Mohon tunggu...
Mega Melinda A.P.
Mega Melinda A.P. Mohon Tunggu... Mahasiswa - IAIN Ponorogo

Hai! Saya Mega Melinda, seorang mahasiswa semester 4 di IAIN Ponorogo, sedang menempuh studi S1 Tadris Matematika. Di sela-sela waktu kuliah, saya juga aktif mengeksplorasi berbagai isu-isu terkini dalam dunia pendidikan dan psikologi pendidikan. Melalui akun ini, saya berbagi artikel dan pemikiran seputar topik-topik tersebut, serta berdiskusi dengan komunitas gen Z lainnya. Ayo bergabung dan jadilah bagian dari perbincangan yang asik tentang masa depan pendidikan! ✨

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bosan dengan Pembelajaran yang Monoton? Yuk, Terbangkan Potensimu dengan Inklusi Tanpa Batas!

17 Maret 2024   23:31 Diperbarui: 17 Maret 2024   23:38 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Rendahnya tingkat numerasi dan kemampuan matematika siswa di Indonesia menjadi perhatian serius dengan data yang menunjukkan bahwa dalam PISA 2018, Indonesia menempati peringkat 72 dari 79 negara, dengan skor rata-rata matematika hanya 379, jauh di bawah rata-rata OECD. 

Laporan OECD tahun 2019 menegaskan bahwa Indonesia memiliki kesenjangan besar dalam kemampuan matematika, di mana 25% siswa teratas setara dengan 10% siswa teratas di negara-negara OECD, sementara 25% siswa terbawah memiliki skor yang jauh lebih rendah. Studi IMFS tahun 2020 menambahkan bahwa bahkan di tingkat SD, hanya 39% siswa mencapai nilai standar minimum dalam tes matematika, menunjukkan kesulitan dalam memahami konsep dasar seperti operasi bilangan dan geometri. 

Penelitian oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2017 menyoroti berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan matematika, termasuk kurangnya pemahaman guru terhadap konsep, metode pembelajaran yang tidak tepat, serta kurangnya motivasi dan dukungan dari orang tua dan masyarakat. Dengan demikian, perbaikan dalam sistem pendidikan matematika, pemahaman yang lebih baik dari guru, serta dorongan dari orang tua dan masyarakat akan menjadi kunci untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa di Indonesia.

Signifikansi pembelajaran inklusif dan penyesuaian kebutuhan belajar yang beragam menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan rendahnya kemampuan matematis dan numerasi di kalangan siswa Indonesia. Melalui pendekatan inklusif, setiap individu akan menerima perhatian yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya, termasuk mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami dasar konsep matematika, sebagaimana yang terungkap dalam berbagai penelitian terdahulu. 

Dengan menerapkan strategi diferensiasi pembelajaran serta pemanfaatan teknologi, pendidik dapat menyesuaikan proses pembelajaran guna memenuhi kebutuhan setiap siswa yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi matematika. Inovasi seperti Inklusi Tanpa Batas menawarkan pendekatan yang terstruktur, penguatan positif, dan pembelajaran yang beradaptasi yang terbukti berhasil dalam meningkatkan pencapaian akademik serta memperkuat kepercayaan diri siswa dalam menghadapi tantangan pembelajaran matematika yang kompleks.

Inklusi Tanpa Batas adalah suatu metode pendidikan revolusioner yang menggabungkan aspek-aspek dari Behaviorisme dan Diferensiasi Pembelajaran dengan tujuan untuk mengoptimalkan kemampuan individu setiap murid dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif serta memberdayakan bagi peserta didik. 

Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada penyatuan murid dengan beragam latar belakang, melainkan juga pada pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan belajar masing-masing individu, disertai dengan penyediaan materi pembelajaran yang disesuaikan serta memberikan dukungan dan motivasi yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan belajar. 

Dengan prinsip-prinsip dasar seperti memberikan pedoman yang jelas dan menyediakan variasi pilihan aktivitas serta tingkat kesulitan pembelajaran, Inklusi Tanpa Batas dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi peserta didik, pendidik, dan institusi pendidikan, termasuk peningkatan prestasi belajar, motivasi, keterampilan sosial, dan citra baik sekolah. Inklusi Tanpa Batas mewakili sebuah inovasi penting dalam dunia pendidikan yang berpotensi menghasilkan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan bermutu, sekaligus membuka peluang bagi setiap peserta didik untuk mencapai tingkat kesuksesan yang optimal.

Proses ini dimulai dengan penilaian individual yang mencakup evaluasi terhadap kemampuan, gaya belajar, dan minat setiap murid yang kemudian digunakan untuk membuat profil belajar yang khusus untuk setiap individu. Dari profil belajar ini, guru menetapkan tujuan belajar yang diferensiasi untuk setiap murid, dan tujuan tersebut dikomunikasikan dengan jelas kepada murid. 

