Karena itulah, penting untuk mengajarkan anak berbagai ekspresi dari emosi yang dirasakan.Â
Di sini, orangtua harus mengajarkan pada anak ekspresi emosi yang sehat, tidak merusak, tidak membahayakan, dan baik bagi dirinya maupun orang lain.Â
Karena, ada kasus bahwa, anak laki-laki di usia TK mencium teman perempuannya. Sontak hal ini memunculkan kegaduhan di sekolah. Untungnya, pihak sekolah langsung mencari tahu permasalahan yang terjadi dengan mendatangkan psikolog.Â
Dari sesi konseling itu, diketahui bahwa anak tersebut biasa mengekspresikan rasa bahagia di rumah dengan mencium ibunya.Â
Hal tersebut sebenarnya wajar, tapi persoalannya adalah tak semua orang bisa menerima ekspresi tersebut. Oleh karena itu, orangtua juga harus mengajarkan alternatif ekspresi lain, misalnya dengan memberikan hadiah atau mengungkapkan secara lisan.Â
Orangtua juga perlu merenungkan apakah selama ini sudah tepat mengajarkan anak berbagai ekspresi emosi dengan lebih sehat dan tidak mengganggu lingkungan. Jika belum, kembali evaluasi dan ajarkan pengungkapan yang baik.Â
3. Relaksasi untuk mengendalikan emosi negatifÂ
Relaksasi akan membantu seseorang menurunkan emosi negatif. Jika sedang marah, ajak anak untuk duduk dan mengatur napasnya. Tarik napas perlahan lalu hembuskan.Â
Dengan hal tersebut, akan ada banyak oksigen yang masuk sehingga pikiran bisa menjadi lebih fresh. Selain itu, otot-otot tubuh pun akan lebih rileks.Â
Demikian sejumlah tips untuk membantu anak melatih pengelolaan emosi agar tidak meledak-ledak. Hal penting yang tidak kalah untuk dipahami adalah anak belajar dari orang-orang terdekatnya.Â
Orangtua, lingkungan rumah, teman sebaya, dan sekolah memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku anak.Â