Mohon tunggu...
Ahmad Ch Ch
Ahmad Ch Ch Mohon Tunggu... lainnya -

Pendidik yang selalu Bangga jadi Petani..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hobi yang Memudar

30 Desember 2014   13:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:11 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara sederhana hobi diartikan sebagai sebuah kesenangan akan sesuatu. Hobi bertujuan untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. Tedapat berbagai jenis hobi seperti memelihara burung, kucing, anjing, juga hobi mengumpulkan uang kuno, koleksi prangko, mengumpulkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Pokoknya hobi itu tak terhitung banyaknya, bahkan ada yang paling nyeleneh lagi yaitu hobi gonta ganti pasangan alias kawin cerai kawin lagi cerai lagi hingga berulang-ulang hi hi..

Nah terkadang hobi seseorangbisa tak masuk akal bagi orang yang tidak menyukai hobi orang tersebut. Lalu pertanyaanya selama apakah hobi seseorang tersebut dapat bertahan? Hobi biasanya bersifat temporal. Bisa saja seseorang yang hobi memelihara burung tiba-tiba menjadi hobi memelihara tanaman.

Masih ingat empat lima tahun lalu orang tergila-gila dengan jenis tanaman Anturium, Aglonema, Gelombang Cinta dan sejenisnya. Harganyapun dihitung dari banyaknya jumlah daun, tapi sekarang tanaman-tanaman tersebut sudah tidak terdengar lagi kabar beritanya. Kalaupun masih ada sudah tidak lagi diletakkan di atas meja kaca ruang tamu biar dilihat bahwa ini adalah jenis tanaman berharga.

Saat ini orang lagi ramai-ramainya berhobi ria dengan jenis batu-batuan, tapi tidak termasuk batu bata dan batu kali lho, kecuali lagi bangun rumah he he. Tapi batu akik, di pasar Inpres kota Kabupatenku penjual batu akik terlihat duduk jumawa melayani pembeli dari anak SMP hingga Opa-opa. Tiap pojok penjual batu akik dirubung pembeli, variasi harga dari lima puluh ribu hingga berjuta, begitu kabar yang saya dapat.

Karena banyaknya orang yang membicarakan batu dan biar tidak dikatakan ketinggalan zaman batu he he..maka saya menghubungi kenalan di Kalimantan. Seminggu setelah itu paket satu cincin dan dua buah batu saya terima, Blue Safir dan Red Burneo katanya. Tapi sayangnya si cincin hanya muat dikelingking. Banyak yang melirik si Safir Biru, saya juga sok jual mahal, berani sejuta beli, saya bilang ke orang-orang yang meliriknya. Mungkin orang-orang yang mengerti betul tentang batu-batuan tertawa dalam hati.

blue safir n red Borneo dok pribadi

Ternyata cerita batu tak berhenti sampai di situ. Setengah bulan lalu saya ditelpon lagi oleh kenalan di Kalimantan yang kebetulan sedang pulang ke Jawa. Dia bercerita bahwa mertuanya adalah kolektor cincin tapi sekarang sudah tidak tertarik lagi dengan cincin-cincin koleksinya tersebut. Kalau saya mau nanti dikirimkan. Kalau ada yang mau beli jual aja katanya. Uangnya dikantongi aja ha ha. Saya mengira akan dikirimi dua atau tiga cincin saja tapi ternyata gak tanggung-tanggung. Sembilan belas biji. kisaran harganya paling murah tiga ratus ribu paling mahal sejuta an. Masalahnya saya tidak bisa membedakan mana yang mahal dan yang murah.

14198942141819763585
14198942141819763585
19 cincin kiriman, korban hobi yang memudar dok pribadi

Itulah hobi. Sekarang tukang batu cincin sedang berjaya dengan banyaknya orang yang mendadak hobi dengan batu, sama halnya dengan penanam jenis-jenis bunga empat lima tahun lalu. Juga pertanyaanya akan berapa lama hobi batu akik ini bertahan? dan harapannya semoga yang hobi membaca dan menulis hobinya tidak memudar. Biasanya juga orang yang hobi baca tulis akan semakin banyak dan semakin baik bacaanya dan tulisannya semakin bagus. Semoga.

Salam dari Negeri Bawah Bukit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun