Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan dengan penyebaran obat anak ilegal oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Mereka mengecilkan kualitas obat dengan cara mencampurkan bahan-bahan adiktif, lalu menjualnya dengan harga yang sangat murah. Korban utamanya adalah merek obat terkenal.
Permasalahan ini tidak hanya berlaku di Indonesia, melainkan juga telah menjadi masalah global, dengan nyawa anak-anak menjadi taruhannya.
Sudah sewajarnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) turun tangan dan mengambil langkah besar untuk menghentikan peredaran obat dengan merek tertentu. Apotek pun harus bersedia bekerja sama demi kesejahteraan bersama.
Sementara distribusi obat-obatan yang berpotensi mengandung bahan berbahaya dihentikan, obat-obat tersebut diuji di laboratorium dengan pengawasan ketat dari BPOM.
Setelah hasil uji laboratorium tersedia, BPOM akan mengumumkan hasilnya dan memberikan informasi mengenai obat-obat yang telah diuji secara klinis. Ini menjadi penting karena obat-obat tersebut memiliki potensi risiko yang tinggi terhadap nyawa manusia.
Namun, ada hal lain yang juga memerlukan pertimbangan teliti dalam pemilihan. Seperti yang diungkapkan oleh Basuki Tjahaja Purnama, atau yang akrab disapa Ahok, ketika ditanya mengenai pilihannya antara Ganjar-Mahfud atau Prabowo-Gibran. Dengan tegas, Ahok mengatakan "tentu saja Ganjar-Mahfud."
Ketika dimintai alasan, Ahok memberikan penjelasan panjang lebar kepada wartawan. Salah satu alasan utama adalah pengalaman dan rekam jejak yang dimiliki oleh Ganjar dan Mahfud, yang telah teruji dan kinerjanya tak lagi diragukan. Ahok yakin bahwa mereka adalah pilihan yang pasti.
Ganjar dan Mahfud, keduanya memiliki prestasi yang mampu dijadikan pijakan untuk membawa Indonesia menuju tahun Emas 2045.
Ganjar telah mengumpulkan banyak pengalaman selama bertugas di lembaga legislatif, bekerja sama dengan rekan-rekannya untuk merancang regulasi yang bermanfaat. Mahfud punya hubungan erat dengan Ganjar selama keduanya menjadi anggota dewan legislatif.
Setelah berkiprah di DPR, keduanya mendapat amanah yang berbeda. Ganjar menjadi gubernur Jawa Tengah dan Mahfud menjadi ketua Mahkamah Konstitusi.
Ganjar telah mencapai banyak perubahan positif selama kepemimpinannya di Jateng, dengan program-program untuk mengurangi kemiskinan dan mengajak warga untuk keluar dari garis kemiskinan.
Pendidikan anak-anak di Jateng juga menjadi prioritas, termasuk program unggulan seperti SMKN Jateng gratis yang terus berkembang hingga membuka cabang baru yang menyediakan fasilitas semi boarding school.
Selain itu, kedaulatan pangan juga mendapat perhatian serius, dengan pembangunan embung, kartu tani, dan berbagai bantuan lainnya yang membantu petani. Jateng bahkan diakui sebagai lumbung beras nasional.
Ganjar juga memperbaiki sektor bahan pangan lain, seperti sayuran hidroponik, dan meningkatkan kesejahteraan nelayan dengan kartu dan aplikasi untuk memantau cuaca serta harga ikan di pasar. Bahkan, pasar tradisional yang menjadi tempat warga memenuhi kebutuhan sehari-hari direvitalisasi dengan sukses.
Kesehatan juga menjadi fokus utama dalam kehidupan sehari-hari, dengan pembangunan lebih dari 70 puskesmas. Ganjar juga aktif dalam memberantas korupsi di berbagai sektor, seperti hadiah gratifikasi, pungli di sekolah, dan perilaku koruptif di beberapa instansi pelayanan masyarakat seperti Samsat.
Mahfud, di sisi lain, telah mendapatkan pengakuan sebagai seorang hakim yang berintegritas dan tidak pandang bulu. Ia dikenal sebagai penegak hukum yang teguh pada prinsip kebenaran, tanpa memihak siapa pun. Opini dan keputusan hukumnya selalu berlandaskan fakta dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.
Setelah sukses sebagai ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan di pemerintahan Presiden Joko Widodo. Posisinya tetap tidak berubah, yaitu menjadi pembela keadilan dan hak asasi manusia tanpa kompromi. Mahfud memiliki integritas yang kuat dan tidak akan mengorbankan prinsipnya untuk kepentingan pribadi.
Jadi, mengingat latar belakang dan pengalaman Ganjar dan Mahfud, Ahok merasa yakin bahwa mereka adalah pilihan yang tepat untuk melanjutkan pembangunan Indonesia. Kedua calon ini telah teruji di lapangan, bukan hanya sekadar janji manis. Mereka memiliki rekam jejak yang nyata dan prestasi yang dapat diandalkan.
Ahok juga menyadari bahwa meskipun Gibran adalah seorang pemuda yang berbakat, pengalaman politiknya belum teruji secara klinis karena baru beberapa tahun sebagai wali kota.
Lebih baik jika Gibran terus membangun karier politiknya tanpa melompat ke jabatan yang tinggi dalam pemerintahan. Namun, nasehat ini sering kali diabaikan, dan akhirnya kita harus memilih opsi yang terbaik.
Pastinya, Ahok memilih Ganjar-Mahfud karena mereka telah teruji dan memiliki prestasi yang nyata, seperti obat-obat yang telah diuji secara klinis. Dengan mereka, kita dapat merasa aman dan yakin bahwa mereka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat, mempercepat menuju Indonesia Emas 2045, dan mendorong perkembangan yang nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H