David Allen Kolb, memperkenalkan Experiental learning dan mengemukakan bahwa "Belajar merupakan sebuah proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman."
Berdasar pada Siklus Experiental Learning, berikut kiranya yang dapat kita terapkan dalam pelatihan:
 Concrete Experience
Oleh karena tahap ini lebih menekankan pada pengalaman personal, peserta akan lebih mudah memahami jika diberikan pengalaman secara langsung, dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan materi saja, apalagi jike mereka belajar sesuatu yang baru. Contohnya, seorang Graphic Designer, dibandingkan belajar kontras warna melalui penjelasan, lebih baik mereka diberikan kesempatan untuk mencoba sendiri memadupadankan warna agar dapat melihat langsung kekontrasan dan keindahannya.
Reflecting Observasion
Peserta akan melakukan observasi terhadap apa yang dialami, mencari jawaban, melakukan refleksi, bahkan mencari dan memecahkan masalah sendiri. Contohnya, Graphic Designer akan melakukan observasi komposisi warna apa yang cocok untuk membuat design produk.
Abstract Conceptualization
Peserta dapat memahami poin-poin yang diambil dari fase reflektif, menghasilkan prinsip-prinsip abstrak yang dapat diterapkan pada situasi di masa depan. Contohnya, Graphic Designer dapat melakukan refleksi apakah design ini sudah sesuai dengan keinginan klien atau belum atau berkonsultasi dengan pihak terkait.
Active Experimentation
Pada tahap terakhir ini, peserta akan mulai mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh kedalam tugas dan pekerjaan mereka. Contohnya, karena sudah belajar mengenai kontras warna, Graphic Designer kini dapat lebih mudah menemukan warna yang memiliki kontras terbaik untuk sebuah desain.
Setelah memahami siklus tersebut, kita dapat mengidentifikasi gaya belajar peserta didik juga. Seperti Diverging (feel and watch), Assimilating (watch and think), Converging (think and do), dan Accommodating (feel and do). Sehingga kita dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih bermakna untuk peserta didik.