Mohon tunggu...
meika sinaga
meika sinaga Mohon Tunggu... -

meepei its my cool name. seseorang yang memang siapa-siapa. menyukai media internet untuk mencari info, teman diskusi, dan untuk mengekspresikan diri. suka menulis, walau tidak hebat...suka menyanyi, walau tidak hebat, suka main musik, juga walau tidak hebat, dan suka memasak, yang pastinya hebat!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pendiam adalah Kelebihan. ????

5 Maret 2010   13:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:36 2501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sahabat Lebih Dari Saudara, menurut saya itu benar adanya. Saudara, kita memiliki hubungan yang diikat oleh darah dan hal itu yang menjadikan adanya ikatan batin siantara saudara.

Sahabat??

Tidak ada hubungan darah, namun bisa menciptakan ikatan batin. Wow! Dahsyat!

Saya adalah salah satu pengagum hubungan persahabatan. Saya juga orang yang sangat sayang dan sangat tergantung pada pendapat sahabat (yang pada akhirnya saya sadar kalau itu tidak baik untukku). Mari kita lihat contoh ketergantungan seseorang (saya sendiri) terhadap sahabatnya,


  • Setiap kali mengambil keputusan, saya selalu menanyakan sahabat-sahabat saya. Padahal sebenaranya saya bisa mengambil keputusan sendiri tanpa bergantung dari mereka.
  • Setiap kali ada masalah saya selalu mengadu pada sahabat saya. Seharusnya tidak harus selalu. Seharusnya ada kalanya saya bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa melibatkan mereka.
  • Dan yang lebih penting ni…, tiap kali saya jatuh cinta pada seseorang, pasti minta pendapat mereka tentang dia yang saya sukai. Sangat tergantung dengan pendapat mereka. Kalau mereka katakan “iya”, maka saya lanjutkan. Kalau mereka katakan “tidak”, maka saya harus menangis berbulan-bulan untuk melupakannya. Tapi kalau mereka katakan “menurut kamu sendiri gimana? Kamu lebih tahu apa yang kamu rasakan.” Wow, saya bisa semakin pusing dengan kata-kata seperti itu.

Nah..itu hanya contoh kecil dari ketergantungan kepada sahabat. Persahabatan, sebuah hubungan yang sangat unik. Apa yang menarik dari hubungan ini? Yaitu ketulusan. suatu kali sahabat asya bercerita tentang kekasihnya yang memang menurut saya bukan laki-laki. Saya tidak menyukainya, bukan karena dia menyakiti saya, tapi karena dia menyakiti perasaan sahabat saya itu. Apa yang di hati saya? Saya tidak ingin ada yang menyakiti hati sahabat saya (laksana seorang hero saja, he..he..). Rasa benci itu spontan datang, taatkala ada yang menyakiti sahabat saya.

Demikian juga sahabat saya terhadap saya. Suatu kali saya bercerita tentang lelaki yang saya sukai. Ia dan saya tau bahwa dia (lelaki itu) bukan orang yang tepat buat saya, mengingat ada perbedaan fundamental di antara kami. Dengan sinis bercampur wajah lucunya sahabat saya mengatakan “dia?! Najis!”. Bukan kemarahan yang muncul, tapi saya tertawa dalam hati melihat reaksi dan mendengar kata “najis” yang belum pernah muncul dari mulut yang terbiasa dengan kata-kata manis dan lembut itu.

Baru-baru ini juga saya mendapat sahabat. Dan sebenarnya inilah sebenarnya yang ingin saya sampaikan, setelah panjang lebar bercerita, gak tentu arah. (harap dimaklumi, he..he..)

Dia orang yang baru saya kenal dan dengan waktu yang sangat singkat telah menjadi sahabat dengan saya. Dia orang yang sangat bersahabat. Perlu diingat kembali bahwa saya adalah seseorang yang mengagumi hubungan persahabatan. Jadi menurut saya, ada banyak kriteria, syarat atau apalah istilahnya yang tepat, untuk menjadi sahabat. "Sahabat harus begini, sahabat harus begitu". Tapi dengan kehadiran sahabat baru  ini, pengetahuan kognisi saya mengenai sahabat dan persahabtan perlahan diubahkan.

Dia menawarkan saya sebuah persahabatan yang tidak membutuhkan banyak syarat, karena persahabtan memang tidak membutuhkan syarat apapun. Sekali lagi, dia adalah orang yang sangat bersahabat, sehingga tidak sulit baginya untuk menjadikan seseorang menjadi sahabatnya dan juga tidak sulit bagi orang lain (termasuk saya sendiri) untuk menjadikannya sahabat. Dia yang sering berkata “….,sahabatku” kepad saya, tentunya kepada orang lain juga.

Ia memang orang yang sangat baik. Sebagai seorang sahabat, ia ingin saya berhasil.

Suatu kali, ia ingin menghibur dan memberi motivasi kepad saya. Mungkin ia tahu apa impianku dan mungkin juga ia tidak tahu, tapi feeling seorang sahabat bermain, so dia bisa merasakan apa yang saya rasakan (cuit..cuit..).

Saya yang pada saat itu sedang gundah memikirkan bagaimana kelanjutan impianku. Impianku yang ingin (……). Saat itu saya hampir mengubur impian itu, saya terlalu pengecut dan hampir menyerah dengan tantangan yang ada. Dengan santun dan sangat menyentuh dia mencoba memberiku kata-kata semangat. Ini kutipan dari pesan yang ia kirim kepada saya: “…, sahabatku,kamu punya banyak kelebihan. Kamu tu cantik, pendiam, dan menjadi teman yang menyenangkan”. Saat membaca pesan yang ia tulis itu, hampir saja saya tidak bisa menahan air mata. Saya terharu, ternyata ia tahu bahwa saya sedang down, saya butuh dukungan dan ia memberikannya. Setelah selang beberapa hari, saya membaca ulang lagi pesan itu. Saya tersenyum dan dalam hati saya berkata,”kasihan sahabatku ini. Maksudnya sih baik untuk memberi motivasi. Tapi kasihan dia, dia mengalami kesulitan untuk menemukan kelebihanku. Sampai-sampai PENDIAMpun dimasukkannya dalam kategorei kelebihan..hehehehe..”.

‘cantik’, bukankah semua wanita cantik? Tapi saya tetap mengakui kalau cantik itu tetap kelebihan, walau pada dasarnya semua wanita adalah cantik, tapi tidak semua wanita bisa menyadari bahwa dirinya cantik. Yah.., bisa diterimalah kalau cantik juga kelebihan. ‘Teman yang menyenangkan’, ehm..ehm...itu betul sekali adalah suatu kelebihan, karena tidak semua teman bisa seperti saya yang menyenangkan (ha…ha…ha..). Tapi ‘Pendiam’? di mana letak kelebihannya? Bukankah itu salah satu kekurangan? Kurang kosakata, kurang kemampuan berkomunikasi verbal., kurang ….

Dimana letak kelebihan PENDIAM itu?? Ada yang bisa membantu saya menemukannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun