Mohon tunggu...
Mega Annisa Nimais
Mega Annisa Nimais Mohon Tunggu... Jurnalis - Berbagi Tulisan

Mari menulis dan berbagi pengetahuan bersama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Begini Pengaruh Remaja Menonton Sinetron

22 Juni 2021   23:52 Diperbarui: 23 Juni 2021   00:01 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tayangan televisi di Indonesia saat ini mulai bertransformasi, dari berbagai tema percintaan yang tak luput juga dari drama yang menggambarkan percintaan anak muda yang tidak relevan.

Layaknya, tontonan semacam ini akan selalu dikemas para stasiun televisi demi kenaikan rating suatu media. Terlepas dari hal tersebut para masyarakat Indonesia saat ini perlu memiliki tontonan yang mengedukasi, seperti pendidikan,psikologi,kesehatan atau hiburan semacam musik.Ketika melihat sinema elektronik berbagai adegan romantis dan terkesan berlebihan ditampilkan dalam adegan beberapa scene.

Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan masyarakat,pemantauan dan hasil analisis telah menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 pada Program Siaran "Yang Masih Dibawah Umur" yang disiarkan oleh stasiun Televisi RCTI pada tanggal 29 September 2015 mulai pukul 12.15 WIB

Menyoroti Sinetron berjudul "Yang Masih Dibawah Umur" ini terdapat beberapa adegan maupun ujaran yang tak pantas ditayangkan.Hal tersebut menjadi polemik ketika yang mengkonsumsi tayangan tersebut adalah anak-anak yang berusia di bawah umur. Adegan-adegan bullying dan percakapan antar teman dirasa kurang pantas.

Bagaimana tidak ? Kasus bullying di Indonesia juga masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Kekerasan antar pelajar karena berbagai masalah sepele sering terjadi dan menimbulkan trauma psikologis bagi korban bullying.Seharusnya, pendidikan moral dan tayangan terkait edukasi psikologis harus mengundara.  Namun, Ironisnya stasiun televisi lagi-lagi hanya melihat pasar. Populasi pasar media ini tidak bisa dilepaskan, rating yang berbicara dan terus menghasilkan pundi-pundi rupiah menguntungkan stasiun televisi tersebut maupun Production House(PH) yang mengemas tontanan tak layak itu.

Ironisnya tak melihat dampak moral yang dialami oleh anak -- anak di bawah umur kita mungkin merasa banyak anak berusia belia dewasa sebelum waktunya akibat tayangan yang seharusnya belum cukup umur dikonsumsi. Bahkan, tak segan-segan melontarkan kalimat yang jauh dari usianya.Miris rasanya melihat perkembangan informasi dan teknologi jadi penyebab perusak moral bangsa.
Kasus Sinetron Yang Dibawah Umur Ini tentang ujaran tidak pantas yang ditayangkan oleh stasiun  Rajawali tersebut.

"Putri pingsan pasti karena lagi hamil, om. Orang hamil 'kan suka pusing-pusing, kaya ibu guru". Kemudian ditimpali anak laki-laki, "Tapi aku udah coba bikin Putri nggak hamil kok om, makanya aku kasih nanas yang banyak".KPI melayangkan gugatan karena menilai hal-hal tersebut sangat berdampak buruk pada psikologis anak -- anak dan remaja yang menonton tayangan. Dikategorikan sebagai pelanggaran atas Norma kesopanan dan keasusilaan, mengenai perlindungan anak-anak dan remaja yang menonton.


Jika terus dibiarkan tayangan seperti ini akan merusak moral  anak, karena jika yang menonton berusia belia akan mudah menirukan beberapa adegan yang dirasa wajar dilakukannya tetapi tidak sepantasnya dilakukan. Perlunya pendampingan orang tua, terkait tayangan televise yang bermutu bagi anak-anak.

Wajar saja bila KPI melayangkan gugatan kepada sinetron yang dibintangi oleh Nasya Marcella,Sidik Edward,Natasha Wilona,Vonny Cornelia,Axel Matthew Thomas,Valerie Thomas,Donny Damara,Christy Jusung,Vanesha Presicilla,Jeremy Thomas ini mengalami jenis pelanggaaran yang dikategorikan sebagai pelanggaran norma kesopanan dan keasusilaan,perlindungan anak-anak dan remaja serta penggolongan program siaran.

