Mohon tunggu...
Median Editya
Median Editya Mohon Tunggu... lainnya -

penyuka beladiri dan sastra. calon guru teknik yang dicemplungin NASIB ke dunia perbankan..well, life always have a twisting plot rite ?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Trend "ALAY", Pantaskah Dihina?

3 Oktober 2010   07:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:45 1783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingat sekali dulu waktu era 90-an ada trend yang merebak dimana-mana dikalangan remaja. Trend-trend lucu, aneh, norak kalau dipandang sekarang tapi karena memang lagi In diwaktu itu ya banyak pengikutnya (walau juga banyak yang tidak menyukainya). Mari saya akan sebutkan beberapa trend yang pernah melanda dalam pergaulan remaja di era tahun 90-an dahulu

  1. make wardrobe Alien workshop, fido dido, tas alpina atau sepatu reebok pump kemana-mana. Bahkan pernah trend juga pake tas pinggang (sekarang mah kayak tukang kredit ya?hehe)

  2. Motong rambut ala SKIN dalem, atau stock on you, atau trend belah tengah, atau yang cewek pengen rambut gaya demi moore.

  3. Trend menggunakan kata-kata dan akronim iklan (saya mau yang paling enak ala iklan sasa, atau “Di..Di yuk main bola lagi” dalam iklan epilepsi atau “ah teoriiii” ala clear). Selain itu inget jokes monyet uang gopek hijau??hehe..

  4. sering sekali menggunakan kata-kata semacam E-GE-PE (emang gue pikirin), tau ah gelap, atau yang paling segar eeeee..ko loyo!

  5. dan masih banyak yang lainnya (bisa berlembar-lembar kalau saya tulis semua).

Kalau dipikir-pikir sekarang saya geli sendiri sebenarnya akan trend-trend itu. Walau saya diwaktu itu tergolong remaja yang juga ikut-ikutan trend seperti itu (jadi malu) tapi sekarang saya merasa geli dan lucu juga. Ah tiap orang memiliki fase “trend”-nya bukan? Tahun saya ya seperti itu, untuk tahun 80-an mungkin ada kompasianer yang bisa menyebutkannya untuk menambah khasanah wawasan nostalgila (hehe..)

Kenapa saya mengangkat hal seperti ini sebagai tema tulisan saya kali ini? Karena saya sedang tertarik dengan fenomena trend ALAY! Saya tak tahu sebenarnya apa definisi absolut dari ALAY ini, dulu sekali ada yang menyebutnya Anak layangan. Untuk mendefinisikan anak yang senang main layangan dan menyebabkan rambutnya berwarna kemerah-merahan. Bergesernya zaman memunculkan beragam arti baru tentang alay, ada yang menyebut alay adalah orang-orang yang tidak bisa bertindak sopan terhadap lainnya (misal ada anak laki-laki yang mensiuli wanita yang lewat didepannya) dan definisi lainnya.

Tapi sekarang ada semacam penggeneralisiran deskripsi bahwa alay adalah orang-orang yang menggunakan tulisan campur aduk angka dan simbol untuk berinteraksi dengan lainnya (Bi4r 94ul 9tu lhoOoO-mumet memang mbacanya-) atau orang-orang yang gayanya suka maksa biar keren. Make kacamata segede gaban, rambut dibikin panjang didepan poni lempar, yah tipikal kayak para personil kangen band (mohon maaf saya tidak bermaksud mendiskreditkan, saya hanya menangkap fenomena yang ada dan sering diceritakan)

[caption id="attachment_277275" align="aligncenter" width="200" caption="katanya sih begini ini potongan anak alay (unduh dari zainotata.blogspot.com)"][/caption]

Yang saya bingungkan ialah bagaimana ALAY ini berkembang menjadi suatu istilah yang melambangkan kenegatifan, tidak fashionable, gk sopan, tidak cool, maksa dan beragam hal lainnya. Apalagi saat saya melihat banyaknya postingan yang menghina orang-orang yang memilih trend seperti ini (tak percaya? Monggo cek forum kaskus. Ada buanyak sekali postingannya).

