Misalnya, kampanye "Safety First" bisa diadakan di sekolah-sekolah dengan mengundang pembicara dari pihak berwenang dan pelaku industri untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka tentang keselamatan transportasi.
Dengan upaya pendidikan keselamatan yang komprehensif dan berkelanjutan, kita dapat membangun budaya keselamatan yang kuat di kalangan siswa dan guru.
Ini tidak hanya akan mengurangi risiko kecelakaan selama study tour, tetapi juga membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang akan berguna bagi mereka sepanjang hidup.
Perencanaan Perjalanan yang Matang
Perjalanan harus direncanakan dengan matang, termasuk pemilihan rute yang aman, alokasi waktu istirahat yang cukup bagi pengemudi, dan pemilihan waktu perjalanan yang menghindari kondisi jalan yang berbahaya.
Rute yang dipilih harus mempertimbangkan kondisi jalan, tingkat kepadatan lalu lintas, serta potensi bahaya seperti jalan berlubang atau tikungan tajam.
Selain itu, perjalanan jarak jauh harus disertai dengan jadwal istirahat yang teratur untuk menghindari kelelahan pengemudi. Pengemudi yang lelah cenderung membuat kesalahan yang dapat berakibat fatal, oleh karena itu, memastikan bahwa mereka memiliki waktu istirahat yang cukup sangat penting.
Sekolah juga perlu mempertimbangkan waktu keberangkatan dan kedatangan yang tidak bertepatan dengan jam sibuk lalu lintas atau kondisi cuaca yang buruk.
Semua detail perencanaan perjalanan harus dikomunikasikan dengan jelas kepada semua peserta dan orang tua, sehingga mereka memahami jadwal dan prosedur keselamatan yang telah disusun.
Dengan perencanaan yang matang, risiko yang terkait dengan perjalanan dapat diminimalkan, dan keselamatan siswa dapat lebih terjamin.
Lebih jauh lagi, perencanaan perjalanan yang matang harus melibatkan analisis risiko yang mendalam dan strategi mitigasi yang jelas.
Sekolah perlu mengadakan rapat perencanaan yang melibatkan semua pihak terkait, termasuk guru, orang tua, perwakilan siswa, dan operator bus.