Kritik yang Digambarkan Melalui MuralÂ
Meila Riskia Fitri dalam penelitiannya berjudul "Mural sebagai Medium Kritik Sosial Seniman (Studi Kasus "Jogja Asat")" menerangan bahwa Mural adalah lukisan  dinding di ruang publik, terutama  yang  menghadap  atau  bisa  dilihat  dari  jalan.  Mural  menjadi  salah  satu  medium penyampai  aspirasi  kritik  sosial.  Beragam perasaan  gelisah,  kecewa, dan amarah dituangkan oleh seniman melalui karya seni jalanan ini. Â
Hasil  penelitian tersebut menunjukkan  bahwa  mural  digunakan  sebagai  medium kritik  sosial pada tahun 70-an yang pada masa itu gerakan seni rupa baru muncul.  Pada masa Orde Baru, kelompok seniman muda berhasil melawan dominasi dan hegemoni kelompok seniman tua.Â
Kedekatan antara mural dan publik dimanfaatkan sebagai medium kritik dengan harapan  pesan terhadap isu yang diangkat dapat sampai kepada masyarakat. Selain  itu, praktik menghuni ruang yang dilakukan para seniman dengan medium mural dapat dilihat sebagai upaya perebutan kuasa simbolik karena menyempitnya ruang berekspresi bagi masyarakat.
Kritik Melalui Novel
Saini K.M. dalam bukunya berjudul Protes Sosial dalam Sastra menerangkan bahwa tindakan protes merupakan salah satu bagian dari keterarahan kesadaran manusia terhadap realitas yang ada. Tindakan protes sosial tersebut dapat memunculkan kreativitas, salah satunya dalam bidang sastra.Â
Salah satu karya sastra adalah novel. Berbagai isu mengenai kritik sosial dapat dituangkan dalam novel. Terdapat beberapa novel yang mengangkat isu-isu sosial, seperti novel Saman karya Ayu Utami yang membahas isu feminisme, novel O karya Eka Kurniawan yang berisi kritik sosial tentang kekerasan dan penyiksaan, serta novel Menunggu Matahari Melbourne karya Remy Sylado yang mengkritik kondisi sosial bangsa Indonesia.Â
Pembahasan tentang bagaimana Voice of Baceprot berani mengutarakan kritik sosial melalui lagu metal dapat didengar lebih lengkap dalam siniar BEGINU musim kedua episode ke-14 bertajuk "Voice of Baceprot dan Suara-suara Berisik yang Disepelekan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H