Selain itu, perbedaan ini juga mencerminkan pandangan mereka terhadap manfaat politik.
Jokowi mungkin melihat pencalonan Gibran sebagai langkah cerdas dan strategis dalam politik.
Sementara itu, SBY mungkin lebih memilih untuk mempertimbangkan etika dan prinsip moral dalam pengambilan keputusan politiknya.
Namun, perbedaan pandangan antara Jokowi dan SBY juga mencerminkan debat yang tengah berlangsung di kalangan elite politik Indonesia mengenai etika dan transparansi dalam proses pemilihan umum.
Sementara Jokowi mungkin melihat pencalonan Gibran sebagai peluang untuk mencapai tujuan politiknya, SBY percaya bahwa etika dan prinsip moral harus selalu menjadi landasan dalam politik.
Namun, perdebatan ini juga menyoroti pentingnya transparansi, integritas, dan penerapan etika dalam politik.
Keputusan tentang pencalonan seseorang seharusnya didasarkan pada kemampuan, integritas, dan komitmen mereka untuk melayani masyarakat, bukan sekadar hubungan keluarga atau pertimbangan politik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI