“Assalamualaikum.wr.wb, Yth. Doktor Zainuddin selaku Wakil Rektor bidang akademik, senang bertemu Bapak, saya masih ingat ketika Bapak tidak hafal Pancasila saat sosialisasi MPR di gedung ini juga, apakah Bapak sudah menghafalnya?”
Pertanyaan yang belum selesai itu dan belum tercatat rapi pula oleh sang moderator, langsung ditangapi oleh wakil rektor itu.
“Ya sudah mas, dulu itu saya grogi sehingga saya lupa teks pancasila”. Sahut dengan ekspresi memar
“Ok, saya lanjut pertanyaan saya, Pancasila kan merupakan ideologi bangsa Indonesia, yang wajib diimani dan diimplementasikan oleh segenap warga negara nya, lha kok di kampus ini masih saja banyak ninja, eh maksud saya banyak civitas kampus yang anti pancasila, kalau bahasa gaulnya transnasionalis ya? Ini kampus ulul albab apa nutupi abab?” Sambung tanya saya
“Eh, tolong pakai bahasa yang sopan ya mas, memang benar apa yang dikatakan sampean, Pancasila adalah ideologi bangsa ini, yang dirumuskan oleh ulama’ dari kaum pesantren, nasionalis dan sosialis yang ada di Indonesia, rumusan itu merupakan penghayatan panjang jati diri Indonesia sebagai Negara Kesatuan yang Bhineka Tunggal Ika, sehingga semua bangsa khususnya di kampus ini wajib untuk mengimplementasikan nilai luhur pancasila dalam keseharian. Terkait adanya gerakan transnasionalis di kampus ini perlu disikapi dengan tegas oleh segenap pipinan kampus ini, memang gerakan demikian akhir- akhir ini semakin luwes menggerogoti bangsa kita dan kampus islam khususnya” papar Zainuddin dengan tegas.
“Waduh, kurang sopan bagaimana saya pak, Pimpinan kampus ini saja tidak sopan dalam melestarikan Islam dan Indonesia sebagai kesatuan rahmat semesta, sehingga panjenengan semua membisu terkait masif nya gerakan ini di kampus yang katanya islam. Tapi ya sudahlah, silahkan disikapi dengan islam yang berwajah ramah bukan marah- marah bahkan memusuhi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terakhir, saya ingin menanyakan, WCU itu makhluk apa? kok mekso, mahasiswanya aja banyak yang belepotan berbahasa arab dan inggris, banyak yang di DO, dosennya begitu pula bahkan honor tenaga pengajar saja lemah, dan molor nya tidak wajar, apalagi fasilitas, ya begitulah. Dan katanya tahun 2016 mau buka fakultas baru (kedokteran dan Teknik) terus bagaimana itu?. Selanjutnya, pertukaran mahasiswa macam apa, kok ada fakta mahasiswa/i kunjungan ke luar negeri dengan uang pribadi, yang katanya akan dibiayai kampus?. Eh, semuanya kok khayal” tanya saya dengan sedikit humor
“Akan segera kami sikapi gerakan transnasionalis di kampus kita, tenang saja mas. WCU ini lagi- lagi cita- cita pimpinan kami, semoga kampus UIN Maliki Malang lekas menjadi percontohan kampus islam yang menekankan metodologi integrasi sains dan agama atau ilmu pengetahuan dan agama. Terkait yang gagal dibiayai kampus itu mungkin ada kesalahan sistem oleh pimpinan kita. Mohon maaf dan terima kasih kritik dan sarannya mas”. Jawab Pak Zain diakhir tanya saya.
Selanjutnya Beliau melontarkan sapa kepada saya,” Eh, Mas nya siapa namanya? Semester berapa?”
“Saya mahasiswa Bapak di Kampus Ulul Albab, nama saya Ali dari fakultas Sains dan Teknologi, semester yang dengan bangga saya jawab semester akhir yang kemarin sempat ditunda proses wisudanya, dengan alasan ICIS, yang bukan merupakan agenda kampus ini. Saya yang selalu bangga dengan almamater UIN, dan tak akan pernah bangga dengan tindak laku pimpinan kami yang merugikan, layaknya pedagang yang hanya menjual barang tanpa ada pemuasan terhadap konsumen. WCU bukanlah prioritas, tapi mendidik kami menuju generasi ulul albab (selalu berdzikr, berfikr dan beramal sholeh lah) yang termasuk prioritas” Sapa ku di akhir perjumpaan.
Wassalamu’alaikum.wr,wb
(Al Muiz Ld)