Mohon tunggu...
Mega Rahmawati
Mega Rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Keistimewaan dalam kehidupan adalah menjadi diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahagia atau Dibahagiakan?

26 Desember 2020   22:29 Diperbarui: 28 Desember 2020   20:47 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Judul Esai          : Berbagi Kebahagiaan:Bahagia atau di bahagiakan?

 

 

Bahagia bukanlah persoalan yang sulit buat kita miliki,melainkan sebuah pilihan kita mau Bahagia dengan cara kita sendiri atau Bahagia atas dasar orang lain.Dunia boleh saja berbicara bahwa kebahagiaan adalah lini dari sebuah kenyamanan,tetapi apakah kalian berfikir bawasannya kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakannya bukan orang lain.Akan tetapi,fakta berbicara lain.Salah satunya setiap orang memiliki presepsi bawasannya Bahagia tercipta adanya kenyamanan terhadap orang lain bahkan ada pula pelajar SMP yang mengatakan bawasannya kenyamanan itu tercipta adanya dua insan yang saling melengkapi satu sama lain.

Bahagia itu akan tercipta jika kita mampu menerima keadaan yang kita miliki saat ini,lebih banyak bersyukur atas apa yang sudah kita miliki.Kebahagiaan kita bukan ada ditangan mereka akan tetapi kebahagiaan tercipta jika pandai untuk bersyukur,ada banyak cara yang dapat kita lakukan agar tidak berharap terhadap orang lain,bahkan sekarang banyak bermunculan di media sosial yang berbicara gimana caranya untuk Bahagia,bagaimana kebahagiaan bisa kita dapatkan,dan lain sebagainya.

Bahagia itu tidaklah sulit,akan tetapi kita mau berusaha tidak untuk mengali potensi yang kita miliki mengasah kemampuan,pada dasarnya setiap manusia memiliki kelebihannya masing-masing.Jika kita mampu mengasahnya mengali lebih dalam yakin lah kalian pasti Bahagia seiring berjalannya waktu.Selain hal itu coba kalian menyibukkan diri dengan aktivitas yang bermanfaat,mengurangi bermain ponsel dan aktifitas yang kurang meng edukasi diri.

Akan tetapi kerentanan dalam meng edukasi bahkan rasa untuk mengasah kemampuan serasa tidak ada,semua hal ini tercipta karena kita berada di Era Globalisasi yang mana setiap orang lebih fokus bermain ponsel dari pada menyibukan diri kearah yang lebih positif lagi.

Semenjak beredarnya ponsel digunakan pada awal 2000-an kualitas anak semakin tahun semakin menurun rasa kepercayaan dirinya dan makin menurun rasa kebahagiaan yang mereka miliki,sebab 89% di tahun sekarang sampai tahun yang akan datang setiap anak menghabiskan waktunya untuk bermain ponsel dan sisanya mereka gunakan untuk sekedar berkumpul Bersama teman,keluarga dan sanak saudara,jadi dari sini bisa kita lihat kapan waktu mereka untuk meningkatkan kualitas diri mereka dan dari sini juga bisa kita lihat sebenernya mereka ingin Bahagia atau dibahagiakan?\

Nama                  : Mega Rahmawati

NIM                    : 2010801002

Prodi                   : Psikologi

Universitas         : Aisyiyah Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun