagiannya sehingga menciptakan harmoni yang indah.
Fahmi menganallogikan, marketing seperti sebuah orchestra yang terdiri dari elemen-elemen yang membawa spirit yang berbeda antara satu sama lainnya. Seperti adanya irama, tema, keterpaduan dan lain sebagainya yang sebenarnya sangat indah jika bisa diselaraskan. Tentunya bukanlah hal yang mudah untuk memadukan beberapa hal yang berbeda, tetapi apapun itu, yang kita butuhkan adalah harmonisasi.
Mungkin sama halnya dengan hidup ini, terkadang apa yang kita ucapkan lebih mudah daripada apa yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kadang teori-teori kehidupan sangat mudah untuk dipahami tetapi sulit untuk direalisasikan. Hal ini karena terlalu banyak faktor X yang mempengaruhi setiap proses yang kita lalui. Seperti halnya kitab suci yang mengajak untuk berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan. Seruan dalam kitab itu tentunya adalah sesuatu yang baik dan ideal untuk diikuti. Namun pada kenyataannya sangat banyak yang punya niat untuk berbuat kebaikan tetapi sangat sulit untuk berbuat kebaikan itu sendiri. Yang sangat penting adalah bagaimana kita tetap berusaha menuju keidealan itu, tetapi dengan tetap menjalankan apa yang ada dalam dunia nyata. Caranya adalah dengan tetap menjalani proses dan terus belajar bagaimana seharusnya proses yang harus kita lalui itu. Dan kerjakanlah.
Teori periklanan, teori marketing, ataupun teori kehidupan hadalah sebuah ideal yang harus kita capai. Tetapi ketika berhadapan dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Yang kita lakukan adalah menyelaraskan keduanya. Karena dalam hal apapun itu, yang kita butuhkan hanyalah harmoni. Indah bukan? J [MegaFirmawantiLasinta;MFL]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H