Mohon tunggu...
Medio Podcast Network
Medio Podcast Network Mohon Tunggu... Lainnya - Medio by KG Media

Medio, sebagai bagian dari KG Radio Network yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut. Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menakar Potensi dan Tantangan "HealthTech" di Indonesia

15 Juni 2022   10:51 Diperbarui: 15 Juni 2022   11:20 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HealthTech memiliki potensi besar di Indonesia (Freepik/everythingpossible)

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion

Pandemi membuat beberapa sektor semakin berkembang, salah satunya adalah sektor kesehatan yang menggunakan teknologi sebagai basisnya, yaitu HealthTech. 

Teknologi pun akhirnya menjadi sarana penting untuk berkegiatan. Oleh karena itu, penggunaan HealthTech mengalami lonjakan pesat. 

Melansir dari Healthtechbase, HealthTech memungkinkan semua layanan kesehatan dapat diakses secara daring tanpa harus bertatap muka dengan dokter. Misalnya, yang mungkin beberapa dari kita pernah rasakan adalah konsultasi dengan dokter secara daring. 

Benfredj (2021) mengungkapkan bahwa HealthTech semakin berkembang. Sampai saat ini, peneliti sedang mengembangkan aplikasi yang dapat mendiagnosis penyakit langka dan bekerja sama dengan Mendelian dan Modality NHS Partnership. 

Menurut penjelasan Andreas Dymasius dalam siniar OBSESIF bertajuk "HealthTech in Indonesia, Potential Scalability and Problems", HealthTech sebenarnya sudah hadir sejak lama di Indonesia, seperti aplikasi Halodoc yang ada sejak 2016 dan Alodokter sejak 2014.

Akan tetapi, dulu penggunaannya tidak semasif sekarang karena belum ada pandemi dan mobilitas secara luring tinggi. Namun, karena adanya pandemi, adanya perubahan pada layanan konsultasi kesehatan. 

Tingginya kesadaran akan kesehatan, membuat HealthTech menjadi pegangan untuk kontrol diri secara rutin. Hal ini dikarenakan HealthTech sangat mudah untuk diakses. 

Potensi besar menanti HealthTech di Indonesia 

Selain karena pandemi, ternyata terdapat dua faktor lain yang membuat potensi HealthTech di Indonesia cukup besar. Faktor pertama adalah masih belum terpenuhinya akses layanan kesehatan yang merata. 

Melansir Kompas.com, Indonesia hanya memiliki 0,36 dokter per 1.000 penduduk sehingga masih berada di bawah standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. 

Hal ini diperparah bagi masyarakat daerah terpencil karena banyak dari mereka yang kekurangan tenaga kesehatan dan sulitnya akses ke instansi kesehatan.

Faktor kedua adalah mahalnya biaya kesehatan. Diperkirakan, seiring bertambahnya gaji kita maka biaya kesehatan nantinya akan lebih tinggi daripada biaya hidup. Ditambah lagi konsultasi dengan dokter spesialis cenderung mahal bagi beberapa orang. 

Bahkan adanya asuransi kesehatan terkadang tak dapat menutupi biaya pengobatan secara penuh. Hadirnya HealthTech diharapkan dapat menjadi alternatif berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. 

Sementara itu, biaya kesehatan juga akan semakin terjangkau. Dengan menggunakan HealthTech, maka kita secara tidak langsung dapat mengurangi biaya transportasi. Selain itu, harga konsultasi cenderung lebih murah karena terkadang penyedia aplikasi bisa memberikan potongan harga. 

Alasan HealthTech cocok berkembang di Indonesia 

Alasan pertama HealthTech dapat berkembang pesat di Indonesia karena masyarakatnya memiliki banyak populasi yang menguasai dan paham akan teknologi (tech-savvy), yaitu sebesar 73 persen. Bahkan, karena adanya pandemi, jumlah tersebut diperkirakan semakin meningkat. 

Hal tersebut juga diperkuat dengan jumlah kalangan menengah di Indonesia cukup banyak. Mereka pun lebih fleksibel dalam memilih akses layanan yang nyaman digunakan. 

Dengan harganya yang ramah di kantong, HealthTech banyak digunakan oleh kalangan menengah untuk sekadar melakukan kontrol kesehatan. 

Selain itu, karena adanya pandemi, pola pikir masyarakat kini mulai berubah dari 'mengobati' ke 'menjaga'. Misalnya, kita mungkin dulu jarang minum vitamin, tapi pandemi mengharuskan kita untuk terus menjaga kesehatan. 

Dengan HealthTech, kita dapat melakukan cek kesehatan secara berkala harus menemui dokter secara tatap muka. 

Tantangan HealthTech di Indonesia 

Meskipun memiliki potensi dan kecocokan yang tinggi dengan Indonesia. Faktanya, masih ada beberapa kendala bahkan tantangan yang harus dihadapi. Tantangan pertama adalah perihal regulasi yang masih abu-abu. 

Oleh karena itu, agar para perusahaan startup dapat semakin berinovasi diperlukan kerja sama dengan lembaga pemerintah. Hal ini diperlukan agar pengakselerasian menjadi lancar dan terdapat regulasi yang jelas. 

Kita dapat melihat bagaimana industri tekfin mendapat dukungan penuh oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Keduanya berkolaborasi dalam menciptakan sistem yang semakin aman dan dapat dipercaya masyarakat.

Selain itu, kurangnya digitalisasi dalam sektor kesehatan juga dapat menghambat HealthTech. Terkadang, dalam melakukan registrasi kita masih menggunakan cara konvensional yang cukup membuang waktu. 

Digitalisasi, baik di institusi kesehatan milik pemerintah, seperti puskesmas, sangat penting dilakukan agar kesehatan setiap orang lebih mudah di-tracing. 

Melalui siniar OBSESIF musim ketiga bertajuk "HealthTech in Indonesia, Potential Scalability and Problems", Andreas Dymasis, selaku Senior Investment Skystar Capital, membagikan pemikirannya terkait industri HealthTech yang saat ini sedang melonjak tajam statistiknya karena pandemi. 

Dengarkan siniarnya di Spotify atau melalui tautan berikut https://bit.ly/S3E9Obsesif_A. Ikuti juga agar kamu tidak ketinggalan episode terbaru yang tayang setiap hari Sabtu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun