Mohon tunggu...
Medio Podcast Network
Medio Podcast Network Mohon Tunggu... Lainnya - Medio by KG Media

Medio, sebagai bagian dari KG Radio Network yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut. Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Serba-serbi Diplomasi Kaus Oblong ala Ganjar Pranowo

13 Februari 2022   14:37 Diperbarui: 13 Februari 2022   14:41 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KECAKAPAN dalam berdiplomasi tidak melulu soal talenta atau kebiasaan. Bisa jadi, pakaian yang kita kenakan adalah media yang efektif untuk menyampaikan pesan dengan cara yang nonkonvensional. 

Kita akrab dengan ungkapan you are what you wear, preferensi seseorang dalam bermode memiliki kaitan erat dengan persona dirinya. Apa yang menjadi pilihan dalam bergaya sedikit banyak dipengaruhi oleh cara pandang, selera, minat, pilihan dalam hidup, hingga kesan tertentu yang ingin dibangun. 

Tidak terkecuali pada salah satu tipe pakaian yang dimiliki bahkan dikenakan sehari-hari oleh hampir setiap orang, kaus oblong (t-shirt). Simpel dan kasual, kaus oblong dapat--walau tidak selalu--memuat beragam jenis grafis atau tulisan yang tidak terpisahkan dari jati diri pemakainya. 

Entah muatan tersebut bernada candaan, bermakna dalam, atau menyisipkan kampanye, pada intinya ia merefleksikan sebuah pesan yang kemudian mampu meraih perhatian siapa pun yang melihatnya. Sebuah penelitian pada 2018 mengungkapkan bahwa tulisan atau grafis pada kaus yang dikenakan seseorang dapat membuat orang lain tanpa sadar membangun persepsi tertentu terhadap orang yang mengenakannya tersebut. 

Lebih jauh diterangkan, persepsi yang lahir dari grafis atau tulisan tersebutlah yang kemudian memengaruhi keputusan untuk berinteraksi dengannya. Studi ini membandingkan antara seseorang yang memakai kaus polos, kaus bergaya atletik, kaus bernada kutu buku, dan kaus yang mengandung pesan seksualitas. 

Hasilnya menampakkan responden memiliki kecenderungan untuk menghindari interaksi dengan subjek yang mengenakan kaus berbau seksual. 

Ganjar Pranowo dan kaus oblong 

Di dunia nyata, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo secara tidak sadar ternyata merealisasikan teori tersebut. Kaus oblong, fashion statement favoritnya, dipilih sebagai salah satu cara dalam mendiplomasikan pesan kepada masyarakat. 

Citra pejabat yang erat dengan hal-hal formal, termasuk dalam hal berpenampilan di depan publik, pun dipatahkannya melalui kecintaan pada pakaian ini. Tidak jarang ia ditemui dalam kesehariannya ketika bersepeda, menghadiri acara, atau mengunjungi masyarakat, dalam balutan penampilan santai berkaus oblong.

Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat ini berkata bahwa saat ini ia memproduksi kaus dalam jumlah banyak karena masyarakat meminatinya. Padahal, awalnya hanya dibuat untuk koleksi pribadi. Kaus yang dikenakan Ganjar bukanlah sembarang kaus, melainkan yang dilengkapi dengan pesan tertentu yang tercetak di atasnya. 

Ora salaman tetep seduluran, artinya walau tidak berjabat tangan, tetap berteman. Pesan untuk menghindari kontak langsung selama masa pandemi Covid-19 ini adalah contohnya. 

Pesan dari sosok yang berpengaruh seperti pejabat tidak melulu harus disampaikan lewat pidato di atas podium, lengkap dengan pakaian formal, dan, "Pembukaan pidatonya banyak 'yang terhormat'," canda Ganjar. 

"Diplomasi kaus oblong itu menurut saya paling menarik. Bisa dipakai, bisa gaul," katanya. 

Dalam satu kesempatan, ketika menggunakan kaus berbunyi nyedhak keplak yang berarti "ditampar kalau mendekat", masyarakat pun dapat berguyon. 

"Minggir, minggir, minggir. Tuh kausnya Pak Ganjar, baca!" 

Momen unik tersebut adalah contoh yang membuktikan bahwa walau implisit, pesan pada kaus oblong dapat memiliki resonansi yang kuat. Terutama apabila terekam dan tersebar luas melalui internet. 

Kolektor kaus oblong 

Ganjar menyebut bahwa dirinya adalah seorang kolektor kaus oblong. Oleh karena itu, ketika bepergian keliling dunia, tanda mata yang tidak pernah absen untuk dibawa pulang adalah benda tersebut. 

Di antara banyaknya pilihan, ia tertarik pada kaus yang menampilkan desain atau tulisan unik. Suatu hari ketika ia mengunjungi Rusia, ia memilih sebuah kaus dengan ikon superhero bertuliskan "super ????". 

Dengan memercayai bahwa arti kaus tersebut adalah nenek super, ia tidak ragu membawanya pulang dan memakai kaus tersebut di salah satu acara. 

Belakangan baru ia ketahui dari komentar seseorang bahwa arti tulisan tersebut adalah istri super. Ganjar pun berdalih bahwa kaus tersebut adalah milik istrinya. Sempat dipuji keren karena selalu menggunakan kaus bahkan saat tampil di televisi nasional, Ganjar mengaku bahwa sebenarnya ia menganggap gaya berpakaiannya kurang sopan dan formal. 

"Pak, saya lagi kampanye," kata Ganjar kepada orang-orang yang mengomentarinya. Mereka pun mengamini. 

Kultur berbagi melalui produk UMKM 

Ketika tampil dengan balutan kaus oblong, Ganjar sering mendapat pertanyaan tentang dari mana ia membeli kaus-kaus tersebut. Alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini kemudian mulai memanfaatkan berbagai acara dan seminar sebagai kesempatannya untuk berbagi kaus atau produk lain dari UMKM seperti kopi, batik, tas, dan lainnya, secara cuma-cuma. 

Dalam hal ini, menurutnya, ia memiliki paham yang sama dengan Presiden Jokowi bahwa orang-orang akan senang jika diberikan sesuatu. Ganjar pun memaparkan bahwa dalam menuju perjalanan menemui masyarakat, biasanya mobil presiden dipenuhi oleh barang-barang yang hendak dibagikan kepada orang-orang di daerah tersebut. 

"Kultur kita itu kan bukan berapa harganya, apa bentuknya. Tapi ada," tuturnya. 

Bahkan di media sosial Instagram, sebuah gerakan bernama Lapak Ganjar (@lapakganjar) dibangun dengan tujuan untuk mempromosikan produk yang diproduksi masyarakat Jawa Tengah. 

Lapak Ganjar dikembangkan secara bertahap. UMKM yang turut berpartisipasi di dalamnya memperoleh kesempatan untuk diberdayakan melalui edukasi dan pelatihan, salah satunya dengan memanfaatkan co-working space yang bernama Heterospace. Heterospace saat ini tersedia di Semarang dan akan segera dibangun di kota-kota lain. 

Perbincangan ini dikutip dari episode tujuh di season kedua siniar BEGINU yang berjudul Ganjar Pranowo, Diplomasi Kaus Oblong, dan Perjalanan Merawat Akar. Simak perbincangan selengkapnya antara Ganjar Pranowo dan Wisnu Nugroho, jurnalis, penulis, dan pemimpin redaksi Kompas.com melalui Spotify. 

Klik https://bit.ly/beginuS2E7 untuk mendengarkan! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun