Ia mulai mengenang petualangan Goku, Gohan, Goten, Piccolo, Vegeta dan teman-temannya yang lain, mengingat setiap momen epik yang mereka lewati.
Namun, di balik kenangan manis itu, ada rasa sedih yang mendalam. Takeshi menyadari bahwa bagian dari masa kecilnya telah pergi bersama Toriyama.
Takeshi terus menatap figur Goku, seakan-akan mencari jawaban atas kesedihan yang ia rasakan.
Lalu, tanpa disadari, sebuah ide muncul di benak Takeshi. Ia akan mengenang legacy Dragon Ball dan Akira Toriyama dengan cara yang ia bisa: dengan menulis cerita.
Mengambil laptop dan menyeduh secangkir kopi, Takeshi mulai menuliskan cerita tentang petualangan baru Goku dan teman-temannya.
Ia membiarkan imajinasinya mengalir bebas, menciptakan dunia baru yang penuh dengan keajaiban dan petualangan.
Setiap kata yang ia tulis adalah penghormatan bagi Toriyama, seorang inspirator dalam hidupnya yang telah menginspirasinya dalam menulis fiksi.
Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Takeshi menyelesaikan ceritanya.
Ia membaca ulang setiap kalimat dengan penuh perasaan, merasakan bagaimana Dragon Ball telah membentuk dirinya sebagai imajiner.
Melalui kata-kata, Takeshi merasa seolah-olah ia telah memperpanjang warisan Toriyama ke generasi berikutnya.
Meskipun Toriyama telah tiada, karya-karyanya tetap hidup dalam hati para penggemarnya.