"Saya belum pernah bermimpi untuk menjadi jurnalis saat itu, pada saat saya kecil," ungkapnya.
Meskipun demikian, bibit-bibit kemampuan sebagai pewarta sudah mulai muncul saat Aiman kecil, salah satunya adalah senang membaca.
Uniknya, kebiasaan membaca Aiman berawal dari kesenangannya membaca headline berita di koran langganan orangtuanya, Koran Kompas.
"Setiap hari, minimal saya baca judul besarnya saja (big headline), tuh. Ga pernah baca halaman kedua dan seterusnya, tetapi saya baca halaman pertama," ungkap Aiman.
"Intinya senang baca dari dulu," tambahnya.
Menurut Aiman, kebiasaan itulah yang mungkin membentuk kepribadian dan daya analisis miliknya ketika menjadi wartawan sekarang.
Selain itu, kesenangan membacanya juga membuat Aiman senang menekuni profesi sebagai jurnalis.
Lantas, jika tidak bercita-cita sebagai jurnalis, apa cita-cita yang diimpikan Aiman sewaktu kecil?
"Cita-citanya banyak, sempat mau AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, kini TNI) dan insinyur.
Alhamdulillah kesampaian cita-cita menjadi insinyur, sarjana teknik. Kemudian saya lanjutkan (ke jenjang) S2 saya di komunikasi," ungkap Aiman.
Dengan latar belakang Aiman yang bukan berasal dari jurusan sarjana ilmu komunikasi atau jurnalistik, Aiman tetap konsisten meniti karir hingga menjadi jurnalis.