Mohon tunggu...
Kancil Petualang
Kancil Petualang Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencoba menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Money

KKN Lebih Mudah Diatasi Ketimbang Budaya Kerja yang Buruk

8 September 2011   02:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:09 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau anda baca headline diatas rasanya sulit membayangkannya. Bagaimana mungkin Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang sudah menjadi momok bagi rakyat indonesia menjadi sebegitu gampangnya dihentikan ketimbang mengubah budaya kerja yang buruk. Kalau anda bertanya lagi, bukankah budaya kerja yang buruk adalah pencetus timbulnya KKN ? , yah mungkin saja teori itu ada benarnya, tapi bukankah masih ada saja budaya kerja buruk yang terjadi disuatu instansi namun tidak diketemukan KKN didalam instansi tersebut? .

Budaya kerja yang buruk secara definisinya mungkin masih abstrak, namun bisa saya definisikan sebagai in efisiensi kinerja suatu instansi atau rendahnya produktifitas kinerja karena berbagai sebab. Saya tidak setuju apabila KKN disebut sebagai budaya, karena budaya ialah hasil kreasi suatu bangsa yang merupakan kompleksitas pola kehidupan suatu bangsa, dan tidak jarang hal itu diturunkan secara genetis. Sedangkan KKN itu adalah suatu kreasi jahat didalam suatu organisasi yang sedemikian rupa dan terkadang sistematis (terpola) dan sengaja diciptakan untuk menguntungkan orang-orang tertentu.

Berapa penilaian kadar KKN Indonesia dimata dunia ? tahun 2010 Hong Kong, Political and Economic Risk Consultancy (PERC) memberikan skor yang tidak mengenakan yaitu peringkat 111 dari 180 negara. Masih lebih baik memang daripada peringkat Sepakbola (FIFA) kita yaitu 130 dunia hahaha. Jangan tanya malaysia, brunei, thailand peringkat berapa, karena memang jauh sekali, mereka jauh lebih tidak korup dari kita. Kalau saya bertanya berapakah peringkat budaya kerja indonesia ? jawabnya susah-susah gampang, karena memang variabelnya sangat banyak dan belum ada yang memeringkat ini (kalau ada tolong koreksi saya). Tujuan dari tulisan saya sebenarnya ingin memberikan perspektif yang menarik, berantas lah budaya kerja buruk maka KKN akan hilang dari Indonesia. Kok bisa segampang itu? apakah kaitan antara KKN dengan Budaya kerja buruk sangat erat? jawabnya Lebih erat dari hubungan suami istri. Apakah anda sering titip absen ? kalau sering berarti pengawasan diinstansi anda sangat lemah, apakah anda sering bermain dijam kerja? kalau iya berarti anda tidak peduli dengan aturan instansi, apakah pelayanan anda sudah maksimal kepada client ? kalau belum berarti anda tidak peduli terhadap stakeholder, apakah atasan anda bersifat objektif terhadap kerja anda ? berarti atasan anda tidak tau cara memimpin, apakah beban kerja kantor anda jauh dibawah produktifitas ideal intansi ? kalau belum berarti anda menjalani korupsi waktu yang massif, apakah ada sistem koreksi atau aduan didalam instansi anda terhadap atasan maupun sistem kerja? kalau tidak ada maka KKN akan tumbuh subur. Dan masih banyak contoh lainnya.

Dulu saya pernah diberikan lembaran hasil survey terhadap KKN, agak mengejutkan memang hasilnya, karena 80% orang yang melakukan KKN lebih karena tekanan dari sistem, baik itu atasan dan teman kerja, pola kerja yang sudah terbentuk, dan gaji yang rendah. Walaupun survey ini dilakukan dengan responden yang sedikit namun karena disurvey didalam instansi yang terkenal korup, saya anggap ini lumayan valid. Bagaimana dengan orang-orang yang rakus atas harta dan tidak peduli dengan pola kerja ? jawabnya less than 5 % (berdasarkan kesimpulan saya atas survey secara menyeluruh). Saya meringis dan merinding, berarti orang-orang yang selama ini kita kecam atas perbuatan KKNnya ternyata "menunggu" untuk diselamatkan. Mereka ini ternyata adalah korban, atas pola kerja, tekanan atasan dan gaji yang rendah. Berarti cukup gampang untuk mereform suatu instansi apabila hanya ingin "menghapus KKN", cukup merubah pola kerja korup menjadi pola kerja tidak korup 'misalnya' apabila anda tidak punya batasan berapa lama membuat KTP, maka buatlah batasan membuat KTP dalam waktu 2 jam misalnya, apabila pejabat bersangkutan tidak sanggup maka segera buat hukuman (punishment),dalam hal ini tidak ada lagi peluang KKN karena pelayanan memang cepat dan tidak birokratis. Selain itu tekanan atasan dan teman kerja, cukup gampang, mutasikan saja semua baik atasan, bawahan kedalam suatu tempat yang benar-benar baru, akan tercipta shock condition dimana semua orang di lingkungan kerja takut untuk berbuat buruk karena iklimnya baru dan cenderung beradaptasi (masa adaptasi ini meminimalkan risk of corruption). Gaji rendah, ini tidak bisa dipungkiri namun bagaimana baiknya meningkatkan gaji tanpa membebankan anggaran? jawabnya gampang, kaitkan dengan produktifitas, klasifikasi skill pegawai dan efisiensi kerja, hal ini dalam jangka panjang justru akan meningkatkan profit instansi.

Bagaimana dengan orang-orang yang berpredikat 5% ini, mereka adalah orang-orang yang rakus dan sulit untuk menerima perubahan yang baik sekalipun. Orang-orang seperti ini memang harus dijegal dari awal penerimaan pegawai, karena psikologi dan psikotes akan meminimalisir keberadaan orang-orang seperti ini. Selain itu saya kira perlu adanya penguatan dalam sistem whistle blower maupun pengaduan internal yang sangat baik, karena early detection mutlak digunakan untuk mendeteksi kaum 5% ini.

Apakah kalau KKN sudah dihilangkan berarti Budaya Kerja Buruk bisa hilang juga? jawabnya TIDAK, umumnya instansi yang memiliki indeks korupsi tinggi juga memiliki Budaya Kerja Buruk yang tinggi pula. Sebagai contoh, salah satu departemen pemerintah yang cukup sukses membrantas KKN harus menyewa 3 konsultan Manajemen sebut saja salah satunya Rhenald Kasali dkk, untuk membantu proses integrasi manajemen publik yang efisien dan tangguh. Apakah cara ini berhasil? rupanya konsultan itu menyatakan bahwa gerbang pembrantasan KKN baru langkah sangat awal, step yang panjang adalah memberikan budaya kerja yang mumpuni didalam departemen tersebut. Sebut saja salah satu stepnya yaitu menilai beban kerja dari seluruh item-item pekerjaan didepartemen tersebut. Bagaimana seseorang dianggap produktif dan efisien apabila nilai dari pekerjaannya tidak terukur secara tepat ? mungkin itu salah satu jawabannya. Salah satu konsultan malah menyebutkan bahwa grand design perubahan terletak dari sistem TI yang mumpuni, karena belajar dari instansi seperti bank, finance, insurance mereka bisa berhasil mencetak pola budaya kerja yang baik karena ditopang oleh sistem TI yang sangat mendukung kerja mereka. Saya pernah keliling dari perusahaan bank satu ke bank yang lain, dari BCA, BNI, Mandiri, BRI, Niaga dll. Rupanya budaya kerja yang paling baik ada di Bank Mandiri, jangan kaget kalau pelayanan yang sangat baik di teller unit cabang juga berlaku didalam kantor pusatnya. Hal ini berbeda untuk bank-bank lain, pelayanan sangat baik rupanya baru sebatas di unit cabang saja, belum menyentuh ke kantor pusat (non pelayanan client). Saya sempat bertanya dengan Head unit bank mandiri, konon resepnya adalah grand design budaya kerja yang excellent, pemeliharaaan budaya kerja secara kontinyu/konsisten dan juga dukungan TI yang mumpuni. Tidak heran kalau kita menyempatkan datang ke unit-unit bank mandiri kita akan disuguhkan pemandangan "Kompetisi" budaya kerja diantara unit-unit mereka, piala-piala atas kemenangan Team Work, Efisiensi Kerja, Best Value terpajang rapih di ruang-ruang tunggu mereka.

Dari Kesimpulan saya diatas, masihkah kita mau berfikir bahwa KKN adalah budaya yang sulit dihilangkan ? atau kita mau berfikir bahwa KKN bukanlah budaya yang banyak orang sering katakan, sampai berakar malah beritanya. Sungguh KKN itu lebih mudah dihilangkan ketimbang Budaya Kerja yang buruk, apabila kita berfikir luas dan perspektif yang lebih condong mengarah penyelesaian masalah. Memang KKN itu mudah dihentikan, namun siapa yang memulai, itu pertanyaannya. Bukankah 80% responden mengatakan itu tekanan atasan dan pola kerja yang sudah terbentuk ? berarti anda tau darimana harusnya kita memulai pemberantasan KKN itu.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun