Memang benar kata orang-orang “Berbeda zaman berbeda pula apapun yang ada didalamnya”. Mungkin itulah ungkapan yang tepat guna menunjukan perbedaan remaja di tahun 90-an yaitu masa dimana ayah ibu kita sedang modis-modisnya dengan masa remaja kita sekarang ini. Kalau kalian ngga percaya dengan tulisan ini, boleh dicoba deh buat kepoin orang tua kalian!
1. Masalah penampilan
Remaja tahun 90-an : Mereka slalu berpenampilan apa adanya. Resensi utama dalam fashion adalah majalah. Majalah fashion yang cukup terkenal saat itu adalah “Aneka”. Style remaja tahun 90-an juga terinspirasi dari artis idola sebut saja Tommy Page, NKOTB, Debbie Gibson, White Lion, Guns n Roses, Nirvana, Putri Diana, Mariam Bellina, Selly Marcelyna dll. Untuk remaja putra banyak meniru gaya busana celana jeans dan kaos ketat ala persone NKOTB atau mungkin sedikit aksesoris ikat kepala dan gelang ala bintang music cadas. Sedangkan untuk remaja putri pakaian cenderung lebih tertutup dengan celana panjang atau rok bermodel A seperti Debbie Gibson dan Putri Diana.
Remaja sekarang : berpenampilan serba wah, kalau nggak produk luar negeri maupun yang brandit nggak berani bergaya di depan teman-temanya. Resensi fashion bisa dari penjuru arah. Kalau keunikan penampilan remaja zaman sekarang sih mungkin hanya terlihat dari tingkat kepedean remaja saat menggunakanya.
2. Saat disekolah
Remaja tahun 90-an : kalau remaja jaman dulu belajar itu prioritas utama. Masalah dapat bonus berupa pacar saat disekolah itu sih hadiah katanya. Disekolah guru adalah orang yang sangat dihormati. Terbukti ketika guru memberi tugas tak ada satu kata keluhan terlontar dari mereka semua. Kalian tau kan di era 90-an belum ada internet? Microsoftnya aja masih Microsoft star. Itulah hebatnya era ayah dan ibu kita. Dengan gigihnya mereka mencari tau lewat buku, Koran, televise dan lain lain.
Remaja sekarang : percaya atau tidak banyak diantara kita yang menganggap bahwa sekolah itu hanya tempat yang membuat kita datang, duduk dan hanya menunggu bel pulang. Mau tau buktinya? Simple kok. Ketika ada guru yang berkata “anak-anak ada tugas besok harus dikumpulkan!”. Spontan dari mulut kita keluar “yaelah bu, tugas mulu. Capek tau dikit dikit disuruh bikin power point, dikit-dikit ulangan harian. Dipikir otak kita robot?” (yaa walaupun ngomongnya di dalem hati). Are you forgot guys? Kita hidup dimana jari tinggal ngetik keyword dan tekan tombol enter maka apapun yang kita ingin tau bisa terjawab. Bayangin deh dulu ayah dan ibu kita nyalin beberapa lembar tulisan dari Koran buat nyelesain tugas. Nah kita? Tinggal tekan ctrl+c lalu ctrl+v.
3. Saat ngumpul bareng sama temen-temen
Remaja tahun 90-an: saat ngumpul hal yang menjadi trending topic adalah soal lawan jenis. Ternyata nggak ada bedanya ya dengan kita?. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol dan bersendau gurau. Enaknya kalau ada temen yang bisa main alat music seperti gitar, tak peduli suara fals mereka tetap berteriak menyanyikan lagu bersama-sama. Kalau kehabisan bahan obrolan maka mereka menyalakan tv untuk menonton film Si Doel yangpopular saat itu.
Remaja sekarang : niatnya aja ngumpul bareng. Di status udah nulis “ngumpul with temen-temen”. Nah kenyataannya? Iya sih beneran ngumpul. Tapi kayak nggak ada pertemuan secara real. Pas ngumpul pada sibuk dengan gadgednya sendiri-sendiri. Duduknya aja jauh-jauhan takut kalau sms atau bbm nya sama orang lain dilihat sama temenya sendiri. Kalau ngobrol pada egois, maunya ceritanya aja yang didengerin sama orang banyak. Pas giliran temenya mau cerita langsung deh kepala nunduk ke hape terus pura pura denger. Padahal dalam hati “males banget dengerin omongan ni bocah, ngga penting banget!” kebanyakan loh guys, nggak semua kok.
4. Pas Galau
Remaja tahun 90-an : emm.. munafik kalau bilang remaja tahun 90-an nggak pernah galau. Masa remaja adalah masa yang indah buat ngerasain kegalauan. Namun cara mereka tentu nggak sama dengan cara kita. Dulu, ketika ayah ibu kita galau hal pertama yang mungkin dilakuin adalah nulis diary tapi ini berlaku buat orang orang yang rajin. Buat yang males menyalurkan kegalauanya mungkin curhat ke temenya. Pokoknya mereka selalu cari solusi buat mengatasi perasaan tidak enak itu, bukan lantas berlarut-larut dalam kesedihan. Bukanya kenapa-napa jaman dulu galau itu bukanlah sesuatu yang keren. Jadi mereka nggak mau orag lain tau kalau lagi galau, pundung, bête, muram, dll. Karena itu bukanlah sikap yang membuat orang lain jadi simpati sama mereka, melainkan sesuatu yang membuat mereka malah dicemooh.
Remaja sekarang : ketika ada sms “oke, kita putus”. Tiga menit kemudian di status fb, twitter, path, bbm isinya “mana janji kamu yang dulu? Sekarang kamu malah ninggalin aku (pake emot sedih lagi). Oh ya satu lagi yang lebih ekstream. Upload foto mata sembeb gara-gara habis nagis di instagram. Seolah-olah galau itu kayak sesuatu yang dibanggain. Terus pas galau diem sendirian di kamar, sambil nangis terus muter lagu galau. Ngerasa deh yang paling tersakiti,menyedihkan dan tertindas di dunia ini.
Wahh ternyata banyak sekali ya perbedaan antara remaja tahun 90-an dengan remaja sekarang. Mungkin akan lebih bijak ketika kita mengambil nilai positif dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari dari masa dimana gadged belum menindas pergaulan remaja saat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H