Di samudera jauh yang luas, ada satu rahasia yang disembunyikan: laut yang menghampiri pantai merindukan jejak daratan yang pernah ia sentuh. Dalam gemuruh ombaknya yang tak henti, ada getaran getir dari kenangan yang mengalir, seperti pesan-pesan yang tak terucap dari jauh.
Laut memeluk pantai dengan kerinduan yang tak terucap, mencoba memahami kehangatan yang hanya dapat dirasakan oleh tanah yang subur. Dalam detik-detik yang sunyi, saat air surut mengungkapkan pasir halus yang tersembunyi di dasar laut, itulah saat rindu itu menari-nari di antara riak-riak air.
Laut, yang dulu menerjang batu-batu dengan kemarahan yang megah, kini menemukan kedamaian dalam tatapan biru langit yang terbentang di cakrawala. Namun, dalam ketenangan itu, ada panggilan yang tak terjawab dari daratan yang menjulang tinggi di kejauhan.
Laut mengalir terus, mengikuti alur takdirnya, namun setiap gelombang yang dipatahkannya membawa cerita kekosongan yang mengisi ruang-ruang antara pasir-pasir pantai.Dalam setiap perjumpaan dengan pasang surutnya, laut merenungkan hubungannya dengan daratan, mempertanyakan mengapa takdir membentangkan jarak yang begitu jauh di antara keduanya.
Dalam diamnya, ia menyadari bahwa keheningan adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menggelinding di dasar samudera. Dalam gelombang-gelombangnya yang menggulung, terdapat getaran getir dari kerinduan yang tak pernah padam, seperti bait-bait puisi yang terukir dalam catatan sejarah yang tak terlihat.
Laut dan daratan, dua entitas yang begitu berbeda namun terikat dalam sebuah tari takdir yang tak terpisahkan. Meskipun terpisah oleh jarak yang luas, kehadiran satu sama lain terukir dalam jiwa mereka masing-masing. Dan di tengah-tengah kekosongan yang memisahkan, ada pelukan rindu yang tak pernah usai, menandai keabadian dari ikatan yang tak terlihat namun kuat.
Sebab, dalam setiap hembusan angin yang melintasi permukaan laut, terdapat bisikan-bisikan cinta dari daratan yang merindukannya, menciptakan harmoni yang abadi di antara dua dunia yang berbeda namun tak terpisahkan.
Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, 03 Februari 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H