Menjadi suatu hal yang patut diperhatikan ialah bagaimana penghinaan akan suatu keALAY-an ini merebak dimana-mana padahal salahnya orang yang memilih untuk ALAY itu apa? Kalaulah mereka memilih untuk tidak memilih pakem umum yang lumrah dipasaran dan memilih cara lainnya untuk berkomunikasi apakah itu salah? Oke saya sendiri mumet mbacane kalau tulisan-tulisan yang dikirim ke saya itu gaul plus kombinasi angka-angka (sudah kayak harus memecahkan sandi bagi saya), tapi itu adalah urusan saya dan dia selaku pelaku interaksi, dan tak ada hak saya untuk mencaci dan menertawakan dia dengan mempostingnya dimana-mana.

[caption id="attachment_277273" align="aligncenter" width="300" caption="salah satu gaya bahasa yang digunakan (unduh dari grovenuha.blogspot.com)"][/caption]

Kalaulah ALAY diidentikkan dengan “maksa”-nya berpakaian, maka ini yang lebih ironis lagi. Kita tahu bahwa banyak orang yang ingin menyamai idolanya, bahkan kalau bisa copy paste benar-benar sebagaimana dia. Tapi ekonomi dan tampang tak akan bisa membohongi. Salahkah seseorang membeli pakaian tiruan dan memakainya walau itu menabrak sense match yang ada didalam diri kita sebagai orang yang memandangnya? Kalau hal seperti ini salah dan pantas dicerca sebagai ALAY maka semua orang yang menggunakan HAPE cina (yang jelas-jelas meniru Hape aslinya) atau membeli MP3 player serupa (tapi tak sama) atau apapun yang asli tapi palsu juga masuk kedefinisi alay kah?

Saya setuju kalau trend (yang disebut alay sekarang ini) adalah suatu fase dalam kehidupan. Dan biasa terjadi dalam remaja. Lumrah dilakukan. Bisa jadi karena ikut-ikutan, bisa jadi sedang dalam tahap explorasi, labil dan menyukai hal atau trend baru yang lumrah diwaktu itu. Saya berani jamin saat mereka sudah menjadi dewasa dan terdampar dalam dunia kerja dan dunia sosial sebenarnya maka mereka akan sadar dan berhenti dengan sendirinya (walau tetap saja ada kasus orang-orang yang tergolong tua tapi tetap saja ikut-ikutan “trend” seperti anak remaja. Ini contoh kasus orang yang tak sadar umur bagi saya). Jadi kenapa harus mempermasalahkan, mencerca, mem-bullying secara verbal ataupun tulisan akannya? Lah kita semua selaku individu manusia saya yakin ada fase dan mengalaminya (bentuk dan contohnya saja yang berbeda).

Lucu melihat bagaimana ALAY ini menjelma seakan-akan harus dibinasakan. Dihina, dibahas, ditertawakan. Bagi saya ALAY itu bukanlah mengenai bagaimana maksanya memakai suatu fashion, bukan juga mengenai bagaimana cara berinteraksi (baik tulisan maupun kata-kata) kepada orang lainnya dengan cara “gaul”, ALAY itu lebih kepada tingkah laku yang tak sopan. Saat suatu kelompok mentertawakan suatu kelompok lainnya hanya karena selera maka kelompok yang mentertawakannya lah yang alay bagi saya.

Tulisan ini ingin menyarankan satu dua hal untuk semua, bagi yang tua-tua (termasuk saya, lah nerima sms lebaran dari anak murid saja sya harus berkerut kening membacanya) harap maklum kalau menghadapi anak muda yang sedang mengalami trend tersebut. Tak usah pula marah-marah, mencerca, membahas dimana-mana walau jujur saja merasa geli nan sumpek melihatnya. Ingatkan secara baik-baik dan minta baik-baik (kalau memang sudah tak tahan), tapi tolong diingat bukankah kita juga pernah begitu? Bagi yang sedang suka trendtersebut maka lanjutkanlah walau tetap harus pilih-pilih menerapkannya (apalagi kalau sampai diingatkan oleh orang yg kebetulan tak suka). Kalau ada yang mencerca cuekin saja. Bagi yang pernah atau malah mungkin masih sampai sekarang aktif menghina dan membahasnya, saran saya satu SADARLAH!

Salam,

median

-----------------------------

bagi yang aktif juga di FB kalau berminat bisa join ke dua pages berikut ini :

FBI (Forum Buku Indonesia)

MUI (Menulis Untuk Indonesia)

selain itu bisa juga singgah ke tulisan abang saya Astoko Datu :

Umur dan keikhlasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun