Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Inilah Pengalaman Menegangkan dengan "Customs and Border Protection" Negeri Paman Sam

12 Maret 2018   18:16 Diperbarui: 13 Maret 2018   11:00 2829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Mini di Boston (sumber: koleksi pribadi)

CBP (Customs and Border Protection) Amerika terkenal paling ketat, killer dan menakutkan. Mereka bisa menggeledah dan meminta pendatang untuk melakukan apa saja yang dianggap perlu untuk dilakukan demi keamanan masuk ke Amerika, termasuk akhir-akhir ini diberitakan juga mereka bisa meminta kita membuka laptop, unlock smartphone, dan lain sebagainya. 

Inspeksi dengan membuka koper pun dilakukan ke banyak pendatang, meskipun tidak ke semua orang. Inspeksi akan dilakukan biasanya jika dokumen perjalanan/visa kita tidak lengkap, pernah melanggar aturan CBP, atau nama kita masuk dalam daftar nama yang dicari (semoga ngga akan pernah ya), atau sekedar apes kena random check.

Waktu mendarat di Washington Dulles (IAD) tahun lalu saya terkena random check. Meskipun menurut saya ini mungkin bukan random. Entahlah. Saat itu seisi pesawat hanya saya saja yang berjilbab, dan satu-satunya orang Asia Tenggara, bukan orang Jepang. Saat sudah turun pesawat ANA, mengambil bagasi, dan berjalan menuju konter imigrasi, semua penumpang asal Jepang mendapatkan jalur khusus "Japanese" yang tidak harus melalui pintu yang sama dengan saya. Wow banget ini privilege sebagai orang Jepang, batin saya. Jadi waktu itu saya ingat, saya sendirian ke konter imigrasi. Di situ saya langsung diminta datang ke bagian custom check. Jadi dalam hati saya tahu memang saya pasti akan kena inspeksi.

Di ruang customs, saya melihat ada seorang ibu berkulit hitam menggendong bayinya, sedang menunggu barang-barangnya dibongkar oleh petugas CBP. Ia membawa banyak sekali barang dengan bungkusan kardus-kardus besar yang dilapisi koran dan plastik. Di depan saya ada seseorang berkulit hitam juga sedang diinterogasi petugas CBP. Dari nadanya, saya tahu petugas ini marah-marah dan melotot ke orang tadi. Seram ....

Waktu saya maju deg-degan rasanya, tegang... karena petugas CBP itu tinggi, di balik mejanya berdiri, dan dia bertanya dengan cepat. Dia mengecek dokumen saya, bertanya maksud saya ke Amerika dan sebagainya. Karena nada bicaranya seperti yang sering saya lihat di ruang pengadilan: menyelidik, cepat dan membuat bingung, ini membuat saya gugup. Lalu setelah serentetan pertanyaan tentang bawaan saya, ia pun mengonfirmasi, "Dari semua yang saya bilang kamu ngga ada pertanyaan, semua jelas?" lalu diulang lagi dengan cara berbeda. 

"Dengan ini kamu tidak ada pertanyaan dan semua yang saya bilang sudah dimengerti, betul?" Karena ada rasa lelah juga baru dari penerbangan sekitar 10-12 jam, rasanya cuma satu yang saya inginkan yaitu ingin cepat-cepat sampai, apalagi ini bukan destinasi terakhir saya (masih harus terbang beberapa jam ke Boston). Jadi saya dengan cepat bilang, iya. "Dari semua statement-mu ada yang ingin kamu ubah?" Itu pun saya juga bilang, tidak. 

Lalu ia meminta saya membuka koper. 

CBP officer: Open your suitcase! (buka kopermu!)
JENG! JENG! JENG!
CBP officer: What machine is this?" (mesin apa ini?) (sambil dijungkir-jungkir, dielus-elus, dsb)
Me: (dalem hati: machine? Hehe mungkin dikira mesin penghangat botol bayi)
me: .... Ehm, that's a rice cooker (ehm, itu penanak nasi) (tahan napazz, no! Jangan disita di sini)

Dari awal saya sudah ngga mau bawa rice cooker ini, karena takut bermasalah di CBP. Namun karena akan di Amerika lama, jadi otoritas menanak nasi menjadi sangat penting. Selain itu biar tidak pusing cari makanan halal, plus berhemat untuk kebutuhan logistik selama di sana.

CBP: What's inside?"(ada apa di dalamnya?)
me: Ehm .... rice.... a small pack of rice"(ehm, beras, satu pak kecil beras) (ohhh ini saya lupa tidak ditulis di form customs, glekk, nyesel bilang)
CBP: What? Rice? You didn't say you brought rice! Oh you're really in trouble! Really in trouble, lady. You can't bring rice!" (Apa beras?!! Kamu ngga bilang bawa beras! Oh, kamu benar-benar dalam masalah! Kamu ngga boleh bawa beras!)

Trus dia puter-puter si mini, bingung bukanya dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun