Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muslim Berkelana (Bag. 4): Berjilbab di Jepang

11 Maret 2018   21:57 Diperbarui: 12 Maret 2018   02:51 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari pertama di kota kuecil itu saya ngga nyangka, kaget, risih dilihati dari ujung kaki ke ujung jilbab oleh hampir SEMUA orang yang melihat saya, baik dewasa maupun anak-anak. Mereka melihat tanpa berkedip, bahkan sambil mengendarai mobil mereka menengok sejadi-jadinya pada saya yang sedang berjalan.

Sering anak-anak yang awalnya lagi becanda dengan temannya atau orang tuanya, tiba-tiba terdiam, tertegun, termangu, tapi ngga terpesona, melihat saya berjalan melewati mereka. Saya biasanya tersenyum, dan dengan tingkat keramahan semaksimal mungkin menyapa, "konnichiwa". Eh mereka malah cemberut, mlengos dan malah sering yang pasang muka marah, untungnya ngga ada yang sampai nangis atau lari.

Oh ada, pernah seorang anak sedang main di dekat saya, dan setelah melihat saya, ia langsung berlari ke ibunya ketakutan. Oh no :'( ...Ada perasaan sedih dengan reaksi mereka. Saya ngga berbahaya kok. Saya juga manusia kok, ngga beda… bukan alien! Bukan juga hantu! Rasanya ingin bilang begitu...tapi yah dipahami saja dimana-mana menjadi berbeda dan minoritas itu tidak selalu mudah diterima kan.

Memang masih banyak orang Jepang yang tidak nyaman dengan 'internasionalisasi' dan keberadaan 'orang asing' dengan alasan mempertahankan tatanan sosial, kultur dan kemurnian ras, dan juga karena mereka hanya mengenal kami dan penampilan berjilbab dari frame pemberitaan TV. Namun faktanya, roda perekonomian negaranya hanya bisa tumbuh jika mereka membuka pintu untuk orang asing untuk datang dan tinggal, jadi hubungannya (seharusnya) mutual.

Tak kenal memang tak sayang. Tapi sudah kenal pun belum pasti jadi sayang. Tapi pasti akan ada momen di kota kecil ini dimana sapaan saya akan berbalas senyum dan canda.

Jangan kuatir jika anda berjilbab dan datang ke Jepang untuk pelesir saja ngga masalah karena di tempat-tempat umum atau destinasi wisata orang Jepang tidak akan mempermasalahkan dan sudah biasa akan tampilan orang asing yang bermacam-macam. 

Beberapa tahun terakhir Jepang juga sudah lebih membuka diri terhadap pengunjung Muslim dengan tingginya angka devisa dari sektor pariwisata yang tak dipungkiri sangat diperlukan untuk Jepang menghadapi resesi ekonomi dengan menurunnya jumlah penduduk dan tenaga kerja.


07052017

dilengkapi  pada 11 Maret 2018

Mutiara me

Baca juga: Muslim Berkelana (Bag. 3): Branding Hijab Malaysia vs Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun