Mohon tunggu...
Median Editya
Median Editya Mohon Tunggu... lainnya -

penyuka beladiri dan sastra. calon guru teknik yang dicemplungin NASIB ke dunia perbankan..well, life always have a twisting plot rite ?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jaringan (Sistem) IT Perbankan dan Kerentanannya terhadap Cyber Crime

14 Desember 2010   04:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:45 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu waktu saya masih kecil, seingat saya setiap kali ingin menabung (TABANAS dulu seingat saya) saya datang ke bank, melihat mbak-mbak cantik yang dengan ramah tersenyum, mengambil uang dan kemudian mencatat secara MANUAL setoran tabungan saya.

[caption id="attachment_79766" align="aligncenter" width="300" caption="aduh mbak2nya cantik sekali yakz huehehe (unduh dari detikfinance.com)"][/caption]

Tapi itu semua adalah cerita dulu, sekarang zaman semakin maju semuanya dikerjakan secara elektronik melalui jaringan (sistem) teknologi informasi yang mengakibatkan kebanyakan aktivitas perbankan (tabung menabung dan berbagai aktivitas lainnya di bank) tidak lagi tercatat secara manual. Semuanya harus praktis dan ringkas karena falsafah dasar bahwa “Waktu itu adalah UANG”. Untuk Indonesia, nasabah masih mendapatkan catatan transaksi pada tabungannya. Namun untuk negara-negara Eropa semua aktivitas perbankan umumnya dikerjakan dengan prinsip “paperless” yang dihandle sepenuhnya oleh jaringan (sistem) teknologi informasi yang mumpuni. Namun pahamkah kita semua akan rentannya jaringan (sistem) teknologi informasi perbankan ini?

Kehebatan jaringan (sistem) teknologi informasi perbankan yang katanya “mumpuni” itu sekarang menjadi diragukan terutama sejak terjadinya serangan cracker kepada laman visa, mastercard, dan paypal. Perbankan yang memiliki nama besar (dan tentunya teknisi yang handal) keok dihadapan para crackers yang “kesel” karena para perbankan ini “membatalkan” dukungan mereka terhadap wikileaks. Pertanyaannya sekarang ialah, sejauh mana keamanan jaringan (sistem) teknologi informasi perbankan demi proteksi dana keuangan nasabahnya?

[caption id="attachment_79772" align="aligncenter" width="300" caption="dan ketiganya keok diserang cracker.. T_T (unduh dari nextgenerationmarketingmagic.com)"]

12922998041938458282
12922998041938458282
[/caption]

Prinsip “paperless” dengan mengandalkan jaringan (sistem) perbankan elektronik ini juga memiliki banyak celah yang sebenarnya dapat dijadikan sumber dana bagi para cracker iseng. Cracker bisa mengatur transaksi e-banking dan melakukan “money laundry” dengan cara memecah dana yang ada disuatu rekening ke beragam rekening lainnya dan mengembalikan dana tersebut secara bertahap ke suatu rekening lainnya yang diinginkan. Kadang untuk mencegah terjadinya kecurigaan bisa dipilih rekening-rekening pengusaha bersih dan kalau terjadi pengusutan bisa menggunakan dalih pembayaran transaksi jual beli (atau apapun yang ada). Makanya jangan heran kalau ada kasus dimana tiba-tiba ada kasus suatu rekening tiba-tiba nambah jadi beberapa kali lipat, namun pas dicek lagi keesokannya sudah kembali seperti semula.

[caption id="attachment_79773" align="aligncenter" width="300" caption="gak jadi KAYA..hix..padahal kemaren liat duit di atm ampe beratus2 juta..kok skrg jdi 50rb lagi yah?nasiiibb.. (unduh dari strano99.blogspot.com)"]

1292300280167231558
1292300280167231558
[/caption]

Selain itu cracker juga bisa menjebol uang pembayaran gaji dari karyawan suatu perusahaan besar. Semisal karyawan tingkat A memiliki gaji Rp. 7.585.755,-, maka cracker cukup mengatur kode yang mengalihkan 55 perak dari rekening karyawan tersebut ke rekening lain yang diinginkannya. Terkesan kecil yah toh hanya 55 perak, tapi coba bayangkan kalau ada 1000 lebih karyawan diperusahaan A yang diambilnya, dan itu baru diperusahaan A, bagaimana kalau mengambil dari puluhan, ratusan, atau malah ribuan perusahaan lainnya? Kira-kira berapa dana yang terkumpul? Dan karena yang diambil hanya 55 perak saja, maka nyaris tak ada yang memperhatikan dan kalaupun ada yang memperhatikan juga berfikir “ah cuma 55 perak ini....”

Dua contoh kasus diatas hanyalah salah satu dari banyak cara yang bisa dilakukan selama cracker bisa menembus jaringan (sistem) keamanan suatu sistem perbankan. “Cyber crime” perbankan ini juga terhitung sangat aman, karena nyaris mustahil untuk diketahui apalagi kalau crackers yang melakukan “cyber crime” ini memiliki perlengkapan (dan juga IQ hebat) yang mampu membuat cara untuk menutupi jejak IP (seperti kasus wikileaks, sampai sekarang pusat operasi asli wikileaks tak terdeteksi bukan? Superkomputer yang dimiliki negara-negara eropa, amerika dan yang lainnya juga tak berkutik)

Menarik esensi dari uraian diatas, satu hal yang bisa saya simpulkan. Teknologi tercipta untuk mempermudah manusia (termasuk dalam hal perbankan yang sedang saya uraikan) namun secanggih apapun teknologi itu selalu ada celahnya. Jadi WASPADALAH dan ingat untuk selalu minta print transaksi apapun yang anda lakukan untuk berjaga-jaga.

[caption id="attachment_79774" align="aligncenter" width="300" caption="hati-hati..maling bahkan ada didalam Komputer anda (unduh dari mbah google)"]

12923001311256436712
12923001311256436712
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun