Mohon tunggu...
Satrio Pinandito
Satrio Pinandito Mohon Tunggu... Editor - Abdi Dalem Rakyat

Khadimul Ummah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anieslah yang Jadi Harapan Jokowi!

29 Maret 2022   19:46 Diperbarui: 29 Maret 2022   19:52 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi Saat Melantik Anies Baswedan Menjadi Gubernur Jakarta di Istana Jakarta, Senin 16 Oktober 2017 (Foto: KOMPAS.com)

AKHIR PEKAN lalu kita dikagetkan oleh dua hal dari istana yang saling bertolak belakang, yang pertama viralnya video Jokowi marah - marah terhadap kabinetnya dan bahkan sampai muncul nada ancaman. 

Jokowi marah, karena semua kebutuhan yang sejatinya tidak menggunakan tehnologi tinggi, tapi pembantu-pembantunya lebih suka impor. Jokowi menyebut beberapa nama kementrian seperti menteri kesehatan, mengapa hanya tempat tidur yang di Jogja, Tangerang dan Bekasi ada pabriknya, lalu untuk kebutuhan rumah sakit kita harus impor, bodoh benar kita ini.

Peristiwa yang kedua adalah larangan Kementerian Perdagangan kepada Gubernur Anies untuk mengadakan operasi pasar murah minyak goreng. Larangan itu tertuang dalam surat keputusan  Permendag Nomor 11 tahun 2022 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi. HET Minyak Goreng inilah yang menjadi penghalang Pemrov DKI Jakarta untuk membuka pasar murah kebutuhan pangan minyak goreng.

"Tujuannya agar tidak membuat resah. Karena apa? Karena minyak sudah tersedia. Jadi pada akhirnya tidak melakukan operasi pasar," Sebagaimana dijelaskan oleh Direktur Utama Food Station Pamrihadi Wiraryo kepada Republikacoid, Senin, 21 Maret 2022.

Dua peristiwa itu menjelaskan adanya kutub keberpihakan yang berbeda, Jokowi berusaha menghidupkan keberdayaan masyarakat lewat pembelian produksi dalam negeri dan mendorong naiknya daya beli. Sementara para menterinya sangatlah bertolak belakang dengan harapan itu, lebih banyak berpihak kepada kepentingan  asing dan pengusaha ( oligarki).

Kegundahan itulah yang menyebabkan Jokowi harus mengeluarkan kata kata dengan nada marah dan ancaman.

Anies Baswedan Saat Menjadi Tim Sukses Jokowi - JK pada Tahun 2014 (Foto: Kompas.com)
Anies Baswedan Saat Menjadi Tim Sukses Jokowi - JK pada Tahun 2014 (Foto: Kompas.com)
Sebagai manusia dan presiden tentu Jokowi merasa bersalah, ketika kebijakan dia selama ini tidak banyak bisa dirasakan oleh rakyatnya, padahal mensejahterakan rakyat adalah tugas utama konstitusi yang harus dia emban. 

Namun pada kenyataannya, sampai menjelang massa jabatan dua periodenya, kehidupan masyarakat tidak semakin baik, kemiskinan tidak kunjung membaik, pengangguran tidak kunjung tertangani, janji 10.000 kesempatan kerja, ternyata banyak diisi oleh tenaga-tenaga kerja dari China, meski itu hanya tenaga kasar yang tak butuh tehnologi tinggi.Jokowi tentu banyak belajar dari peristiwa-peristiwa sebelumnya, bagaimana akhir sebuah kekuasaan. 

Jokowi tentu tak ingin diakhir kekuasaannya, dia dikenang sebagai presiden yang banyak bohong, tidak berpihak pada rakyat, atau presiden yang tidak bisa berbuat apa apa. Jokowi pasti ingin menunjukkan dirinya sebagai presiden yang berpihak kepada rakyat.

Jokowi nampaknya  mulai terusik hati nuraninya dengan kenyataan yang terjadi ditengah masyarakat. Jokowi sadar bahwa banyak sekali dia mendapatkan informasi yang tidak benar dan berpotensi menjerumuskannya.

Isu pemunduran pemilu dan perpanjangan massa jabatan presiden, serta alasan demokrasi yang tak masuk akal, cepat dia sadari, meski setelah mendapatkan perlawanan internal dari partai pendukungnya sendiri, seperti Nasdem, PDIP, PPP dan bahkan Gerindra, setelah sebelumnya mendapatkan penolakan dari PKS dan Partai Demokrat.

Lalu kemana bandul harapan Jokowi? Nampaknya Jakarta menjadi keberpihakan yang bisa dibanggakan Jokowi. Anies sebagai gubernur yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah pusat, ternyata mampu menterjemahkan tugas-tugas konstitusi yang diemban oleh pemerintah pusat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun