Penulis: Alifia Putri Yudanti
Pada Maret 2021, masyarakat Kebon Jeruk dihebohkan dengan kasus pencurian rumah mewah.
Rumah mewah yang sudah lama ditinggalkan oleh penghuninya itu terletak di Kedoya, Jakarta Barat.
Perbedaan motif pencurian ini dengan kasus perampokan yang terjadi di dalam rumah biasa yakni objeknya.
Hampir seluruh isi rumah dibabat habis tanpa sisa. Bahkan, material-materialnya, dari lantai, dinding, tangga, dan atap, juga turut dipreteli.
Aiman Witjaksono, Jurnalis Harian Kompas, dalam siniarnya bertajuk "Geger! Bukan Pencuri Biasa", mengaku terkejut dengan kejadian itu. "Saya kaget sekali, apa yang saya lihat belum pernah seumur hidup saya lihat. Saya bahkan sampe jongkok; ngambil sisa-sisa marmer."
Modus yang Sangat Cerdik
Melansir dari Kompas, Kapolsek Kebon Jeruk, Kompol R. Manurung mengatakan bahwa aksi ini termasuk modus operandi, "Modus para pelaku membongkar rumah untuk mengambil material bangunan, tanpa seizin pemiliknya."
Rumah itu diganti gemboknya oleh tersangka SU, lalu dipanggillah kuli yang biasa melakukan pembongkaran bangunan. Tersangka lantas mengatakan kepada para pekerja bahwa rumah itu adalah miliknya.
Pembongkaran rumah dilakukan oleh lima orang kuli yang mengaku disuruh oleh pelaku asli. Menurut Manurung, barang material yang dibongkar kemudian akan diambil oleh SU. "Mereka dibayar Rp125.000 per hari dengan maksud untuk diambil barang material bangunan rumah tersebut," lanjutnya.
Aiman yang saat itu turut melakukan investigasi pada kasus ini, menemukan bekas tungku api di dalam rumah. Benda itu terlihat seperti digunakan untuk memasak. Ternyata, para kuli tersebut menginap di rumah tersebut dalam kurun waktu cukup lama, yakni sebulan.
Minimnya Kesadaran Masyarakat Sekitar
Anehnya, dalam kurun waktu itu, tak ada tetangga yang sadar. Namun, setelah merasa janggal, akhirnya ada tetangga yang mengabarkan ke saudara pemilik rumah itu. Pemilik rumah pun pulang dan terkejut melihat kondisi rumahnya.
Saat bertanya ke tetangga sekitar, Aiman mendapat informasi kalau mereka hanya tahu bahwa rumah itu sedang dilakukan pengerjaan. Mereka tak tahu jelas apa yang sedang dilakukan. Entah itu renovasi atau pun pembongkaran.
Menurutnya, situasi perumahan yang cenderung individualis membuat aksi itu tak disadari. Minimnya interaksi dengan tetangga ditambah otak licik pencuri akhirnya membuahkan malapetaka.
"Tetangga menjadi keluarga terdekat karena memang posisi paling dekat. Kalo sakit, kalo ada kesulitan, bahkan ada kecurian sekalipun tetangga yang menjadi garda utama untuk menyampaikan atau mengabarkan."Â
Aiman Menyayangkan Sikap RT/RW
Jurnalis Harian Kompas ini juga sangat menyayangkan sikap RT/RW yang tak sigap, "Jadi ketika ada proyek di sebuah komplek, misalnya, di sebuah lingkungan, ya, RT/RW harus tau. Kalo seandainya ada proyek yang gatau, jangan-jangan kejadiannya kayak gini."
Wajar sekali kalau tetangga tak tahu karena tak ada informasi sebelumnya dari pihak RT/RW. RT/RW seharusnya berperan aktif untuk mengecek kejanggalan yang ada. Sebagai warga biasa, tetangga hanya melihat rumah itu sebagai bangunan yang sedang direnovasi.
Menurutnya, dalam suatu wilayah perumahan, seharusnya masyarakat berperan aktif saling membantu. Sementara itu, RT/RW yang merupakan lingkup kecil dari pemerintah juga harus aktif mengawasi.
Penjelasan seputar investigasi pencurian rumah mewah di Kebon Jeruk yang tak biasa ini bisa kalian dengarkan melalui episode kesepuluh siniar Aiman Witjaksono di Spotify dan juga di YouTube Trusty Official. Segera dengarkan agar tak ketinggalan episode-episode terbaru yang berisi fakta-fakta menarik dan eksklusif seputar investigasi Aiman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H