Pelajar SMK Mutu dan Jepang selalu punya kisah pengalaman dari waktu ke waktu. Bagi mereka, belajar dan meretas jalan sukses bermula dari Jepang adalah harapan, serta kesempatan yang bisa diwujudkan. Jepang bukan lah mimpi!
NEGARA Jepang bukanlah impian yang mustahil bagi pelajar asal Malang. Untuk kali kesekian, kesempatan menginjakkan kaki dan bermukim di negeri Sakura ini didapatkan sejumlah pelajar kota ini. Yakni, dari SMK Muhammadiyah 7 (SMK MUTU) Gondanglegi Malang, Jawa Timur.
Mereka adalah Ratih cahyani, Ade Rani Yustria, Debby Vesa Valentina, dan Dwi Nabila, kesemuanya pelajar prodi Keperawatan. Juga, Muhammad David Lazuardhi A., Krisna Satria Prasetyo, dan Reynaldi Virzha Maulana, dari prodi Teknik Komputer dan Jaringan.
Kesempatan berharga ini tentunya tidak didapatkan dengan mudah. Para pelajar tersebut sudah melalui tahapan seleksi yang sangat ketat, dan masih harus mengikuti pendidikan khusus untuk memperlancar Bahasa Jepang, sebelum mereka berangkat ke negeri penuh salju ini.
Di Jepang, mereka akan menjalani pengalaman profesional sebagai care giver (perawat). Sebagai pembekalan, mulai 25 Januari 2022 lalu, dilakukan Pelatihan dan Pendidikan Bahasa Jepang di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bagi para pelajar terpilih ini.
Mendapatkan pengalaman di luar negeri, sejatinya bukan hal baru bagi pelajar SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. Sebelumnya, beberapa alumni sekolah ini juga telah menyelesaikan pendidikan dan bekerja di luar negeri, termasuk di negara berjuluk negeri Matahari Terbit tersebut.
Dengan kesempatan terbaru ini, tidak salah sekiranya SMK Mutu semakin memperkuat visi sebagai sekolah bertaraf internasional. Hal ini setidaknya dibuktikan dengan sukses mendampingi proses seleksi siswanya, hingga mendapatkan pelatihan bahasa asing.
Kesempatan dan pengalaman istimewa ke Jepang ini sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa tahun silam. Tepatnya pada tahun 2011, dan diulang pada 2014 lalu. Kesempatan pertama kali ini masih dialami kepala sekolah saat itu, M. Pahri. Kesempatan belajar di Jepang selanjutnya sempat dialami Munali, guru yang kini menjadi kepala SMK Muhammadiyah 7.
Banyak yang diperoleh dari pengalaman di Jepang ini, yang selanjutnya bisa menginspirasi lahirnya berbagai obsesi dan visi menjadikan SMK Mutu yang lebih maju dan berstandar internasional. Peta jalan baru memajukan sekolah lalu dilahirkan, menyusul pengalaman kunjungan dan belajar singkat di Jepang ini.
Tak hanya wawasan baru yang didapat, kesan bermakna dan menginspirasi dari kehidupan dan kultur pendidikan di Jepang begitu terlekat. Dan bagi Munali, sayang sekiranya terlewatkan begitu saja, hingga banyak yang diabadikan dalam beberapa catatan dan kisah perjalanan.
Melalui bukunya berjudul 'Passionate of Himejijon', penggalan kecil pengalaman dan dunia yang ada di Jepang setidaknya bisa dihadirkan melalui literatur yang ditulis Munali. Catatan hasil dokumentasinya dalam buku ini pun menjadi penanda, bahwa SMK Mutu juga bisa menembus ruang lain, dan setidaknya mewujudkan mimpi bisa mensejajarkan diri dengan pendidikan internasional.
Beberapa tahun berselang, tercatat sejumlah siswa yang juga berkesempatan mengikuti jejak sang guru. Nurul Faiza misalnya, adalah salah satu alumni yang pernah mengalami kehidupan dan kultur budaya di Jepang. Ia dapat banyak pengalaman menantang, belajar apapun di negeri ini, selama bermukim di sana sekitar 6 bulan pada 2017 silam.
Keberadaan Faiza pun cukup penting dalam berbagai aktivitas yang diikutinya. Lulus SMK Mutu, ia memang lebih memilih melanjutkan kuliah di UM. Pengalamannya dalam pertukaran pelajar internasional di Jepang banyak memberinya pemahaman pada kehidupan sosial yang multikultural.
Bergabung dalam program sebuah NGO, Garuda Nusa Youth Academy, Faiza kini punya tantangan lebih bermakna, meski hanya di lingkup dalam negeri. Ia harus mampu menjalani proyek sosial sebagai relawan atau aktivis, dalam keberagaman sosial dimana pun ia berada. Ia adalah generasi muda pilihan, bersama sejumlah aktivis kampus dan sekolah lain se Indonesia, bahkan negara tetangga.
Pengalaman tinggal di Jepang, juga ada beberapa nama siswa lainnya, seperti Reyhan Lysander yang berkesempatan kuliah di Aoyama School of Japanese Ryugakusei. Selain dia, juga tercatat alumni SMK Mutu lain, yakni Nova Andryansah dan Roni Dwi Andreas. Lepas dari kuliahnya di Jepang, mereka kini kembali ke Tanah Air dan bekerja dan menjalani karir profesionalnya.
Selain Jepang, alumni SMK Muhammadiyah 7 juga sudah pernah merasakan kuliah di Perancis. Kegiatan berorientasi pendidikan internasional lain juga pernah beberapa kali dialami pelajar SMK Mutu. Seperti dengan Amerika, dengan program magang dan sister school untuk sejumlah mahasiswanya.Â
Singkatnya, pelajar SMK Mutu dan Jepang selalu punya kisah pengalaman dari waktu ke waktu. Bagi mereka, belajar dan meretas jalan sukses bermula dari Jepang adalah harapan, serta merupakan kesempatan yang bisa diwujudkan. Jepang bukan lah mimpi! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H