Mohon tunggu...
Mega Juwita
Mega Juwita Mohon Tunggu... -

Menulis untuk Menggapai Cinta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hujan Air vs Hujan Abu

17 Februari 2014   03:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak terjadinya erupsi gunung Kelud Kamis malam (13/2) di Kediri yang dampak hujan abunya melanda hingga ke Jawa Barat,  banyak masyarakat  yang menantikan datangnya hujan air. Hal itu karena cukup sulit juga apabila masyarakat harus membersihkan secara manual  debu yang banyak melekat di hampir setiap tempat terbuka.

Sebenarnya. mudah saja untuk membersihkan abu yang melekat di tempat yang rendah, namun jika harus membersihkan abu yang melekat di tempat yang tinggi tentu akan semakin sulit.  Selain karena sulit dijangkau, abu vulkanik itu sendiri beresiko untuk kesehatan apabila terhirup saat bernapas. Bahkan, dampaknya pun bisa terasa langsung membahayakan saat terkena mata. Oleh karena itu banyak masyarakat di daerah yang tidak dihujani abu terlalu tebal lebih memilih untuk mendiamkan abunya hingga hujan datang.

Wilayah Tegal yang hanya sedikit terkena pengaruh hujan abu pun diuntungkan karena selain hanya terkena sedikit abu, tidak lama berselang hujan pun mengguyur wilayah tersebut. Jadi, masyarakatnya tidak perlu terlalu repot untuk membersihkan abu yang menempel di wilayah tersebut. Berbeda halnya dengan sebagian wilayah Jawa Barat yang terkena dampak abu vulkanik, masyarakatnya ada yang harus turun tangan langsung membersihkan abu yang menempel. Masyarakat Yogyakarta yang terkena hujan abu cukup tebal bahkan harus bekerja lebih keras lagi karena hujan yang deras tidak mengguyur kota itu.

Sedangkan di wilayah Banyumas tempat saya tinggal, pagi hari setelah malamnya Gunung Kelud meletus, justru tidak terlalu nampak adanya hujan abu. Hal itu karena pagi hari di wilayah saya justru turun hujan air yang deras. Namun, hujan air yang turun nampak tidak seperti biasanya. Airnya nampak keruh sehingga bahkan saat pukul 07.00 WIB nampak seperti masih pukul 05.00 WIB. Setelah hujan air reda, barulah hujan abu kering nampak jelas terlihat. Abu yang halus nampak semakin lama semakin menebal di atap-atap rumah dan tanaman. Namun, sore harinya hujan air turun walau tidak terlalu deras. Hujan air tersebut dapat menghilangkan sebagian abu yang menempel. Hingga hari ini, Minggu (16/2) abu sisa erupsi Gunung Kelud masih nampak sedikit menempel di wilayah tempat saya tinggal.

Apapun yang terjadi entah hujan abu atau hujan air, semua sudah ditakdirkan Sang Pencipta. Di sebagian wilayah Indonesia misalnya yang rawan banjir dan tanah longsor mungkin masyarakatnya berdo'a agar hujan air tidak mengguyur wilayah mereka, namun ada sebagian lagi wilayah Indonesia yang justru mengharapkan guyuran air hujan tersebut. Sebagai manusia, kita semua hanya bisa berdo'a dan berusaha, namun tetap Sang Pencipta lah yang berhak menciptakan segala cerita di bumi-Nya.

--------------------------------

Wangon, Banyumas

16 Februari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun