Layaknya detektif, seorang jurnalis investigator berusaha membongkar kejahatan, mencari tokoh-tokoh di baliknya, lalu merekonstruksi kejahatan mereka.
Meskipun begitu, seorang jurnalis investigator tetap berbeda dengan detektif. Sebab, menurut Aiman, “Berbeda dengan detektif, jurnalis bekerja untuk kepentingan publik.”
“Sistem kerjanya mirip, (tetapi) orientasinya berbeda,” tambahnya.
Elemen Jurnalisme Investigasi
Dandhy Dwi Laksono, seorang Jurnalis Investigator dan Pendiri Watchdoc, dalam bukunya Jurnalisme Investigasi: Trik dan Pengalaman Para Wartawan Indonesia Membuat Liputan Investigasi di Media Cetak, Radio, dan Televisi (2010), menyebutkan terdapat lima elemen penting untuk melakukan jurnalisme investigasi.
Pertama, mengungkapkan kejahatan terhadap kepentingan publik atau tindakan yang merugikan orang lain. Kejahatan ini bisa berupa tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta lainnya yang berdampak buruk kepada kehidupan orang banyak.
Kedua, skala dari kasus yang diungkapkan cenderung terjadi secara luas dan sistematis (ada kaitan atau benang merah).
Elemen ini mempertegas elemen pertama, tetapi secara spesifik menekankan pada skala kasusnya.
Ketiga, menjawab semua pertanyaan penting yang muncul dan memetakan persoalan dengan gamblang.
Dalam menjalankan jurnalisme investigasi, seorang jurnalis berangkat dari asumsi-asumsi dan pertanyaan yang mengarah kepada fenomena.
Kemudian, hal itu harus diungkap kebenarannya, lalu dipetakan agar jelas dan lebih mudah dimengerti.