Selanjutnya, guru menyediakan berbagai pilihan kegiatan belajar yang beragam untuk memenuhi kebutuhan serta minat semua murid, dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, seperti pembelajaran langsung atau berbasis proyek. 

Selama proses pembelajaran, guru terus melakukan penilaian berkelanjutan untuk melacak kemajuan belajar murid dan memodifikasi pembelajaran sesuai kebutuhan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Inklusi Tanpa Batas ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung di mana setiap murid memiliki kesempatan untuk mencapai potensi penuhnya, baik dalam pelajaran matematika, bahasa Inggris, sains, maupun mata pelajaran lainnya.

Contoh studi kasus terkait dengan Behaviorisme dan Diferensiasi Pembelajaran dapat kita amati dalam kasus berikut ini. Bu Ana, seorang guru matematika di kelas 5 SD, menghadapi tantangan yang kompleks dalam memastikan pembelajaran yang efektif bagi murid-muridnya yang memiliki kemampuan belajar yang beragam. 

Untuk mengatasi tantangan tersebut, dia memutuskan untuk menerapkan pendekatan Inklusi Tanpa Batas di kelasnya. Langkah pertama yang dia ambil adalah melakukan penilaian individual terhadap setiap murid untuk memahami kemampuan belajar, gaya belajar, dan minat mereka dalam matematika. Dari hasil penilaian ini, Bu Ana kemudian menetapkan tujuan belajar yang terdiferensiasi untuk setiap murid, memastikan bahwa tujuan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan belajar masing-masing murid.

Setelah menetapkan tujuan belajar yang berbeda-beda, Bu Ana menyusun berbagai aktivitas pembelajaran yang beragam sesuai dengan kebutuhan dan minat murid. Misalnya, murid-murid yang memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi diberikan tugas yang lebih kompleks, sementara murid-murid yang masih kesulitan dalam memahami konsep dasar matematika diberikan kegiatan yang lebih mendukung. Selain itu, Bu Ana juga memberikan pilihan kegiatan belajar yang berbeda, seperti pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran berbasis proyek, untuk memenuhi gaya belajar yang beragam.

Dalam pelaksanaannya, Bu Ana terus melakukan penilaian berkelanjutan untuk melacak kemajuan belajar setiap murid dan memodifikasi pembelajaran sesuai kebutuhan. Hasilnya, terlihat peningkatan prestasi belajar matematika pada semua murid, yang disertai dengan peningkatan motivasi belajar dan rasa percaya diri. Implementasi Inklusi Tanpa Batas membawa dampak yang signifikan bagi pembelajaran matematika di kelas Bu Ana, memastikan bahwa semua murid mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran.

Studi kasus yang melibatkan Bu Ana sebagai guru matematika di kelas 5 SD menyoroti keberhasilan penerapan pendekatan Inklusi Tanpa Batas dalam mengatasi tantangan kompleks terkait dengan kemampuan belajar yang beragam di kalangan siswa. Dengan melakukan penilaian individual dan menetapkan tujuan belajar yang terdiferensiasi, Bu Ana berhasil menyusun berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat setiap murid, mulai dari yang memiliki kemampuan matematika tinggi hingga yang masih kesulitan memahami konsep dasar. Melalui pendekatan ini, terlihat peningkatan prestasi belajar, motivasi, dan rasa percaya diri pada semua murid, membuktikan bahwa Inklusi Tanpa Batas merupakan solusi yang efektif untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung di mana setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran matematika.

Referensi:  

Ica. (n.d.). 5 Cara Mengajar Yang Baik Bagi Seorang Guru. Sudah Tau? utakatikotak.com. Retrieved March 17, 2024, from https://www.utakatikotak.com/5-Cara-Mengajar-Yang-Baik-Bagi-Seorang-Guru-Sudah-Tau/kongkow/detail/11534

Kafifah, A. (2019). Pelevelan Kemampuan Matematika Siswa Berdasarkan Kemampuan Matematika dalam Menyelesaikan Soal PISA Konten Change and Relationship. https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/92747

Kafifah, A., Sugiarti, T., & Oktavianingtyas, E. (2018). PELEVELAN KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN. 9(3).

OECD. (2019). PISA 2018 Results (Volume I): What Students Know and Can Do. OECD. https://doi.org/10.1787/5f07c754-en

Putrawangsa, S., & Hasanah, U. (2022). Analisis Capaian Siswa Indonesia pada PISA dan Urgensi Kurikulum Berorientasi Literasi dan Numerasi. EDUPEDIKA: Jurnal Studi Pendidikan Dan Pembelajaran, 1(1), Article 1. https://doi.org/10.60004/edupedika.v1i1.1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun