Mohon tunggu...
mega ardhianikartika
mega ardhianikartika Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Sosial antara Suku Madura dan Suku Dayak

14 Desember 2021   23:19 Diperbarui: 20 Desember 2021   22:05 3041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Banyaknya suku bangsa yang ada dari sabang sampai merauke, dimana setiap masing-masing suku bangsa memiliki kebudayaan atau kearifan lokal yang berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap suku bangsa memiliki perbedaan nilai dan norma adat istiadat yang dianut. Berlakunya nilai dan norma tersebut diimplementasikan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Suku bangsa memiliki perbedaan masing-masing mengenai cara pandang dalam menyelesaikan suatu masalah. Apabila timbul pertentangan yang melatarbelakangi suku, ras, dan agama mereka mulai membentuk kelompok diri menurut asal suku bangsanya (primodialisme). Terbentuknya stereotip masing-masing antar suku bangsa. Selain itu juga, hubungan antar suku bangsa pada lingkungan dapat menimbulkan batas sosial antar suku bangsa. Seperti suatu pemukiman hanya ditempati oleh satu suku. Hal itu dapat menyebabkan suatu disintegrasi antar suku bangsa. Dengan adanya perbedaan keberlakuan norma dan sudut pandang maka dapat menimbulkan pertentangan antar suku bangsa yang disebut dengan konflik sosial.

Terjadinya konflik sosial yang dialami oleh masyarakat Kabupaten Samba pada tahun 1999. Konflik tersebut dimulai karena kerusingan Dayak kepada para pendatang dari Madura. Profesi warga Madura dan Dayak yang hampir sama sebagai buruh dan petani. Hal itu menyebabkan kasus perebutan sumber daya ekonomu pada lahan pertanian. Dari sana, timbul konflik antar dua suku, yaitu Madura dan Dayak. Dampak dari konflik tersebut menewaskan 1.189 orang, 162 orang luka berat, 34 orang luka ringan, 3.833 rumah dirusak dan dibakar. Warga Madura yang mengungsi dari Samba ke Pontianak sebanyak 58.544 orang.

Latar belakang terjadinya konflik Kabupaten Samba sejak tahun 1990an. Pertentangan yang terjadi oleh petani jeruk warga suku Melayu melawan perusahaan Bimantara Citra Mandiri (BCM). Awalnya warga suku Dayak mendapatkan pemasukan yang sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai petani jeruk. Namun, setelah pasaran jeruk dimonopoli oleh aparat, dampaknya sangat dirasakan warga suku Dayak yang mengalai krisi ekonomi. Warga suku Dayak juga harus berhadapan dengan warga suku Madura yang berniat untuk berkuasa. Tiap tahunnya warga suku Madura mulai menjadi mayoritas dan menggeser warga suku Dayak.

Dari konflik tersebut pasti memiliki dampak negatif maupun dampak positif yang dirasakan oleh orang suku Dayak dan suku Madura setelah terjadinya konflik sosial tersebut, berikut beberapa dampak negatif dan dampak negatif yang dirasakan.

A. Dampak Negatif 

Dari kedua suku yang melakukan konflik sosial tentu saja dapat memperenggang hubungan baik menjadi tidak baik. Pada contoh kasus yang diangkat pada artikel ini bahwa orang suku Madura yang masuk ke dalam wilayah pemukiman orang suku Dayak untuk melakukan perdagangan yang muali dicurigai oleh orang suku Dayak. Sangat disayangkan jika salah satu suku dari bangsa Indonesia melakukan pertentangan yang dapat memecah belah suku bangsa. Berikut beberapa dampak negatif dari konflik tersebut.

  • Menelan banyak korban yang tewas maupun luka-luka

kepala-61c0956f7a6d8857d93632d2.jpg
kepala-61c0956f7a6d8857d93632d2.jpg
Konflik yang terjadi banyak menelan korban dikarenakan pembunuhan sadis sesama lawan, seperti orang suku Madura yang tidak menutup kemungkinan menggunakan senjata tajam dan berbahaya untuk menyelesaikan suatu konflik dan sebaliknya orang suku Dayak juga menggunakan senjata tajamnya untuk melawan dengan memenggal kepala lawan.
  •  Mengalami kerugian ekonomi

Pada tahun 1990an terjadinya krisis ekonomi yang bukan hanya dialami oleh orang suku Dayak tetapi oleh seluruh warga negara bangsa Indonesia. Dari sanalah timbul konflik sosial antar suku Dayak dan suku Madura di Kabupaten Sambas. Krisi ekonomi pada buruh yang berdampak pada sulitnya memenuhi kebutuhan pangan, ditambah keadaan yang tidak kondusif dan orang suku Dayak memanfaatkan situasi dengan mengambil hak milik ladang untuk bertani kepada orang suku Madura.

B. Dampak Positif

  • Orang Dayak merasa aman

Lamanya hidup berdampingan dengan pendatang orang suku Madura banyak terjadinya konflik kencil hingga konflik besar. Seringnya berjalannya waktu dimana orang suku Dayak sudah habis kesabaran dengan orang suku Madura dan terjadiah konflik besar-besaran  antar kedua suku tersebut yang mengakibatkan korban luka-luka hingga korban yang tewas. Konflik berakhir hanya menyisakan aset dan juga rumah orang suku Madura tanpa pemilik. Masyarakat Dayak merasa aman ketika orang suku Madura sudak tidak tinggal lagi ditanah Dayak, Kabupaten Sambas.

  • Tidak ada konflik lagi yang memakan banyak korban

Setelah berakhirnya konflik yang terjadi antara kedua suku tersebut kondisi sosial masyarakat sambas berubah secara pasti, tidak ada lagi para buruh yang berasal dari Madura yang bekerja dan tidak ada lagi para penjual yang dominan dikuasai orang suku Madura di pasar. 

 

Konflik tersebut merupakan kejadian yang tidak diinginkan oleh siapapun, karena dapat merugikan kedua belah pihak yang terlibat konflik. Konflik terjadi secara tiba-tiba dan spontan. Beberapa peranan pemerintah dalam menanggapi konflik adalah sebagai berikut:

  • Diadakan Musyawarah

Supaya konflik tidak semakin meluas pemerintah harus mengambil Langkah dan kebijakan untuk berupaya mendamaikan kedua belah pihak yang terlibat konflik, dengan cara melakukan musyawarah antara suku Madura dan suku Dayak. Dengan musyawarah pelaku dan korban konflik dapat diatasi dengan baik saat musyawarah dengan keputusan pasti ada yang salah dan benar.

  • Membuat Perjanjian

Mencari solusi agar tidak terulang kembali konflik dimasa yang akan datang, karena itu mulai muncul pemikiran pemerintah dan para tokoh adat masyarakat untuk melakukan beberapa perjanjian antar kedua belah pihak untuk disepakati dan dilakukan bersama-sama.

  • Membuat Tugu Perdamaian

Perdamaian merupakan suatu bentuk nyata antara kedua belah pihak yang bertetangan untuk melakukan tujuan tidak akan mengulangi pertentangan dan melakukan perdamaian. Pemerintah mengambil Langkah dalam membuat kebijakan untuk mendirikan tugu perdamaian yang bertujuan untuk tidak ada lagi rasa dendam antara pendatang dan pribumi terkhusus suku Dayak dan Madura, akan tetapi beberapa suku lainnya seperti suku Jawa, Sunda, Bugis juga berpartisipasi dalam pembuatan tugu perdamaian. Sehingga dengan upaya yang dilakukan oleh kedua belah pihak tersebut dapat menjadi contoh problem solving dalam kasus konflik sosial antar suku atau etnis.

Referensi

https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/5859/130905035.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://www.researchgate.net/publication/333869206_KONFLIK_ANTAR_ETNIS_MELALUI_PENGUATAN_WAWASAN_MULTIKULTURAL 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/06/150000479/kerusuhan-sambas-1999-penyebab-kronologi-dan-dampak?page=all 

https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fsijueng.blogspot.com%2F2013%2F11%2Fkasus-sambas-vs-madura.html&psig=AOvVaw3WvFQJH6AZ50Py5sY2Ivqm&ust=1640097394384000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjhxqFwoTCIjZj7qI9PQCFQAAAAAdAAAAABAD 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun