Keterampilan agar Mampu Mengendalikan KonflikÂ
Sebenarnya, semua orang diperbolehkan untuk mengeluarkan opini hingga emosinya. Namun, apabila sudah mengganggu dan melukai orang lain, itu bisa memicu konflik.Â
Untuk itu, diperlukan pengelolaan emosi agar ia memiliki media penyaluran yang tepat. "Yang masalah itu, 'kan, kalo salah satunya mau menang sendiri, gak bisa make empatinya," tambah dr. Dharmawan.Â
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar bisa mengendalikan konflik. Pertama, kita harus mampu mengenali dan memahami diri sendiri dan perspektif orang lain. Dengan kata lain, berempati.Â
Empati bisa membuat kita mampu memosisikan diri sebagai orang lain. Misalnya, bagaimana keinginannya, kondisi psikologisnya, hingga latar sosial dan budayanya.Â
Kedua adalah membuat jarak dengan diri sendiri atau orang lain. Hal ini dilakukan agar kita bisa lebih objektif dalam menilai konflik. "Dari objektif itu kita bisa melihat bahwa, "Oh, dibentuknya masalahnya di sini, benturannya di sini."
Setelah melakukan keduanya, barulah kita menawarkan solusi. Intinya, jangan sampai konflik itu diabaikan (silent treatment). Maka dari itu, perlu juga belajar mengungkapkan pikiran dan perasaan agar orang lain bisa memahami kita.Â
Tips Mencapai Solusi dalam KonflikÂ
dr. Dharmawan pun juga tak lupa memberikan tips-tips agar konflik bisa mencapai titik kesepakatan.Â
Pertama, jangan anggap terlalu serius suatu masalah. Tinggalkan terlebih dahulu praduga bahwa ia bisa membawa dampak buruk. Hal ini dilakukan agar pikiran tak terlalu kalut yang malah memperburuk pengendalian emosi.Â
Kemudian, apabila kita adalah tipe orang yang sulit mengutarakan sesuatu secara verbal, cobalah untuk mengungkapkannya lewat tulisan. Namun, jangan sampai orang yang membaca tulisan itu memiliki prasangka buruk.Â