“Bagaimana kesiapan bahan?” , demikian pertanyaan Ustadz Umar yang langsung saya jawab tidak siap. Maksudnya tidak siap menjadikannya bahan diskusi.
“Apa yang sudah siap?”, lanjut Beliau yang langsung saya jawab dengan judul AS Ubah Strategi.
“Saya belum baca beritanya!”, kata Ustadz Umar lagi, yang dalam tempo sesingkatnya, segera saya letakkan beberapa lembar surat kabar terbaru.
“ Yah sudahlah kalau begitu…”, katanya pasrah membaca. Yaa sudahlah, menirukan lagunya Bondan ft Fade2Black, daripada merepotkan diri sendiri.
Sebenarnya saya pun belum bisa membayangkan jawaban akhir dari judul ini. Tapi itulah pentingnya diskusi. Kalau sudah tahu, untuk apa berdiskusi?
Saya tidak akan menggambarkan berjalannya diskusi, karena itu menjadi bagian Ustadz O. Solihin. Tetapi diskusi ini memang memberikan banyak makna. Catatan inilah yang mengisi halaman Buku Editorial, agar tidak kembali kosong setelah sebelumnya fisik saya sempat drop setelah turun dari Acara di Gunung Bunder.
Inti penting diskusi adalah, Negara Adidaya AS kini dalam kondisi yang lemah. Walaupun Menteri Pertahanan Leon Panetta berusaha menutupi, bahwa krisis bukanlah alasan mengubah stategi, tetapi Presiden Obama sudah menyatakan dirinya kewalahan dengan krisis ekonomi yang melanda AS.
Keputusan Konggres untuk memangkas anggaran Departemen Pertahanan (sekitar Rp 4,5 kuadrilyun) dalam sepuluh tahun kedepan, akhirnya memaksa AS mengeluarkan dokumen perubahan strategi militernya.
Dokumen berjudul “Mempertahankan Kepemimpinan Global AS: Prioritas Pertahanan Abad 21” yang terdiri dari delapan halaman, antara lain menyebutkan dampak pemangkasan anggaran, antara lain:
- Pengurangan jumlah pasukan darat. Dengan berakhirnya Perang Iraq dan Perang Afghanistan, AS akan menjauh dari operasi kontra-pemberontak (counter-insurgency) dan misi pendudukan jangka panjang di suatu negara. Jumlah pasukan infanteri Angkatan Darat dan Korps Marinir AS akan dikurangi. Saat ini jumlah pasukan darat AS yang masih aktif mencapai 565.000 prajurit AD dan 202.000 prajurit Marinir. Para pengamat memperkirakan jumlah pasukan darat akan dikembalikan ke masa sebelum serangan 11 September, yakni 482.000 prajurit AS dan 173.000 prajurit Marinir.
- AS akan menarik sebagian pasukan –diperkirakan satu brigade tempur AD AS berisi 3500 prajurit—yang ditempatkan di Eropa.
- Dengan perubahan ini, AS meninggalkan doktrin lama bahwa militer AS harus selalu siap menghadapi dua perang besar sekaligus. Sebagai gantinya strategi baru ini menekankan, AS masih akan mampu menghadapi satu perang besar di suatu wilayah sambil menggelar operasi pencegahan konflik di satu wilayah lainnya. Poin ini memberikan kejelasan, bahwa problem anggaran adalah factor terbesar perubahan strategi.
- Mengenai pemusatan perhatian ke kawasan Asia-Pasifik, anggaran pertahanan AS akan difokuskan untuk pengembangan dan produksi pesawat tempur, kapal perang dan persenjataan serta sistem pengintaian teknologi tinggi. Juga disebutkan bahwa AS akan mengurangi arsenal nuklirnya.
Sekalipun dalam dokumen disebutkan bahwa perubahan situasi dunialah yang mengharuskan Pentagon mau tidak mau mengubah strateginya, namun tetap saja AS tidak bisa menutup mata dunia bahwa krisis adalah alasan utama mengurangi jumlah mesin perang Negara Adidaya ini.
Perubahan dunia yang dimaksud adalah perubahan di Asia, terutama pertumbuhan kekuatan militer China dan ambisi nuklir Iran. Dokumen strategis baru Pentagon ini bahkan terang-terangan menyebut Iran dan China sebagai salah satu tantangan masa depan. “Negara-negara seperti China dan Iran akan terus mengejar sarana (perang) asimetris untuk melawan kemampuan proyeksi kekuatan kita,” demikian kalimat yang tercantum dalam dokumen.