Bertabur cahaya api,
Berbaris butiran air,
Bergoyanglah bumi ini.
Menyapu sejenak senyum-senyum manusia kemarin
Mereka sebut ini bencana
Bencana di tanah tempatku berdiri
Ada yang mengartikan hukuman bagi si lalai
Ada yang mengartikan ujian bagi si sabar
dan
Eh
Ada pula yang cukup diam
Tak menyalakan arti apa-apa
Ya. Ku kira,
manusia berhak hidupkan hatinya masing-masing
menilai, merenungi kisah Bumi pertiwi
karena,
hati manusia tentu bisa berbeda
satu kisah yang sama, belum tentu “terasa” sama
begitupun Sang Hakim yang nyata, Sang Pencipta segala
Penciptaku,
Pencipta mereka,
Pencipta kisah-kisah yang bertaburan di bumi-Nya
Dia, Sang Pencipta
tentu punya rencana berbeda bagi masing-masing hati ciptaan-Nya
kini,
tinggal bagaimana
setiap hati dalam kisah yang sama
bisa bijak menilai “beda rasa” yang ada
------------------------------
Dalam Kamar Dunia,
16 Februari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H