Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengindahkan Narasi Tunggal dapat Sebabkan Pembentukan Persepsi yang Menyesatkan

17 April 2018   22:55 Diperbarui: 18 April 2018   21:21 2937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: kennis.simac.com

Semua hasil pengamatan itu betul jika hanya fokus ke satu sisi saja. Tidak salah. Namun, melihat satu sisi saja tidak menggambarkan realitas bangunan ini seutuhnya.

Seorang novelis, Chimamanda Adichie menggarisbawahi hal ini, "Cerita tunggal menciptakan stereotip. Masalah dengan stereotip adalah bukan berarti hal itu tidak benar, tetapi ia tidak lengkap. Mereka membuat satu cerita menjadi satu-satunya cerita.... Bagaimana cara memberi tahu, siapa yang memberi tahu, kapan mereka diberi tahu, berapa banyak cerita yang diberi tahu, semuanya tergantung pada kekuasaan (power)." 

(Lihat video Adichie saat ia berbicara tentang "The Danger of a Single Story" di TED Global 2009. ada pilihan bahasa Indonesia juga)

Apalagi di zaman now, penting untuk lebih kritis dan berhati-hati dalam menilai dan menyimpulkan. Tidak cepat mengeneralisir sesuatu hal yang hanya kita ketahui dari "indera" orang lain, via TV dan media lainnya (apalagi yang jelas abal-abal) yang hanya berfokus pada satu atau sebagian sisi saja, di mana sisi-sisi tersebut diulang-ulang supaya terdengar benar dan meyakinkan.

Betul, ada kalanya orang Jepang berkimono. Betul, di salah satu kota di Indonesia pernah ada kejadian pembunuhan di taksi. Betul, ada daerah di Indonesia yang belum mempunyai jalur kereta api. Namun itu semua hanya se-per-sejuta dari deskripsi (dan harus dilengkapi dengan keterangan-keterangan pendukung) yang tidak bisa menggambarkan realita tentang Jepang dan Indonesia seutuhnya.

Seperti kata Adichie, "Our lives, our cultures, are composed of many overlapping stories.... if we hear only a single story about another person or country, we risk a critical misunderstanding."

Jadi mari mengulik lebih banyak segi-segi yang tak tersorot kamera. Mari bercerita....

Mutiara Me

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun