Orang yang berbohong dapat tertangkap dari matanya yang menghindari tatapan lawan bicara. Banyak orang yang telah mengakalinya, namun tentu ada gerak-gerik lain yang tidak kita sadari. Hal inilah yang dapat memicu kecurigaan dari orang lain.
Di luar itu, insting dari seseorang juga tidak bisa dihindari. Mereka akan merasakan keganjalan walau tidak ada petunjuk yang signifikan. Semenjak lahir, kita telah dianugerahi kemampuan untuk mendeteksi kebohongan.
Dari kebohongan yang kita lontarkan terhadap orang lain, kita akan kehilangan kepercayaan orang lain. Hal ini akan menghancurkan kredibilitas kita di mata orang lain.
Terbiasa berbohong
Kita sering mendengar perkataan bahwa dengan sekali berbohong, maka akan lahir kebohongan-kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama.
Hal ini terjadi karena seseorang yang bohong akan merasa sukses atas kebohongannya sehingga ia menjadi ketagihan melakukan hal yang sama untuk kejadian yang berbeda.
Arvan berujar, untuk menghindari kebohongan yang terus-menerus, kita perlu berkomitmen untuk menghentikan kebiasaan ini.
"Selama hidup kita masih berantakan, kita akan terus berbohong. Betapapun kita ingin jujur, kita akan kadang-kadang merasa terpaksa untuk berbohong supaya kelihatan baik di mata orang lain," ucapnya.
Dengarkan siniar Smart Inspiration selengkapnya di bit.ly/SmartHappiness26. Di sini, Arvan Pradiansyah akan mengulas cara menghadapi orang yang berbohong serta teori mengenai trust and mistrust yang diusung oleh Erik Erikson, seorang psikolog dari Jerman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H