Mohon tunggu...
Andreas Priambodo
Andreas Priambodo Mohon Tunggu... wiraswasta -

www.primerateknik.com/scale

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Batik: Kalau Panas Adem, Kalau Dingin Hangat

28 September 2012   14:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:32 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Batik kini telah menjadi tren dan hampir semua kalangan memiliki batik sebagai busana formil maupun semi formil. Kemungkinan besar Anda yang sedang membaca tulisan ini pun juga memiliki batik di lemari pakaian Anda.

Bisa dibilang saya adalah penggemar batik, baik sebagai orang yang mengenakan maupun mengapresiasi batik yang dikenakan oleh orang lain. Menurut saya batik mempunyai filosofi dan makna yang dalam disetiap coraknya. Corak inilah yang mampu mengeluarkan aura seseorang yang mengenakannya. Seperti corak Parang Pamor misalnya, yang sering dikenakan saat ada acara bahagia dan bertemu banyak orang. Dalam era modern biasanya digunakan pada saat acara pelantikan, wisuda, atau penyerahan penghargaan.

Dalam acara pernikahan beda lagi. Motif Parang sangat jarang digunakan pada acara pernikahan karena masyarakat Jawa beranggapan bila mengenakan motif Parang, maka rumah tangganya akan sering mengalami percekcokan. Biasanya dalam pernikahan, batik yang digunakan adalah motif yang mengandung makna kebijaksanaan seperti motif truntum dan kawung. Atau bisa juga menggunakan batik yang mengandung makna "menjadi"atau "sido" seperti motif sidomukti (makmur), sidoasih (kasih), dan sidomulyo (mulia).

Karena itu saya bangga sebagai orang Indonesia yang mempunyai warisan batik sebagai warisan budaya. Begitu dalam filosofi yang terkandung didalamnya.

Kebetulan saya berasal dari sebuah kota di Jawa Tengah yang dekat dengan kota Solo dan Yogyakarta. Dimana kedua kota tersebut sangat kental dengan nuansa batiknya. Mungkin itu juga yang membuat saya secara natural senang dengan kain batik. Meskipun begitu saya bukan seorang Jawa yang baik dalam hal memahami jenis-jenis batik yang ada. Banyak jenis-jenis batik yang saya masih belum mengerti corak dan filosofi yang terkandung didalamnya. Tapi sedikit-sedikit sudah tahu lah motif-motif terkenal seperti motif parang (parang rusak, parang kusumo, parang pamor, parang klithik) dan motif "sido" (sidoasih, sidoluhur, sido mukti).

Terlepas dari motif dan filosofinya, menurut saya secara fashion batik termasuk kain yang ajaib. Kalau dikenakan saat udara panas, di badan terasa adem atau dingin. Sementara kalau pada saat udara dingin, batik menjadi hangat menyelimuti tubuh kita.

Singkatnya, kalau panas adem, kalau dingin hangat. Mungkin bisa saya tambahkan filosofi baru batik dari kalimat tersebut. Tapi saya bukan filsuf lho yaa.. hehe..

Filosofinya adalah kita sebagai manusia berbudaya harus mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan sekitar kita. Pandai menempatkan diri di tengah masyarakat yang beraneka ragam. Misalnya saja menjadi peredam emosi saat berada di lingkungan yang sedang sarat emosi, atau bisa menjadi penghangat suasana dalam kehidupan pergaulan sehari-hari. Mungkin itulah yang menyebabkan orang Jawa dikenal sebagai orang yang sabar, grapyak (ramah) kepada semua orang.

Semoga batik terus menjadi lestari, hidup bersama didalam jiwa manusia Indonesia.

- médrön -


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun