Mohon tunggu...
Medio Podcast Network
Medio Podcast Network Mohon Tunggu... Lainnya - Medio by KG Media

Medio, sebagai bagian dari KG Radio Network yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut. Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cara Mengajarkan Anak Pola Makan Sehat Tanpa "Food Shaming"

14 Juli 2022   14:28 Diperbarui: 14 Juli 2022   14:30 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua harus mengajari anak mengonsumsi makanan yang sehat (Freepik/jcomp)

Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiana D. Putri

Menjaga pola hidup sehat di masa pandemi merupakan sebuah keharusan. Salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga pola makan sebagai investasi untuk mendapatkan tubuh yang sehat. 

Saat ini, banyak sekali konten berisi anjuran cara menjaga pola makan sehat. Namun sering kali masyarakat salah kaprah sehingga mereka membatasi makanannya secara berlebihan. 

Salah satu kisah yang membahas bahaya makan berlebihan dimuat dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk "Dongeng Kelinci yang Rakus" di Spotify. Cerita ini mengisahkan seekor kelinci yang tidak pernah kenyang walau sudah memakan apa pun.

Agar tak keliru, pengajaran mengenai pola makan sehat pada anak dengan tidak memilih-milih makanan sebaiknya dilakukan. Hal ini bertujuan agar ia memahami manfaat dari tiap jenis makanan. 

Hal yang diajarkan dan dihindari 

Terkadang, ambisi orangtua untuk membuat anaknya sehat dengan berat badan ideal sering kali mengesampingkan kebutuhan mereka untuk mengeksplor beragam jenis makanan. 

Ajaran ini biasanya dilakukan dengan pemberian stigma negatif pada makanan tertentu, dengan tujuan agar anak tidak mau mencobanya. 

Meningkatnya obesitas pada masa kanak-kanak, wajar orangtua menginginkan sang buah hati menerapkan gaya hidup sehat. Akan tetapi, mengomentari makanan dengan food shaming dapat berdampak besar pada pola pikir mereka. 

Selain menilai suatu makanan dengan buruk. Obsesi orangtua terhadap berat badan ideal juga terkadang menyakiti anak. Desakan untuk tidak mengonsumsi makanan tertentu turut menanamkan pada anak bahwa penampilan adalah segalanya. 

Hitt, seorang penulis lepas di Brooklyn menuliskan pengalamannya dalam pengasuhan anak, "Saya menekankan bahwa buah-buahan, sayuran, serta protein baik untuk tubuh mereka. Tetapi saya tidak suka memberitahu mereka seperti, 'Kamu harus makan itu' atau, 'Ini buruk untukmu.'"

Lebih baik, beri pemahaman pada anak bahwa pola makan yang seimbang itu diperlukan. Misalnya dalam sekali makan kita perlu karbohidrat, protein, hingga vitamin dari sayuran. Namun, jangan juga membatasi anak untuk mencoba makanan lainnya. 

Beri tahu juga fungsi kandungan-kandungan itu di dalam tubuh. Jika orangtua memang menginginkan anak untuk diet, sebaiknya segera cari ahli gizi yang paham kondisi tubuh dan asupan anak. 

Contohkan kebiasaan makan sehat 

Dianne Neumark-Sztainer, seorang penulis dan peneliti di Universitas Minnesota, School of Public Health mengatakan bahwa anak-anak makan lebih sehat jika orangtua mencontohkannya. Citra terhadap makanan ini bisa menjadi panutan bagi anak hingga ia dewasa. 

Jika anak terbiasa menerima komentar seperti "makan makanan itu tidak baik bagi tubuh" anak akan mengingat makanan itu sebagai suatu hal yang berbahaya. 

Selain itu, orangtua juga dapat makan bersama anak sesering mungkin. Berikan penjelasan perihal nutrisi makanan yang sedang ia konsumsi. Anak akan lebih mengingat jika pengajaran yang dilakukan orangtua dibarengi dengan praktik. 

Selain itu, dialog di setiap tahap perkembangan mereka dapat membantu menumbuhkan kebiasaan sehat seumur hidup. Selain hal tersebut, coba untuk melibatkan anak ketika berbelanja bahan masakan guna mengenalkan mereka pada makanan sejak usia dini. 

Untuk mengembangkan selera, terus coba untuk memberikan makanan yang kurang mereka sentuh secara perlahan. Ini berguna untuk menghindari anak memilih-milih makanan. Ajarkan secara sabar dan beri pengertian bahwa makanan tersebut tidak seburuk yang mereka pikirkan. 

Ajarkan untuk tidak merendahkan selera makan orang lain karena mereka dapat menginternalisasi komentar negatif. Anak yang diajarkan untuk memandang rendah makanan akan secara tiba-tiba mengatakannya, bahkan di depan orang lain. 

Orangtua juga dapat menerapkan aturan lain seperti anak harus mencoba sesuatu sebelum mengatakan tidak menyukainya. Setidaknya, meskipun begitu, tetapi anak tahu bahwa siapa pun bisa memakan makanan itu dan rasanya tidak terlalu buruk. 

Terakhir, coba untuk tidak membawa beban ke dalam percakapan mengenai mencapai berat badan ideal dengan pola makan. Percakapan yang berfokus pada berat badan terkadang malah membuat anak-anak berpikir bahwa tubuhnya tidak sempurna. 

Untuk masalah diet, anak akan menyadarinya sendiri ketika ia beranjak remaja, maka dari itu desakan orangtua terkadang justru membuat anak merasa lebih buruk. Kecuali memang si anak berada dalam kondisi tubuh yang harus mendapat perhatian ketat pada makanan, seperti obesitas. 

Cerita selengkapnya mengenai bahaya makan berlebihan dapat didengarkan melalui siniar Dongeng Pilihan Orangtua berjudul "Dongeng Kelinci yang Rakus" di Spotify, atau melalui tautan berikut dik.si/dpo_kelinci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun