Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Penulis - Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jelajah Senja di Bulan Ramadan: Petualangan Tiga Lokasi Ngabuburit Favorit di Kota Lahat

16 Maret 2024   16:42 Diperbarui: 18 Maret 2024   19:17 3102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Ngabuburit Pavorit - sumber gambar: canva.com

 

Di sudut teras rumah yang teduh, Ali dan Rizal duduk bersama di bawah payung warna cerah, sementara cahaya senja menyapa mereka dari ufuk barat. Keduanya tengah merencanakan kegiatan ngabuburit.

"Kamu punya ide untuk ngabuburit besok, Ali?" tanya Rizal antusias.

Ali mengangguk, matanya berbinar penuh semangat, "Tentu, Rizal. Aku punya tiga lokasi favorit untuk ngabuburit di Lahat. Kita bisa berkeliling ke semua tempat itu!"

Rizal mengangkat alisnya dengan antusias, "Seru sekali! Ceritakan lebih lanjut, Ali."

"Oke, pertama kita bisa ke Lapangan Seganti Setungguan, atau Lapangan Eks MTQ Lahat," ujar Ali sembari menunjuk ke arah lapangan yang tampak dari jendela teras. "Di sana, kita bisa menikmati suasana senja yang indah sambil duduk santai atau berolahraga."

"Wah, terdengar menarik," sahut Rizal sambil mencatatnya di telepon pintarnya.

"Selanjutnya, kita bisa ke Taman dan Plaza Ayek Lematang," sambung Ali. "Tempat yang cocok untuk ngabuburit sambil menikmati gemericik air sungai dan udara segar."

Rizal mengangguk mengerti, "Aku suka ide itu. Lanjutkan, Ali."

"Dan Terakhir, kita bisa ke Masjid Al-Muttaqin," lanjut Ali. "Di sana, kita bisa ngabuburit sambil beribadah, mendengarkan lantunan sholawat dan dzikir, serta menikmati pemandangan kota dari ketinggian."

Rizal mengangguk setuju, "Tempat yang cocok untuk menyatu dengan spiritualitas."

Ali tersenyum lebar, "Tentu, Rizal! Ayo kita buat rencana ngabuburit ini menjadi momen yang tak terlupakan!"

Dengan semangat yang membara, Ali dan Rizal pun bersiap-siap untuk memulai petualangan ngabuburit mereka di lima lokasi favorit di kota Lahat.

Petualangan-pun di mulai.

  • Lapangan Eks MTQ

Lapangan Eks MTQ - sumber gambar: tangkapan layar akun instagram @drone_kite
Lapangan Eks MTQ - sumber gambar: tangkapan layar akun instagram @drone_kite

Ali menatap ke arah Lapangan Seganti Setungguan, tempat yang telah menjadi saksi bisu bagi banyak kenangan indahnya.

Alimenghela nafas dalam-dalam, membiarkan aroma bunga-bunga segar dan aroma tanah basah setelah hujan baru saja berlalu meresap ke dalam hidungnya.

"Rizal, kamu pernah dat ang ke Lapangan Eks MTQ, kan?" tanya Ali sambil memandang temannya.

Rizal mengangguk, "Iya, pernah beberapa kali. Suasananya memang tenang sekali."

"Benar sekali," jawab Ali sembari mengangkat jempol. "Sore-sore begini adalah waktu terbaik untuk datang ke sini. Udara segar, matahari mulai meredup, dan langit dihiasi warna-warni senja yang begitu memesona."

"Suaranya kamu bikin pengen banget kesana, Ali," kata Rizal dengan senyum mengembang.

"Kamu harus mencobanya sendiri, Rizal," kata Ali sembari menepuk bahu temannya. "Ayo, kita ke sana sekarang juga."

Mereka berdua berjalan menyeberangi jalan menuju Lapangan Eks MTQ. Ketika mereka tiba, suasana lapangan begitu damai.

Ada anak-anak yang bermain sepak bola di salah satu sudut lapangan, sementara beberapa orang lainnya duduk santai di bangku-bangku kayu yang tersedia di sekitar lapangan.

Ali menghirup udara segar lapangan, merasakan semilir angin yang lembut mengusap wajahnya, "Ini dia, Rizal. Lapangan Seganti Setungguan, atau Lapangan Eks MTQ. Tempat yang begitu akrab bagi warga Lahat."

pesta-rakyat-di-lap-mtq-65f561af14709323fc44e0c6.jpg
pesta-rakyat-di-lap-mtq-65f561af14709323fc44e0c6.jpg
Lapangan Eks MTQ Lahat - sumber gambar: tangkapan layar akun instagram @drone_kite

Rizal melihat sekeliling dengan kagum, "Suasana di sini begitu berbeda dari keramaian kota, ya?"

"Iya, di sini kita bisa lupa sejenak dengan hiruk-pikuknya kehidupan sehari-hari," jawab Ali. "Saat senja mulai turun, warna langit berubah menjadi perpaduan indah antara merah, orange, dan ungu. Bisa kamu bayangkan betapa menakjubkannya?"

Rizal mengangguk, matanya masih terpaku pada langit senja yang mulai memerah, "Sungguh mempesona."

Tiba-tiba, suara adzan berkumandang dari salah satu masjid di sekitar lapangan. Ali dan Rizal mendengarkan dengan khidmat, membiarkan kedamaian hati mereka tersentuh oleh panggilan untuk shalat.

"Saat adzan berkumandang, itu adalah waktu terbaik untuk merenung dan bersyukur atas segala nikmat yang kita miliki," kata Ali dengan suara lembut.

Rizal mengangguk, matanya yang tadinya terpaku pada langit senja, kini berpaling pada Ali dengan ekspresi penuh pengertian, "Benar sekali, Ali. Kadang kita terlalu sibuk dengan urusan dunia, sehingga lupa mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita."

Ali tersenyum, merasa senang karena Rizal bisa merasakan kedamaian dan keindahan yang ada di Lapangan Eks MTQ seperti dirinya, "Mari, Rizal. Mari kita duduk di sini sejenak, menikmati keindahan alam dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita."

Mereka berdua pun duduk di salah satu bangku kayu di tepi lapangan, menikmati indahnya senja yang semakin meredup, sambil merenung dan memanjatkan doa-doa dalam hati.

  • Taman dan Plaza Ayek Lematang

Taman Ayek Lematang - sumber gambar: tangkapan layar akun X.com @pesonasriwijaya
Taman Ayek Lematang - sumber gambar: tangkapan layar akun X.com @pesonasriwijaya

Ali dan Rizal berjalan menelusuri tepi Sungai Lematang menuju Taman dan Palaza Ayek Lematang.

Mereka berdua bisa merasakan kelembutan sinar matahari senja yang menembus celah-celah pepohonan di sepanjang jalan. 

Suara gemericik air sungai menyambut kedatangan mereka, memberikan nuansa sejuk dan menenangkan.

"Sungai Lematang memang memiliki daya tarik tersendiri, ya?" ujar Rizal sambil mengamati aliran air yang jernih.

"Iya, betul sekali," jawab Ali sambil mengangguk. "Taman dan Plaza Ayek Lematang adalah salah satu tempat terbaik untuk menikmati keindahan sungai ini."

Mereka tiba di Taman dan Plaza Ayek Lematang dan disambut oleh hamparan hijau rumput yang luas di tepi sungai.

Ada beberapa bangku kayu dan tempat teduh dari pohon-pohon besar yang menjulang tinggi.

"Tempatnya nyaman sekali," ujar Rizal sambil mencari tempat duduk.

Ali menunjuk ke arah sebuah bangku kayu di tepi sungai, "Ayo, Rizal, duduklah di sana. Dari sini kita bisa menikmati pemandangan sungai dengan lebih baik."

Mereka berdua duduk di bangku kayu tersebut, membiarkan kaki mereka diguyur oleh sinar matahari senja yang perlahan tenggelam di balik pepohonan.

Suasana damai Taman dan Plaza Ayek Lematang membuat mereka terbuai dalam ketenangan.

"Teman-teman pernah bercerita padaku bahwa di sini juga sering diadakan kegiatan memancing," kata Ali sambil memandang ke arah aliran sungai.

"Iya, benar. Rasanya seru ya bisa memancing di sini sambil menikmati suasana alam yang indah," ujar Rizal sambil mengangguk.

"Tapi yang paling aku suka dari Taman dan Plaza Ayek Lematang adalah suara gemericik air sungainya yang menenangkan," kata Ali sambil menutup matanya sejenak.

"Mmm, iya. Ini seperti terapi bagi pikiran kita yang seringkali dipenuhi oleh hiruk-pikuk kota," ujar Rizal sambil menikmati suasana.

Plaza Ayek Lematang - sumber gambar: lahatonline.com
Plaza Ayek Lematang - sumber gambar: lahatonline.com

Saat mereka terdiam menikmati alam, tiba-tiba terdengar suara riuh rendah dari kejauhan. Ali dan Rizal melihat sekelompok anak-anak yang bermain di sisi lain taman.

"Ayo, Rizal, mari kita bergabung dengan mereka sebentar," ajak Ali dengan senyum lebar.

Mereka berdua pun beranjak dari tempat duduk mereka dan bergabung dengan anak-anak yang sedang bermain.

Rizal menendang bola ke salah satu anak kecil, sementara Ali duduk di rerumputan, memperhatikan keceriaan mereka.

Tak terasa, senja mulai berganti malam, dan lampu-lampu di taman mulai menyala satu per satu.

Ali dan Rizal duduk di bangku kayu lagi, menatap langit yang mulai ditutupi oleh bintang-bintang.

"Ini benar-benar tempat yang menyenangkan, ya, Ali," ujar Rizal sambil menghela nafas puas.

"Iya, betul sekali," jawab Ali sambil mengangguk setuju. "Taman dan Plaza Ayek Lematang memang menjadi tempat yang pas untuk melarikan diri sejenak dari kesibukan kota dan menikmati keindahan alam serta kedamaian yang ditawarkannya."

Mereka berdua pun duduk menikmati gemericik aliran sungai Lematang, terpaku pada keindahan alam yang masih menyelimuti Taman dan Plaza Ayek Lematang.

  • Masjid Al-Muttaqin

Masjid Al-Muttaqin Lahat - sumber gambar: photo by @Bujang Lahat
Masjid Al-Muttaqin Lahat - sumber gambar: photo by @Bujang Lahat

Ali dan Rizal melangkah dengan penuh kekhusyukan menuju Masjid Al-Muttaqin.

Bangunan megah masjid itu terlihat menjulang di atas ketinggian Kota Lahat, seakan-akan mengundang mereka untuk datang dan menikmati keindahan spiritual yang tersembunyi di dalamnya.

"Sungguh indah masjid ini," ucap Rizal, matanya memandang bangunan megah itu dengan kagum.

"Iya, Masjid Al-Muttaqin memang salah satu Masjid terkenal di Lahat," jawab Ali sambil mengangguk. "Dan bukan hanya sebagai tempat ibadah, Masjid ini juga menjadi destinasi religi favorit untuk ngabuburit bagi banyak orang."

Mereka berdua memasuki halaman masjid yang lapang, dihiasi dengan rerumputan hijau yang segar.

Suasana tenang dan damai mengelilingi mereka, seolah-olah memberi pengertian bahwa mereka telah sampai di tempat yang benar untuk menenangkan hati.

"Kita ke Masjid ini tidak hanya untuk shalat, tetapi juga untuk merasakan kedamaian batin," ujar Ali sambil menghirup udara segar yang terasa begitu murni di halaman masjid.

Rizal mengangguk setuju, "Ya, tempat seperti ini sangat membantu kita untuk merenung, mengingat dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan."

Mereka masuk ke dalam Masjid, disambut oleh lantunan ayat suci Al-Qur'an yang mengalun lembut di seluruh ruangan.

Suara khusyuk para jamaah yang sedang beribadah membuat suasana di dalam semakin hikmat.

Ali dan Rizal duduk di saf terdepan, meresapi setiap kata yang terucap dalam doa dan dzikir, membiarkan hati mereka tersentuh oleh kehadiran Allah SWT.

"Saat seperti ini benar-benar membuat kita merasa dekat dengan Sang Pencipta," ucap Rizal dengan suara rendah, tetapi penuh dengan rasa syukur.

Ali mengangguk setuju, "Iya, di sini kita bisa melepaskan segala beban dan kegelisahan yang ada dalam hati, sambil mendekatkan diri pada Allah SWT."

pemandangan-kota-lahat-di-teras-masjid-al-muttaqin-65f565fc14709339381bec79.jpg
pemandangan-kota-lahat-di-teras-masjid-al-muttaqin-65f565fc14709339381bec79.jpg
Menikmati Keindahan Kota Lahat dari Masjid Al-Muttaqin - sumber gambar: sumeks.disway.idKetika mereka keluar dari masjid setelah beribadah, mereka merasakan kesegaran yang mengalir dalam diri mereka.

Udara senja yang sejuk dan pemandangan Kota Lahat yang terhampar indah di bawah kaki mereka menambah kesan yang tak terlupakan dari kunjungan mereka ke Masjid Al-Muttaqin.

"Sungguh pengalaman yang luar biasa," ujar Rizal dengan senyum mengembang.

Ali mengangguk, matanya bersinar penuh kepuasan, "Benar sekali, Rizal. Tiada apa yang bisa menandingi kedamaian dan keberkahan yang kita rasakan di tempat ini."

Dengan hati yang dipenuhi dengan ketenangan dan rasa syukur, mereka meninggalkan Masjid Al-Muttaqin, membawa pulang berkah spiritual yang mereka temukan di tempat yang suci itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun