Oleh: Fauzi Ramadhan
Banyak orang yang kerap kesulitan untuk menolak permintaan dari orang lain. Selain itu, mereka juga dengan mudahnya menerima ajakan karena perasaan tidak enak.
Apakah kamu salah satunya? Jika iya, bisa jadi kamu adalah seorang people pleaser.
Dikutip dari KOMPAS.com, menurut Jennyfer, M. Psi., seorang psikolog klinis dewasa dan remaja, people pleaser adalah pribadi yang lebih memprioritaskan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Bahkan, terkadang prioritas itu merugikan dirinya.
Dari tendensi ini, tak heran jika seorang people pleaser sering kali dimanfaatkan oleh orang lain, seperti yang diceritakan oleh Rizqa Nailah Nahdah dari Teman Manusia Asa @manusiaasa.id dalam siniar (podcast) Anyaman Jiwa episode "Sering Dimanfaatin Orang Lain" di Spotify.
Pada awalnya, menjadi people pleaser bukanlah hal yang buruk karena kita selalu berkeinginan untuk membantu orang lain. Tak jarang kita juga kerap meluangkan waktu dan tenaga bagi orang lain.
Namun, menurut Erika Myers, seorang terapis dan konselor profesional, menjadi people pleaser dapat menimbulkan banyak masalah ke depannya.Â
"Dorongan untuk menyenangkan orang lain dapat merusak diri kita sendiri. Bahkan, hal ini berpotensi juga merusak hubungan bersama orang lain karena kita membiarkan keinginan mereka lebih penting daripada kebutuhan sendiri," ucap Myers.
Perlu diketahui bahwa sesungguhnya menjadi seorang people pleaser tidak sepenuhnya buruk. Dengan catatan, kita harus membuat batasan diri.
Namun, biasanya para people pleaser ini sulit menentukannya sehingga mereka terus terjebak dalam lubang yang sama.
Agar lebih memahami dampaknya, dirangkum dari Very Well Mind, berikut adalah beberapa dampak spesifik ketika menjadi seorang people pleaser.