Mohon tunggu...
Redaksi
Redaksi Mohon Tunggu... Editor - Kompasiana
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menghadirkan berita terkini dan terpercaya dengan integritas, mengutamakan fakta, beragam perspektif, dan teknologi digital untuk informasi yang akurat dan seimbang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suara Perempuan Nusantara - Jerat Modern Perdagangan Manusia di Arab Saudi dan Timur Tengah

4 Juni 2024   08:22 Diperbarui: 4 Juni 2024   08:49 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Suara Perempuan Nusantara

Sistem Kafala, yang telah lama diterapkan di beberapa negara Timur Tengah, termasuk Arab Saudi, menjadi sorotan karena sering disalahgunakan untuk tujuan eksploitasi. Sistem ini memberikan kekuasaan yang hampir mutlak kepada majikan terhadap pekerja migran. Alih-alih menjadi jembatan untuk kesempatan kerja, Kafala sering kali menjadi jerat modern perdagangan manusia.

Dalam sistem Kafala, pekerja migran tidak dapat meninggalkan atau mengganti pekerjaan mereka tanpa izin dari majikan mereka. Hal ini memberikan kekuasaan besar kepada majikan dan sering kali mengarah pada berbagai bentuk penyalahgunaan. Penahanan paspor, upah yang tidak dibayar, hingga kekerasan fisik dan psikologis menjadi cerita umum di kalangan pekerja migran di Arab Saudi.

Salah satu kisah tragis adalah kisah seorang pekerja rumah tangga asal Indonesia yang datang dengan harapan memperbaiki nasib keluarganya. Namun, setibanya di Arab Saudi, paspornya disita oleh majikan. Ia dipaksa bekerja lebih dari 18 jam sehari tanpa upah yang layak, dan setiap kali mencoba meminta kembali paspornya, ia diancam akan dilaporkan ke pihak berwenang sebagai pembelot. Kasus-kasus seperti ini tidak jarang terjadi dan menunjukkan bagaimana sistem Kafala bisa menjadi alat eksploitasi.

Nur Khotimah, pendiri Suara Perempuan Nusantara, organisasi yang memperjuangkan hak-hak pekerja migran, menyatakan, "Sistem Kafala telah menciptakan ketergantungan total pekerja migran pada majikan mereka. Ini bukan hanya tentang ketidakadilan, tetapi juga tentang pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis. Sudah saatnya dunia internasional bersatu untuk mendesak reformasi besar-besaran terhadap sistem ini."

Banyak negara pengirim pekerja, termasuk Indonesia, telah berusaha untuk meningkatkan perlindungan bagi warganya yang bekerja di luar negeri. Namun, tanpa perubahan struktural dalam sistem Kafala itu sendiri, upaya ini sering kali tidak cukup. Kerja sama antara negara asal dan negara tujuan sangat penting untuk memastikan bahwa hak-hak pekerja migran dilindungi dan sistem Kafala tidak lagi menjadi alat eksploitasi.

Reformasi terhadap sistem Kafala bukanlah hal yang mustahil. Qatar, misalnya, telah melakukan beberapa perubahan positif pada sistem ini di bawah tekanan internasional dan sebagai persiapan menjelang Piala Dunia 2022. Ini memberikan harapan bahwa perubahan yang sama bisa terjadi di Arab Saudi jika ada kemauan politik dan tekanan yang cukup dari komunitas global.

Penting bagi media dan masyarakat internasional untuk terus menyoroti isu ini. Tekanan publik dan liputan media dapat mendorong perubahan yang sangat diperlukan. Kisah-kisah pekerja migran yang tereksploitasi di bawah sistem Kafala harus menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya memperjuangkan hak asasi manusia di mana pun.

Penahanan paspor dan ketergantungan total pekerja pada majikan bukan hanya masalah administratif, tetapi masalah kemanusiaan. Sebagai masyarakat global, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap individu, terlepas dari latar belakang atau pekerjaan mereka, diperlakukan dengan hormat dan adil.

Sistem Kafala harus direformasi agar tidak lagi menjadi jerat bagi mereka yang datang dengan harapan memperbaiki hidup mereka. Pekerja migran adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang layak mendapatkan perlindungan dan penghormatan, bukan eksploitasi dan penderitaan. Sudah saatnya dunia bertindak untuk menghentikan penyalahgunaan sistem ini dan memastikan keadilan bagi semua pekerja migran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun