Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Media Zone

pemuda yang memiliki ambisi menjadi editor profesional dan bermula dari kecil terlebih dahulu

Selanjutnya

Tutup

Money

Sablon Jogja ID, Konveksi Kaos di Yogyakarta yang Bermula dari Mahasiswa

30 Maret 2022   07:30 Diperbarui: 30 Maret 2022   07:31 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seragam hem dan pakaian putih cepat kotor dan rentan terhadap noda pada pakaian lain. Oleh karena itu, pisahkan dulu seragam hem putih dengan pakaian berwarna kuat. Apalagi jika seragam hem tersebut merupakan seragam yang akan dikenakan untuk bekerja atau sekolah.

Seragam hem putih yang ternoda atau berubah warna akan sulit dilepas.  Salah satu cara untuk menghilangkannya adalah dengan pemutih.  Namun, langkah ini kemungkinan besar akan merusak seragam hem dan teksturnya.  Karena itu, cobalah untuk menghindari mengenakan pakaian lain.

3. Tidak perlu menyetrika semua bahan kaos

Ada banyak bahan dan kain yang digunakan untuk membuat kaos.  Penting juga untuk diketahui bahwa tidak semua seragam hem harus disetrika.  Lihatlah instruksi pakaiannya terlebih dahulu.  Pasalnya, ada jenis bahan kaos yang justru rusak karena terkena panasnya setrika.  Jika bahan tidak perlu disetrika, cukup digantung atau ditekuk dengan rapi.

Nah, itulah tips-nya, balik lagi ke topik pendiri Sablon Jogja ID, Konveksi Kaos di Yogyakarta yang Bermula dari Mahasiswa. Ada kisah sangat menarik darinya.

Awal Mula Berdiri Sablon Jogja ID

Ada alasan kuat sebagai motivasi dari Ahmad Najmul Ma'arij yang mau terjun di dunia bisnis ini dari tantangan kedua orang tua Ahmad. Yang mana beliau ingin melanjutkan pendidikannya di kota Yogyakarta dan berkomitmen untuk membiayai segala kehidupan dan kebutuhan selama kuliah. Modal dan tujuan nekat ini membuatnya menjadi seorang yang mandiri selama kuliah.

Di tahun 2013, Ahmad Najmul Ma'arij tinggal di sebuah kos yang terbilang kecil yang mana letaknya dekat dengan kandang ayam. Dan untuk kebutuhan makan sehari-harinya Ahmad memasak nasi dan membeli lauk dan sayuran dengan harga Rp. 1.500, hal tersebut tentunya dijadikan menu favoritnya untuk kebutuhan makanan hariannya. Untuk berasnya sendiri, Ahmad memiliki beras simpanan dari bekal orang tuanya.

Untuk sandang yang dikenakan, Ahmad membeli baju bekas yang masih layak pakai. Dari kesederhanaan dan kemandirian itulah Ahmad mampu berjuang hidup dan mengantarkan sampai di titik saat ini

Awal mula usaha yang dia jalankan pada saat menyelesaiakan pendidikan di bangku sekolah menengah atas dengan menjual gelang karet bisa bisa di kustom di tahun 2013. Kemudian karena dengan prospek yang tidak bagus bisnis tersebut tidak berjalan lama.

Ahmad mencari peluang bisnis lain lewat penelusuran via Google, dan menemukan bisnis yang meilik prospek menjanjikan, yaitu bisnis konveksi dan sekarang namanya Sablon Jogja ID. Beliau mencari dan menghubungi banyak pemilik konveksi, dan hanya 3 konveksi yang mau menerima. Sala satunya berlokasi dipinggiran kota, Ahmad bekerja sama dengan para pebisnis konveksi tersebut dengan sistem bagi hasil. Dengan memiliki pengalaman dalam pemasaran digital seperti SEO web, fanpage Facebook, yang dapat menyediakan mangsa pasar untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun