Mohon tunggu...
Medio Podcast Network
Medio Podcast Network Mohon Tunggu... Lainnya - Medio by KG Media

Medio, sebagai bagian dari KG Radio Network yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut. Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Hadapi Tekanan dalam Keluarga dengan Asertif

6 Juni 2022   08:17 Diperbarui: 6 Juni 2022   08:28 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita semua bisa mengalami tekanan oleh keluarga.(Freepik/drawlab19)

Keluarga merupakan kumpulan orang yang selalu mendukung satu sama lain. Termasuk saat salah satunya sedang mengalami masalah. Meskipun begitu, realitasnya tak semua memiliki keluarga yang suportif. 

Beberapa orang menganggap keluarga sebagai beban karena kerap memberi tekanan dengan menaruh ekspektasi pada anak. Padahal, menurut Mental Health Center, hubungan yang tak baik dengan keluarga bisa menghambat kesejahteraan anak di masa depan. 

Dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk "Saat Aku Sedang Hadapi Tekanan dalam Keluarga" seorang pendengar mengungkapkan bahwa ia mendapat tekanan dari keluarganya.

Setelah lulus kuliah pada 2015, Mala (nama samaran) belum juga mendapat pekerjaan padahal sudah berusaha sekeras mungkin. Namun, keluarganya terus memberi tekanan agar segera mendapat pekerjaan. 

Menjawab permasalahan itu, Novita Tandry, seorang Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga dari NTO International, mengungkapkan beberapa cara yang bisa dilakukan.

Beranikan Diri untuk Mengungkapkan 

Hubungan keluarga memiliki pengaruh besar pada kesehatan fisik dan mental, baik jangka panjang maupun pendek. Jadi, kalau memiliki hubungan yang baik, kita akan merasa dicintai dan disayangi. 

Untuk itu, cara pertama yang harus dilakukan adalah berani mengungkapkannya. Kita bisa berbicara secara tatap muka atau lewat tulisan. 

Jangan takut untuk mulai berbicara agar orangtua paham dengan kondisi kita. Justru, semakin lama dipendam malah akan memperburuk hubungan dengan keluarga dan kesehatan mental kita. 

Pilihlah Waktu Senggang untuk Berbicara 

Menurut Novita, kita bisa mulai berbicara pada waktu senggang, yaitu ketika orangtua tak sedang memegang pekerjaan. Ia merekomendasikan waktu saat makan malam dan hindari waktu pagi hari. 

Dengan memilih waktu yang tepat, pikiran kita dan orangtua pun tak akan terpecah sehingga fokus untuk membahas permasalahan secara bersama. 

Mulailah dari Topik Ringan 

Apabila tak nyaman untuk mengungkapkan masalah secara gamblang, kita bisa mulai dari topik yang ringan. Misalnya menanyakan kabar atau membicarakan hal yang orangtua suka. 

Setelah nyaman, barulah kita bisa mulai menyinggung masalah yang sedang dihadapi. Apabila masih malu, gunakanlah pengandaian bahwa masalah itu adalah milik teman atau orang lain. 

Pastikan Kondisi Kita dan Orangtua Stabil 

Kiat selanjutnya adalah memastikan kestabilan kondisi kita dan orang tua. Jangan berbicara saat emosi kita sedang meledak-ledak. Hal itu justru bisa memperparah masalah. 

Ingatlah bahwa tujuan kita berbicara agar orangtua mengerti kondisi kita bahkan mampu membantu menyelesaikannya. Jika orangtua yang berada dalam kondisi tak stabil, justru hanya akan memarahi kita balik.

Namun, apabila keluar perkataan menyakitkan dari orangtua, kita bisa menenangkan diri dengan mengambil napas. Gunakanlah metode 135, yaitu menarik napas selama satu detik, menahan selama tiga detik, dan melepaskannya selama lima detik. 

Sabar dalam Menanggapinya 

Setiap orangtua memiliki jawaban yang beragam saat menanggapi masalah anaknya. Ada yang memberikan jawaban secara asertif, ada juga yang memarahi habis-habisan. 

Meskipun begitu, saat mendapat respons yang kurang mengenakkan, kita tak boleh mencap mereka jahat. Bisa saja itu hanya berupa bentuk luapan ekspresi saat pertama kali mendengar cerita kita. 

Jelaskan secara perlahan dan luapkan emosi yang tertahan. Dengan begitu, mereka bisa memahami kita lebih dalam. 

Namun, jika mereka tetap memberikan pernyataan kurang mengenakkan, tak apa-apa. Cobalah untuk berbicara dengan profesional untuk membantu permasalahan itu secara perlahan. 

Dengarkan informasi menarik lainnya seputar kesehatan mental melalui siniar Anyaman Jiwa di Spotify. Ikuti siniarnya agar kalian selalu terinfo tiap ada episode terbaru!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun