Sebelum peristiwa ini, media asing telah memperhatikan Gibran. Mereka secara umum menyatakan bahwa apa yang terjadi pada Gibran adalah contoh nyata dari nepotisme. Langkah-langkah terang-terangan dalam membangun dinasti politik dapat merusak proses demokrasi.
Sebagai catatan, kata "nepotisme" berasal dari bahasa Latin, "nepos," yang berarti keponakan. Tidak perlu dikatakan, Ketua Mahkamah Konstitusi memiliki keponakan bernama Gibran. Apakah ini dianggap sebagai dinasti politik atau nepotisme, biarkan masyarakat dan media asing yang menilai. Yang jelas, publik merasa ini sebagai bentuk dinasti politik, sementara media asing menyebutnya sebagai nepotisme.
Mungkin inilah yang disebut sebagai "karma cepat." Tindakan terang-terangan Gibran dalam mengikuti politik langsung diikuti oleh hasil survei yang buruk dan reaksi negatif dari pasar modal.
Ini mirip dengan seorang remaja yang seharusnya belum cukup usia untuk mendapatkan izin mengemudi, tetapi kemudian ada aturan yang memungkinkan mereka mendapatkannya dengan syarat pernah mengemudi. Atau seperti pemain sepakbola terkenal yang memiliki anak yang masih berusia 15 tahun dan memaksa anaknya untuk masuk dalam timnas U-23 hanya karena dirinya adalah pemain terkenal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H