Menurut Novita, kita bisa mulai berbicara pada waktu senggang, yaitu ketika orangtua tak sedang memegang pekerjaan. Ia merekomendasikan waktu saat makan malam dan hindari waktu pagi hari.Â
Dengan memilih waktu yang tepat, pikiran kita dan orangtua pun tak akan terpecah sehingga fokus untuk membahas permasalahan secara bersama.Â
Mulailah dari Topik RinganÂ
Apabila tak nyaman untuk mengungkapkan masalah secara gamblang, kita bisa mulai dari topik yang ringan. Misalnya menanyakan kabar atau membicarakan hal yang orangtua suka.Â
Setelah nyaman, barulah kita bisa mulai menyinggung masalah yang sedang dihadapi. Apabila masih malu, gunakanlah pengandaian bahwa masalah itu adalah milik teman atau orang lain.Â
Pastikan Kondisi Kita dan Orangtua StabilÂ
Kiat selanjutnya adalah memastikan kestabilan kondisi kita dan orang tua. Jangan berbicara saat emosi kita sedang meledak-ledak. Hal itu justru bisa memperparah masalah.Â
Ingatlah bahwa tujuan kita berbicara agar orangtua mengerti kondisi kita bahkan mampu membantu menyelesaikannya. Jika orangtua yang berada dalam kondisi tak stabil, justru hanya akan memarahi kita balik.
Namun, apabila keluar perkataan menyakitkan dari orangtua, kita bisa menenangkan diri dengan mengambil napas. Gunakanlah metode 135, yaitu menarik napas selama satu detik, menahan selama tiga detik, dan melepaskannya selama lima detik.Â
Sabar dalam MenanggapinyaÂ
Setiap orangtua memiliki jawaban yang beragam saat menanggapi masalah anaknya. Ada yang memberikan jawaban secara asertif, ada juga yang memarahi habis-habisan.Â