Oleh: Intania Ayumirza Farrahani
Kebahagiaan adalah sesuatu yang abstrak. Setiap orang dapat mendefinisikannya dengan berbeda-beda.
Namun, jika ditarik benang merahnya, seseorang yang bahagia umumnya akan merasa gembira, damai, puas, serta berbagai emosi positif lainnya.
Para psikolog sering menyebut kondisi ini sebagai kesejahteraan subjektif (subjective well-being), yakni bagaimana orang menilai bahwa dalam hidupnya lebih banyak afek positif, seperti emosi dan suasana hati yang positif, dibanding afek negatif seperti depresi dan kecemasan.
Motivator di bidang kepemimpinan dan kebahagiaan, Arvan Pradiansyah, dalam episode "Tiga Resep Sederhana Mencapai Kebahagiaan" siniar Smart Inspiration membagikan resep sederhana untuk meraih rasa bahagia tersebut.
Menurutnya, kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika seseorang merasakan gembira sekaligus damai.
Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka belum dapat dikatakan bahwa kebahagiannya terpenuhi.
Ada banyak hal yang dapat membuat seseorang merasa gembira: disayangi, memperoleh rezeki, melakukan hal yang sesuai gairahnya, dan lain sebagainya. Namun, tidak semuanya dapat membawa kedamaian.
Contoh mudahnya ialah para koruptor. Walau merasakan nikmat dari aset yang diperolehnya, akan tetapi hatinya tidak akan tenang karena selalu waspada akan tertangkap. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebahagian yang dirasakan bersifat semu.
Lantas, bagaimana cara agar kita mengetahui apakah kita merasa bahagia sepenuhnya atau tidak? Pastikan hal-hal berikut terpenuhi.
Benar dan Salah
Arvan menerangkan, untuk mendapat kebahagiaan sepenuhnya, maka seseorang perlu sepenuhnya sadar akan tindakannya.
Ia perlu memiliki keyakinan dari dirinya sendiri bahwa tindakannya benar.
Sayangnya, menurut Arvan, semakin hari semakin sulit untuk membedakan tindakan yang benar dan salah.
Demi mendapatkan landasan yang jelas dan pasti, sebaiknya seseorang kembali kepada ajaran Tuhan atau kepercayaan masing-masing.
Melalui kitab dan panggilan dalam diri, ia akan mendapat jawaban dan kepastian untuk bertindak secara benar.
Setia dalam Proses
Secara naluriah, manusia lebih menyukai sesuatu yang berjangka pendek dibanding yang berjangka panjang.
Seperti misalnya, mendapatkan barang, jabatan, atau kesempatan lainnya dengan instan.
Hal ini akan terasa lebih relevan bagi generasi muda yang semenjak dini difasilitasi oleh berbagai macam teknologi.
Kebanyakan orang akan merasa sesuatu yang cepat itu indah; cepat kaya, cepat terkenal, cepat pintar, dan sebagainya.
Padahal, bisa jadi sesuatu yang serba cepat itu melangkahi banyak proses yang penting.
Untuk itu, pandai-pandai lah untuk memastikan apakah hal yang kita lalui terdiri atas rangkaian proses yang sesuai. Pastikan tidak ada bagian dari proses yang terlampaui.
Arvan menyebut, "Pilihlah yang jangka panjang. Memang kelihatannya slower, tapi slower is actually faster." Kebijaksanaan dalam diri untuk menapaki setiap proses tanpa tergesa-gesa akan membuat kita lebih puas dan menghargai sesuatu yang kita miliki.
Nah, selain dari keyakinan bahwa tindakan yang dilakukan kita sudah benar dan berproses dengan sempurna, ternyata ada satu hal lagi yang perlu dipastikan.
Segala tindakan tersebut harus nikmat dan bermanfaat.
Untuk mengetahuinya secara lebih lanjut, kamu dapat mendengarkan episode ke-27 siniar Smart Inspiration di Spotify.
Klik ikon di bawah atau akses episodenya melalui tautan berikut: bit.ly/SmartHappiness27.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H