Melansir dari Association for Natural Physcologhy anak yang terlalu banyak menyaksikan tontonan anak yang memiliki gaya hidup yang lebih pasif. Sebab, hal ini akan mempengaruhi pikiran dan perilaku anak beberapa tontonan anak yang mengandung adegan kekerasan atau tidak hal-hal yang tidak realistis sehingga akan mengembangkan imajinasi sang anak dan berfikiri bahwa mereka dapat melakukan hal serupa.

Bahkan, jika dibiarkan secara terus -menerus menyaksikan tontonan tersebut akan berdampak meningkatan resiko depresi pada anak. Lalu,anti sosial dan ganggguan kekerasan mental. Jadi, alangkah lebih baiknya orang tua mulai mengawasi tayangan yang di tonton oleh sang buah hati dan membatasi waktu pada anak.

Sementara itu, berdasarkan penelitian American Physcological Association (APA) di tahun 1995  menjelaskan bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk.

Dampak dari terlalu banyaknya menonton tayangan sinetron ini yang baru berumur remaja akan sangat berbahaya bagi psikis maupun fisik. Hal ini berkaitan dengan sel -- sel syaraf yang menjadi tidak sempurna karena sineteron akan mengubah cara berfikir sang anak.

Bila remaja  masih terus menontonnya akan membuat otakknya cenderung pasif dan melumpuhkan daya kritis sekaligus merusak kecerdasan otak sebelah kanan. Perlunya menghindari tayangan sinetron dengan alur kebiasaan yang kurang mendidik seperti, mengedepankan masalah percintaan,bahkan tak jarang menampilkan adegan berbau pornografi, dan gaya hidup borjouis,hedonisme serta glamour.

Akhirnya menimbulkan budaya mimpi di kalangan anak-anak maupun remaja secara tidak langsung juga berpengaruh dengan perilaku mereka di kesehariannya. Mereka akan terbayang-bayangan karakter yang hebat, atau pun tampan dan bagi pria, jika perempuan wanita cantik,anggun,elegan.

Adanya penekanan karakter ingin berupaya menang dalam urusan percintaan,pergaulan dan menimbulkan demam kepopuleran agar dikenal banyak orang. Melihat tayangan sinetron yang ada menerapkan beberapa karakter tersebut, mencermikan tak bermoral.

Sinetron ibaratnya dijadikan sebagai konglomerasi media,sebab dijadikan alat penghasil pundi-pundi keuntungan perusahaan --perusahan iklan semata dan menciptakan nilai baru yang menampilkan citra manusia yang sangat berbeda dengan apa yang dikehendaki tuhan.

Perlu di ingat memasuki dunia remaja tak sekedar menyaksikan tetapi juga mudah mengikuti untuk mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Ingin terkesan gaul namun kelewat gaul hingga melanggar norma asusila yang ada. Bahaya sosial akan dialami oleh para remaja yang salah memaknai suatu tontonan yaitu sinetron adanya pertentangan dalam dirinya untuk menirukan gaya maupun alur dari jalan cerita sinetron tersebut.

Agar remaja maupun anak-anak tidak terbius oleh tayangan tidak bermutu, tentu saja membutuhkan peran orang tua yang mengarahkan mereka agar memanfaatkan tayangan tv secara optimal. Orang tua juga harus bersikap sabar mendampingi anak -- anaknya menonton tv. Sebelum menonton tv usahakan diskusi bersama sang anak tak hanya sekedar menonton tetapi juga bisa memetik pelajaran dari tayangan yang mereka lihat (Insight).


Hindarkan anak-anak menonton acara reality show yang direkayasa  bisa  disiasati dengan berlangganan  Tv kabel. Mengingat tayangan di televisi kabel lebih bermutu ada beberapa channel yang mengusung edukasi pola fikir  dan wawasan sang anak seperti, National Geographic, Discovery Channel  for Kids.

Tak lupa selalu melihat rating usia yang layak ditonton untuk anak-anak maupun remaja jika di Indonesia biasanya terbagi menjadi semua umur (SU) lalu Bimbingan Orangtua (BO)  dan Dewasa (D).tetap mengawasi tontonan anak bersama keluarga agar kecerdasaan otak sang anak tetap terjaga dan bermoral tanpa memiliki bayang - bayang obsesi terhadap karakter suatu sinetron. Apalagi jika sinetronnya tidak layak ditonton bagi remaja maupun anak-anak.

Penulis: Mega Annisa Ni'mais

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun